Ingin kaya? Menikahlah! Begitulah saran yang mungkin sering Anda dengar. Bahkan dalam sebuah ayat disebutkan bahwa Allah akan memberi kecukupan bagi orang yang menikah. Lalu, seperti apa faktanya?

Pernikahan merupakan salah satu institusi sosial paling fundamental dalam kehidupan manusia. Melebihi ikatan romantis dan emosional, pernikahan memiliki konsekuensi dan dampak yang luas, termasuk dalam ranah ekonomi. Pernikahan dapat membawa konsekuensi finansial yang signifikan bagi individu dan keluarga. Biaya pernikahan, seperti biaya hidup, pendidikan anak, dan kesehatan, dapat membebani keuangan pasangan. Di sisi lain, pernikahan yang stabil dan harmonis dapat meningkatkan stabilitas keuangan dan meningkatkan taraf hidup.

Sebagai contoh, para lajang produktif yang mapan secara keuangan, bisa jadi mengalami penurunan drastis pada tabungan mereka setelah menikah. Sebaliknya, individu dengan penghasilan pas-pasan justru terkadang mengalami peningkatan kesejahteraan ekonomi setelah mengucapkan janji suci.

Pernikahan juga terbukti mempengaruhi pola pengeluaran individu secara drastis. Berdasarkan data pengeluaran nasional, pasangan menikah cenderung mengalokasikan dana lebih besar untuk biaya perumahan, pendidikan anak, dan tabungan jangka panjang. Namun, disisi lain, angka pengeluaran untuk hiburan dan bersosialisasi justru menurun drastis. Studi oleh Universitas Cornell, menyebutkan bahwa pengeluaran untuk hiburan dan bersosialisasi bagi pasangan menikah menurun 30% setelah menikah. Apakah tren ini menandakan bahwa pernikahan ‘mengurangi’ kebahagiaan Anda, atau justru sebaliknya, pernikahan membuat Anda lebih berorientasi pada perencanaan masa depan?

Dampak ekonomi pernikahan tidak hanya dirasakan oleh pasangan suami istri, tetapi juga oleh keluarga, komunitas, dan bahkan negara. Memahami dampak ekonomi pernikahan menjadi penting karena kompleksitasnya yang menyentuh berbagai aspek kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Dampak ekonomi pernikahan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, berikut beberapa di antaranya.

Pertama, stabilitas keuangan individu dan keluarga. Pernikahan dapat memengaruhi stabilitas keuangan individu dan keluarga. Hal ini dikarenakan pernikahan menyatukan dua individu dengan latar belakang keuangan yang berbeda, membentuk entitas baru dengan kebutuhan dan pengeluaran yang berbeda pula. Biaya pernikahan itu sendiri dapat menjadi beban finansial bagi pasangan. Terutama pernikahan dengan melibatkan pesta besar, mas kawin yang tinggi, atau biaya persiapan pernikahan lainnya. Beban ini dapat semakin terasa jika pasangan belum memiliki penghasilan yang stabil atau belum memiliki tabungan yang cukup. Pasangan muda yang menikah dengan pesta besar dan mas kawin yang tinggi mungkin akan kesulitan untuk menabung dan membeli rumah dalam waktu dekat.

Biaya hidup setelah menikah pun turut meningkat. Kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan kini harus dipenuhi untuk dua orang. Di sisi lain, jika pasangan memiliki anak, biaya pengasuhan dan pendidikan anak juga akan menambah beban pengeluaran. Perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga setelah menikah juga dapat memengaruhi keuangan. Jika salah satu pasangan memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga, maka pendapatan keluarga akan berkurang. Seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri mungkin akan bergantung pada suami untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga suami harus bekerja lebih keras untuk menghidupi keluarga.

Kedua, tingkat kemiskinan dan ketimpangan. Pernikahan memiliki pengaruh yang kompleks terhadap tingkat kemiskinan dan ketimpangan. Di satu sisi, pernikahan dapat membantu mengurangi kemiskinan dengan menggabungkan pendapatan dua individu dan memungkinkan mereka untuk berbagi pengeluaran. Ketika dua individu dengan pendapatan rendah menikah, pendapatan gabungan mereka dapat mengangkat mereka keluar dari garis kemiskinan. Hal ini terutama terjadi jika salah satu pasangan sebelumnya tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan yang sangat rendah.  Pernikahan dapat memungkinkan pasangan untuk berbagi pengeluaran, seperti biaya sewa, tagihan utilitas, dan biaya makanan. Hal ini dapat membantu mereka menghemat uang dan meningkatkan stabilitas keuangan mereka.

Di sisi lain, pernikahan juga dapat memperparah ketimpangan jika salah satu pasangan memiliki pendapatan yang jauh lebih tinggi daripada yang lain. Pernikahan dini (di bawah umur) juga dapat meningkatkan risiko kemiskinan. Hal ini dikarenakan pasangan yang menikah dini umumnya belum menyelesaikan pendidikan dan belum memiliki pekerjaan yang stabil. Akibatnya, mereka mungkin akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, angka kemiskinan di Indonesia mencapai 10,66%. Angka ini lebih tinggi pada kelompok usia muda, terutama mereka yang menikah dini.

