Menu

Mode Gelap

Tanya Jawab Fikih · 16 Okt 2025 12:44 WIB ·

99 Tanya Jawab Seputar Shalat (V)

Penulis: UMI FIRMANSYAH


 99 Tanya Jawab Seputar Shalat (V) Perbesar

 Pertanyaan 21: Apakah hukum membaca ayat? Apa standar panjang dan pendeknya?

 

Jawaban:

Wajib menurut Mazhab Hanafi.

Sunnat menurut Jumhur (mayoritas) Ulama, dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam setiap shalat18.

Adapun standar panjang dan pendeknya, surat-surat tersebut terbagi tiga:

  • Thiwal al-mufashshal, dari surah Qaf/al-Hujurat ke surah an-Naba’, dibaca pada Shubuh dan Zhuhur.
  • Ausath al-mufashshal, dari surah an-Nazi’at ke surah adh-Dhuha, dibaca pada ‘Ashar dan Isya’.
  • Qishar al-Mufashshal, dari surah al-Insyirah ke surah an-nas, dibaca pada shalat Maghrib.

Keterangan lengkapnya dapat dilihat dalam kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi:

Sunnat dibaca -setelah al-Fatihah- pada shalat Shubuh dan Zhuhur adalah Thiwal al-Mufashshal artinya surat-surat terakhir dalam mush-haf. Diawali dari surat Qaf atau al-Hujurat, berdasarkan khilaf yang ada, mencapai dua belas pendapat tentang penetapan surat-surat al-Mufashshal. Surat-surat al-Mufashshal ini terdiri dari beberapa bagian, ada yang panjang hingga surat ‘Amma (an-Naba’), ada yang pertengahan hingga surat adh-Dhuha dan ada pula yang pendek hingga surat an-Nas.

Pada shalat ‘Ashar dan ‘Isya’ dibaca Ausath al-Mufashshal (bagian pertengahan). Pada shalat Maghrib dibaca Qishar al-Mufashshal (bagian pendek).

Sunnah dibaca pada shalat Shubuh rakaat pertama pada hari Jum’at surat Alif Lam Mim as-Sajadah, pada rakaat kedua surat al-Insan. Pada rakaat pertama shalat Jum’at sunnah dibaca surat al-Jumu’ah dan rakaat kedua surat al-Munafiqun. Atau pada rakaat pertama surat al-A’la dan rakaat kedua surat al-Ghasyiyah.

Sunnah dibaca pada shalat Shubuh rakaat pertama surat al-Baqarah ayat 136 dan rakaat kedua surat Al ‘Imran ayat 64. Ada pada rakaat pertama surat al-Kafirun dan rakaat kedua surat al-Ikhlas, keduanya shahih. Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw melakukan itu.

Dalam shalat sunnat Maghrib, dua rakaat setelah Thawaf dan shalat Istikharah Rasulullah Saw membaca surat al-Kafirun pada rakaat pertama dan al-Ikhlas pada rakaat kedua.

Pada shalat Witir, Rasulullah Saw membaca surat al-A’la pada rakaat pertama, surat al-Kafirun pada rakaat kedua, surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas pada rakaat ketiga. Imam Nawawi berkata, “Semua yang kami sebutkan ini berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan selainnya adalah hadits-hadits masyhur”.

 

 

18 Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/71.

 

 Pertanyaan 22: Ketika ruku’ dan sujud, berapakah jumlah tasbih yang dibaca?

 

Jawaban:

Imam Ibnu Qudamah menyebutkan satu riwayat dari Imam Ahmad:

Imam Ahmad bin Hanbal berkata dalam Risalahnya, “Terdapat riwayat dari al-Hasan al-Bashri bahwa ia berkata: “Tasbih yang sempurna itu tujuh, pertengahan itu lima dan yang paling sedikit itu tiga”19.

 

 

19 Imam Ibnu Qudamah, al-Mughni: 2/373.

Pertanyaan 23: Apakah bacaan pada Ruku’?

 

Jawaban:

Riwayat Pertama:

Rasulullah Saw ketika ruku’ mengucapkan: “Subhaanarabbiyal’adhiim” (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali. (HR. Abu Daud, at-Tirmizi, Ibnu Majah, ad-Daraquthni dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir).

Riwayat Kedua:

Rasulullah Saw ketika ruku’ mengucapkan: “Subhaanarabbiyal’adhiimi wa bihamdih” (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan Pujian-Nya). Tiga kali. (Hadits riwayat Abu Daud, ad-Daraquthni dan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra).

Riwayat Ketiga:

Dari Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw banyak membaca pada ruku’ dan sujudnya: “Subhaanakallahumma wabihamdika Allaahumagfirlii” (Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan pujian-Mu Ya Allah ampunilah aku). (HR. Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal).

