Menu

Mode Gelap

Opini ยท 27 Agu 2025 23:18 WIB ยท

Menikah Itu Harus Sabar dan Tegar

Penulis: Mahbub Fauzie


 Menikah Itu Harus Sabar dan Tegar Perbesar

๐Œ๐ž๐ง๐ข๐ค๐š๐ก ๐ˆ๐ญ๐ฎ ๐‡๐š๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐’๐š๐›๐š๐ซ ๐๐š๐ง ๐“๐ž๐ ๐š๐ซ

Oleh: Mahbub Fauzie
Kepala KUA Kec. Atu Lintang, Aceh Tengah

Menikah adalah ibadah panjang. Ia bukan sekadar penyatuan dua insan dalam akad, melainkan permulaan dari perjalanan yang dipenuhi ujian, ujian yang mengharuskan kedua belah pihak untuk bersabar dan tetap tegar. Tak sedikit pernikahan yang di awal terasa manis, namun dalam perjalanannya menemui badaiโ€”perbedaan karakter, ekonomi yang tak stabil, ujian anak, bahkan gangguan dari luar rumah tangga. Di sinilah kesabaran dan ketegaran memainkan peran kunci.

Allah SWT berfirman: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini menggarisbawahi bahwa pernikahan adalah sarana untuk menciptakan ketenteraman (sakinah), kasih (mawaddah), dan sayang (rahmah). Namun, ketenteraman itu tidak datang begitu saja. Ia dibangun melalui proses, melalui kerja sama, melalui pengorbanan. Dan pada saat masalah datang, di situlah kesabaran diuji.

Kesabaran dalam rumah tangga adalah fondasi utama agar biduk pernikahan tidak mudah karam. Ketika salah satu pasangan melakukan kesalahan, butuh kesabaran untuk menegur dengan kasih. Ketika ekonomi sedang sulit, butuh kesabaran untuk tetap saling mendukung, bukan saling menyalahkan. Ketika anak belum hadir, butuh kesabaran untuk tidak mengumbar keluh.

Kesabaran adalah pelita dalam kegelapan, dan tegar adalah langkah kaki yang terus maju meski tertatih. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang sabar akan diberikan pahala tanpa batas.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam konteks pernikahan, sabar itu luas: sabar terhadap pasangan yang sedang emosi, sabar dalam mendidik anak, sabar dalam menahan diri dari kata-kata yang menyakitkan, dan sabar menghadapi perubahan dalam kehidupan.

Namun, sabar saja tidak cukup. Harus diimbangi dengan ketegaran. Tegar berarti tidak mudah goyah oleh masalah. Tegar bukan berarti keras kepala, tetapi kemampuan untuk berdiri kuat ketika keadaan mencoba merobohkan.

Tegar adalah kemampuan untuk tetap yakin bahwa badai pasti berlalu, dan Allah tidak akan menguji di luar batas kemampuan hamba-Nya. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)

Ayat ini menjadi pegangan penting bagi pasangan suami istri. Dalam rumah tangga, akan selalu ada fase sulit. Namun, Allah menjanjikan bahwa setiap kesulitan pasti diiringi dengan kemudahan. Maka dari itu, kesabaran dan ketegaran bukan hanya reaksi terhadap masalah, melainkan bentuk keimanan. Pasangan yang sabar dan tegar sejatinya sedang beramal dengan keimanan yang kuat.

Menikah itu bukan tentang siapa yang paling benar, tapi siapa yang paling bisa meredam ego. Menikah itu bukan tentang siapa yang paling banyak memberi, tapi siapa yang paling ikhlas menerima. Kesabaran adalah cara terbaik untuk menunjukkan cinta yang dewasa, sedangkan ketegaran adalah bukti bahwa cinta itu layak diperjuangkan.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

Nabi mencontohkan bahwa menjadi baik kepada pasangan dan keluarga adalah keutamaan tertinggi. Namun, untuk bisa bersikap baik secara konsisten, dibutuhkan kesabaran dan ketegaran dalam menghadapi dinamika kehidupan rumah tangga.

Saya melihat sendiri dalam praktik keseharian di kantor urusan agama, bahwa banyak pasangan yang datang dengan masalah, bukan karena mereka tak cinta lagi, tetapi karena mereka kehabisan sabar, dan tidak lagi tegar menghadapi kenyataan. Maka, penting untuk terus mengingatkan: menikah bukan soal rasa saja, tetapi juga soal kesiapan mental dan spiritual.

Kesimpulannya, pernikahan adalah perjalanan yang membutuhkan bahan bakar kesabaran dan ketegaran. Tidak semua hari akan cerah, tetapi dengan sabar dan tegar, langit yang mendung pun akan tetap bisa dijalani bersama. Dan mereka yang bisa bersabar dan tegar dalam menjalani pernikahan, akan mendapat balasan yang besar di sisi Allah. Wallahu aโ€™lam bish-shawab

Paya Dedep, 28 Agustus 2025

5 1 vote
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 60 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

“Cuan” Memboming Dengan Aksi Viral [catatan harian penghulu]

1 Oktober 2025 - 00:03 WIB

Mengapa Verifikasi Calon Pengantin Adalah Keharusan di Era Digital?

30 September 2025 - 11:22 WIB

Musrenbang Sebagai Penjembatan Program KUA Kecamatan

29 September 2025 - 21:27 WIB

Taukil Wali bil lisan melalui daring, apakah diperbolehkan?

29 September 2025 - 16:46 WIB

Pengukuhan dan Rakerwil PW APRI Aceh 2025โ€“2029: Momentum Kebersamaan, Profesionalisme, dan Penguatan Peran Penghulu

29 September 2025 - 06:21 WIB

“BIMWIN” Disandingkan Dengan “Tepuk Sakinah”

28 September 2025 - 20:37 WIB

Trending di Opini
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x