Intrik keuangan dalam pernikahan semakin menarik dengan adanya perceraian dalam pernikahan. Menurut Irvine (2019), perceraian dapat memiliki dampak keuangan yang signifikan bagi pasangan yang terlibat, termasuk hilangnya pendapatan, peningkatan pengeluaran, dan hutang. Fakta bahwa tingkat perceraian yang semakin tinggi berkorelasi dengan munculnya masalah finansial. Menurut American Psychological Association (2018), Studi psikologi menunjukkan bahwa konflik terkait uang menjadi salah satu faktor utama penyebab keretakan rumah tangga.

Pernikahan juga memungkinkan bagi pasangan untuk memiliki akses yang lebih baik ke sumber daya seperti asuransi kesehatan, program bantuan pemerintah, dan peluang kerja. Akses ini dapat membantu mereka keluar dari siklus kemiskinan. Pernikahan dapat memperluas jaringan pertemanan dan profesional pasangan, yang dapat membuka peluang kerja baru dan meningkatkan prospek karir mereka. Beberapa program bantuan pemerintah, seperti program jaminan kesehatan dan program bantuan langsung tunai, hanya tersedia untuk individu yang menikah atau memiliki anak.

Ketiga, pertumbuhan ekonomi. Pernikahan dapat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pernikahan yang berhasil dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peningkatan stabilitas rumah tangga dan peningkatan taraf hidup dapat mendorong konsumsi dan investasi, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Demikian sebaliknya.

Pernikahan yang stabil dan sehat dapat meningkatkan kesejahteraan individu dan keluarga, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi dalam kegiatan ekonomi. Pasangan yang memiliki pernikahan stabil umumnya memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik, tingkat stres yang lebih rendah, dan tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi, yang memungkinkan mereka untuk bekerja lebih produktif dan berkontribusi lebih banyak pada perekonomian.

Pernikahan yang stabil dengan pasangan berpenghasilan tinggi dapat meningkatkan taraf hidup keluarga. Hal ini dapat mendorong konsumsi dan investasi, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan konsumsi dapat terlihat dari pembelian barang dan jasa yang lebih banyak, seperti rumah, mobil, dan produk elektronik. Peningkatan investasi dapat terlihat dari penanaman modal di sektor-sektor yang produktif, seperti industri dan infrastruktur. Studi lain menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga di negara-negara berkembang dengan tingkat pernikahan yang tinggi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara dengan tingkat pernikahan yang rendah.

Pernikahan juga dapat mendorong peningkatan angkatan kerja, terutama pada wanita. Hal ini dikarenakan wanita yang menikah dengan suami yang berpenghasilan stabil mungkin merasa lebih aman untuk meninggalkan rumah dan bekerja. Peningkatan jumlah pekerja wanita dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di negara-negara berkembang dapat meningkatkan PDB per kapita hingga 2%.

Pernikahan yang stabil dan sehat juga mampu meningkatkan stabilitas sosial dan politik. Pasangan yang menikah stabil dan sehat umumnya memiliki tingkat kriminalitas yang lebih rendah, tingkat kesehatan yang lebih baik, dan partisipasi politik yang lebih tinggi.Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Dampak ekonomi selanjutnya dari pernikahan adalah dapat mempengaruhi kebijakan publik. Pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang mendukung pernikahan yang stabil dan sehat, seperti program edukasi keuangan dan program jaminan sosial, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penting untuk dicatat bahwa korelasi pernikahan dengan keuangan tidak sama dengan kausalitas. Artinya, hanya karena dua hal berkorelasi, bukan berarti yang satu menyebabkan yang lain. Ada banyak faktor lain yang dapat memengaruhi hubungan antara kehidupan pernikahan dan keuangan, seperti pendidikan, pendapatan, situasi dan kondisi keluarga serta masyarakat sekitar.

Pernikahan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. Memahami dampak ekonomi pernikahan dapat membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam membuat keputusan yang tepat terkait pernikahan dan kehidupan berumah tangga. Dengan pemahaman yang komprehensif, individu, keluarga, dan pemangku kepentingan lainnya dapat membuat keputusan yang tepat terkait pernikahan dan kehidupan berumah tangga. Hal ini diharapkan  akan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan.

Pernikahan bukan hanya tentang cinta dan komitmen, tetapi juga tentang tanggung jawab finansial. Alih-alih menjadi jalan pintas menuju kemewahan, pernikahan justru bisa jadi “investasi jangka panjang” yang membutuhkan komitmen finansial kuat dan strategi pengelolaan dana yang matang.

Dengan perencanaan keuangan yang tepat dan pengelolaan dana yang disiplin, pernikahan dapat menjadi sumber kebahagiaan dan kemakmuran bagi individu dan keluarga.

Ingatlah, pernikahan bukan hanya tentang hari bahagia di pelaminan, tetapi juga tentang perjalanan panjang membangun kehidupan bersama yang penuh dengan berbagai rintangan, termasuk rintangan finansial.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum memasuki gerbang pernikahan. Bekali diri dengan pengetahuan keuangan dan strategi pengelolaan dana yang matang, agar pernikahan bisa menjadi investasi jangka panjang yang membuahkan kebahagiaan dan kemakmuran.

*M. Hanif Hakim, S.H.I

(Penghulu/ Kepala KUA kecamatan Mentok kab. Bangka Barat)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *