Menu

Mode Gelap

Opini ยท 28 Agu 2025 02:24 WIB ยท

Menikah itu Tumbuh Bersama dalam Cinta dan Keberkahan

Penulis: Mahbub Fauzie


 Menikah itu Tumbuh Bersama dalam Cinta dan Keberkahan Perbesar

๐Œ๐ž๐ง๐ข๐ค๐š๐ก ๐ˆ๐ญ๐ฎ ๐“๐ฎ๐ฆ๐›๐ฎ๐ก ๐๐ž๐ซ๐ฌ๐š๐ฆ๐š ๐๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐‚๐ข๐ง๐ญ๐š ๐๐š๐ง ๐Š๐ž๐›๐ž๐ซ๐ค๐š๐ก๐š๐ง

Oleh: Mahbub Fauzie, Penghulu Ahli Madya KUA Kec. Atu Lintang, Aceh Tengah

Pernikahan bukanlah akhir dari kisah cinta, melainkan awal dari sebuah perjalanan panjang yang penuh dinamika. Banyak pasangan yang mengira bahwa pernikahan adalah tempat berlabuh dari segala rasa lelah dan gundah. Namun sesungguhnya, menikah adalah proses untuk tumbuh bersama, secara lahir dan batin, dalam cinta yang tidak hanya romantis, tetapi juga realistis dan penuh keberkahan.

Menikah bukan hanya tentang dua orang yang saling mencintai, tetapi tentang dua pribadi yang bersedia saling belajar, saling memahami, dan saling memperbaiki diri. Dalam proses inilah cinta yang sejati tumbuh. Bukan cinta yang dibangun di atas emosi sesaat, tapi cinta yang lahir dari kesabaran, keikhlasan, dan komitmen jangka panjang.

Menikah Adalah Proses, Bukan Tujuan

Banyak orang melihat pernikahan sebagai pencapaian akhir dari kisah asmara. Padahal, pernikahan justru adalah pintu masuk menuju fase kehidupan yang baru. Di dalamnya ada banyak pembelajaran yang tidak diajarkan di bangku sekolah: bagaimana berkomunikasi secara jujur, bagaimana menyelesaikan konflik tanpa menyakiti, dan bagaimana berbagi peran dalam kehidupan sehari-hari.

Proses ini tentu tidak mudah. Ada kalanya salah satu merasa lelah, ada kalanya yang lain merasa tidak dipahami. Namun di situlah makna โ€œtumbuh bersamaโ€ menemukan bentuknya. Karena dalam pernikahan, yang paling penting bukan seberapa sering pasangan saling memuji, tapi seberapa kuat mereka saling mendukung saat kesulitan datang.

Tumbuh dalam Cinta yang Dewasa

Cinta dalam pernikahan bukan sekadar rasa suka atau berbunga-bunga. Cinta yang dewasa adalah ketika seseorang bisa mencintai pasangannya dalam keadaan terbaik maupun terburuk. Ketika cinta tidak lagi diukur dari seberapa mesra kata-kata, tapi dari kesetiaan untuk tetap bersama meski suasana hati sedang tidak baik.

Dalam Islam, cinta dalam pernikahan adalah bentuk ibadah. Setiap senyum, pelukan, bahkan kerja keras untuk mencari nafkah, semuanya bernilai pahala jika dilakukan dengan niat karena Allah. Rasulullah SAW sendiri memberikan teladan bagaimana memperlakukan pasangan dengan penuh kasih sayang. Beliau bersabda: โ€œTidaklah seorang suami memberikan makanan ke mulut istrinya kecuali baginya pahala.โ€ (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa cinta dalam rumah tangga tidak harus selalu besar dan mewah. Justru hal-hal kecil yang dilakukan dengan cinta dan keikhlasanlah yang memperkuat fondasi pernikahan.

Keberkahan Hadir dari Komitmen dan Ketulusan

Keberkahan dalam pernikahan tidak datang dengan sendirinya. Ia hadir saat pasangan mau saling menjaga komitmen dan terus memperbaiki niat. Ketika pasangan menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka setiap langkah kehidupan rumah tangga pun akan penuh keberkahan.

Komitmen itu ditunjukkan dalam bentuk kejujuran, tanggung jawab, dan saling percaya. Pasangan yang saling terbuka tentang perasaan, keuangan, hingga impian, akan lebih mudah membangun rumah tangga yang kuat. Sebaliknya, ketika masing-masing sibuk mempertahankan ego, maka tumbuh bersama menjadi hal yang mustahil.

Allah SWT berfirman: โ€œDan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayangโ€ฆโ€ (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini menunjukkan bahwa pernikahan adalah anugerah, tempat lahirnya mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang). Dua hal ini tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi tumbuh dari proses saling mengenal, saling menerima, dan saling memberi.

Rumah Tangga, Ladang Tumbuh Bersama

Pernikahan sejatinya adalah tempat paling aman untuk tumbuh. Tumbuh dalam kesabaran, dalam pemahaman terhadap perbedaan, dalam menyelesaikan masalah bersama, dan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Rumah tangga yang sehat adalah ruang di mana pasangan bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi, tempat saling menguatkan dalam badai kehidupan.

Menikah bukan berarti berhenti bertumbuh sebagai individu, tapi justru memperluas ruang pertumbuhan itu. Dari dua yang berbeda, menjadi satu yang seimbang. Dari dua jiwa yang rapuh, menjadi satu kesatuan yang saling menguatkan.

Menikah itu bukan hanya tentang bersama dalam suka, tapi juga bertahan dalam duka. Bukan hanya tentang berbagi tawa, tapi juga menghapus air mata. Menikah itu tumbuh bersama dalam cinta yang tidak lekang oleh waktu, dan keberkahan yang terus dipanjatkan dalam doa.

Jika cinta adalah benih, maka pernikahan adalah tanah tempat ia tumbuh. Dan seperti halnya tanaman, ia butuh dipelihara setiap hari dengan perhatian, komitmen, dan iman.

Semoga kita semua dimampukan untuk tidak hanya menikah, tapi juga tumbuh bersama dalam cinta dan keberkahan. []

5 1 vote
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 35 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

“Cuan” Memboming Dengan Aksi Viral [catatan harian penghulu]

1 Oktober 2025 - 00:03 WIB

Mengapa Verifikasi Calon Pengantin Adalah Keharusan di Era Digital?

30 September 2025 - 11:22 WIB

Musrenbang Sebagai Penjembatan Program KUA Kecamatan

29 September 2025 - 21:27 WIB

Taukil Wali bil lisan melalui daring, apakah diperbolehkan?

29 September 2025 - 16:46 WIB

Pengukuhan dan Rakerwil PW APRI Aceh 2025โ€“2029: Momentum Kebersamaan, Profesionalisme, dan Penguatan Peran Penghulu

29 September 2025 - 06:21 WIB

“BIMWIN” Disandingkan Dengan “Tepuk Sakinah”

28 September 2025 - 20:37 WIB

Trending di Opini
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x