Riwayat Keempat:

Dari Mutharrif bin Abdillah bin asy-Syikhkhir, sesungguhnya Aisyah memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah Saw mengucapkan pada ruku’ dan sujudnya: “Subbuuhun qudduusun Rabbulmalaaikati warruuh” (Maha Suci, Maha Memberi berkah, Tuhan para malaikat dan Jibril). (HR. Muslim).

Riwayat Kelima:

Ketika ruku’ Rasulullah Saw membaca: “Allaahumma raka’tu wabika aamantu walaka aslamtu hasya’a laka sam’ii wa bashaarii wa mukhkhii wa ‘adhmii wa ‘ashaabii” (Ya Allah kepada-Mu aku ruku’, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah, kepada-Mu khusyu’ telingaku, pandanganku, otakku, tulangku dan urat sarafku). (HR. Muslim).

Pertanyaan 24: Bagaimana pengucapan “sami’allaahuliman hamidah” dan ucapan “rabbanaa lakalhamd” ketika bangun dari ruku’ bagi imam, ma’mum dan orang yang shalat sendirian?

 

Jawaban:

Mazhab Hanafi dan pendapat Masyhur dalam Mazhab Hanbali: Imam dan orang yang shalat sendirian mengucapkan Tahmid secara Sirr.

Mazhab Hanbali dan pendapat Mu’tamad dalam Mazhab Hanafi: Ma’mum hanya mengucapkan: ‘rabbanaa lakalhamd’ atau ‘rabbanaa wa lakalhamd’ atau ‘Allaahumma rabbanaa walakalhamd’.

Mazhab Syafi’i: bacaan ‘rabbanaa lakalhamd’ lebih utama, karena Sunnah menyebutkan demikian.

Mazhab Hanafi: bacaan ‘Allaahumma rabbanaa walakalhamd’ lebih utama, kemudian bacaan: ‘rabbanaa wa lakalhamd’, kemudian bacaan: ‘rabbanaa lakalhamd’.

Mazhab Hanbali dan Maliki: yang lebih utama adalah bacaan: ‘rabbanaa wa lakalhamd’.

Mazhab Maliki: imam tidak mengucapkan: ‘rabbanaa wa lakal hamd’ dan ma’mum tidak mengucapkan: ‘sami’allaahu liman hamidah’.

Sedangkan orang yang shalat sendirian menggabungkan bacaan keduanya: ‘sami’allaahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’, bukan ketika bangun dari ruku’, akan tetapi beriringan antara ucapan ‘sami’allaah’ dengan perbuatan bangun dari ruku’. Ketika telah tegak berdiri, mengucapkan: ‘rabbanaa lakal hamd’ dan seterusnya.

Kesimpulan:

Jumhur ulama: Ma’mum cukup mengucapkan Tahmid.

Mazhab Syafi’i: Imam, Ma’mum dan orang yang shalat sendirian menggabungkan bacaan Tasmi’ dan Tahmid. Dalilnya adalah hadits riwayat Abu Hurairah: “Ketika Rasulullah Saw melaksanakan shalat, beliau bertakbir ketika berdiri, bertakbir ketika ruku’, kemudian mengucapkan: ‘sami’allaahu liman hamidah’ ketika menegakkan tulang belakangnya dari posisi ruku’. Kemudian setelah posisi tegak, beliau mengucapkan: ‘rabbanaa wa lakalhamd’. (HR. al-Bukhari dan Muslim)20.

 

 

20 Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/79.

Pertanyaan 25: Adakah bacaan tambahan?

 

Jawaban:

Dari Ibnu Abi Aufa, ia berkata: “Rasulullah Saw itu ketika mengangkat pundaknya dari ruku’, ia mengucapkan: “Sami ‘Allaahu liman hamidah, rabbanaa lakal hamdu mil ussamaawaati wa mil ul ardhi wa mil umaa syi’ta min syaiin ba’du (Allah Maha Mendengar ucapan orang yang memuji-Nya, ya Allah Tuhan kami, segala puji bagi-Mu memenuhi langit dan bumi serta memenuhi apa saja yang Engkau kehendaki)”. (HR. Muslim).

(Disalin dari buku 99 Tanya Jawab Seputar Shalat, penulis H.Abdul Somad,Lc,MA, Penerbit Tapaqquh Media Pekanbaru-Riau, cet ke V, Agustus 2017).

 

 

 

 

 

 

 

 

5 1 vote
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 9 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

99 Tanya Jawab Seputar Shalat (XIII)

17 Oktober 2025 - 00:21 WIB

99 Tanya Jawab Seputar Shalat (IV)

15 September 2025 - 15:20 WIB

99 Tanya Jawab Seputar Shalat (III)

13 September 2025 - 14:46 WIB

99 Tanya Jawab Seputar Shalat (II)

13 September 2025 - 14:05 WIB

99 Tanya Jawab Seputar Shalat (I)

12 September 2025 - 17:47 WIB

Menyatukan Langkah Pendukung dan Penentang Maulid Nabi

9 September 2025 - 14:51 WIB

Trending di Karya Ilmiah
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x