Menu

Mode Gelap

Karya Ilmiah · 4 Sep 2025 08:35 WIB ·

Seberkas Cahaya di Tanah Mekkah: Menyingkap Sifat dan Pesan Rasulullah SAW melalui Maqashid Syariah

Penulis: Dian Rahmat Nugraha


 Seberkas Cahaya di Tanah Mekkah: Menyingkap Sifat dan Pesan Rasulullah SAW melalui Maqashid Syariah Perbesar

 

Abstrak

Artikel ini menyajikan gambaran ringkas mengenai sosok Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW), mulai dari sifat fisik dan akhlaknya yang mulia, nasabnya yang agung, hingga peristiwa-peristiwa penting di masa kecilnya. Dengan menggunakan metode deskriptif dari berbagai sumber primer dan sekunder, artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang kehidupan Rasulullah SAW sebagai teladan sempurna bagi umat manusia. Pembahasan mencakup karakter kenabian yang telah tampak sejak dini, tantangan yang dihadapi, serta perlindungan ilahi yang senantiasa menyertainya.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur deskriptif. Data dikumpulkan dari berbagai referensi sejarah Islam, khususnya kitab-kitab sirah nabawiyah yang otoritatif, seperti Ar-Rahiq Al-Makhtum karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury dan riwayat-riwayat dari para sahabat. Penulis memilah dan menyusun kembali narasi-narasi tersebut secara kronologis dan tematis untuk membentuk alur artikel yang mudah dipahami. Setiap data dan informasi diverifikasi dengan mencantumkan sumbernya, baik dari Al-Qur’an, hadis, maupun riwayat yang sahih, untuk memastikan validitasnya.

Pembahasan

  1. Sifat dan Akhlak Rasulullah SAW

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikenal memiliki fisik dan akhlak yang sempurna. Diriwayatkan oleh Ali bin Abu Thalib, beliau memiliki postur tubuh sedang, tidak terlalu tinggi atau pendek, dengan perawakan yang tegap dan wajah yang cerah. Setiap detail fisiknya memancarkan keindahan, dari matanya yang hitam pekat, bulu matanya yang panjang, hingga telapak tangan dan kakinya yang tebal. Namun, yang lebih menonjol dari fisiknya adalah akhlaknya. Beliau dikenal sebagai pribadi yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur, dan paling bertanggung jawab. Keagungan akhlaknya ini diabadikan dalam firman Allah SWT:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam, 68:4).

  1. Nasab dan Garis Keturunan yang Mulia

Nasab Nabi Muhammad SAW terhubung langsung dengan para nabi terdahulu. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Garis keturunan mulianya ini berlanjut hingga bersambung dengan Adnan, yang menurut banyak riwayat, berasal dari keturunan Nabi Ismail ‘alaihissalam. Nasab ini menjadi bukti bahwa beliau berasal dari keturunan yang suci dan terpilih, seperti sabda beliau, “Aku adalah manusia pilihan dari antara manusia pilihan dari antara manusia pilihan.”

  1. Kisah Pengorbanan Abdul Muthallib

Ayah beliau, Abdullah, adalah anak kesayangan Abdul Muthallib, kakek Rasulullah SAW. Abdullah merupakan anak yang bernazar akan disembelih oleh ayahnya jika kelak ia dikaruniai 10 anak laki-laki. Undian jatuh pada Abdullah, namun atas permintaan kaumnya, ia ditebus dengan 100 ekor unta. Pengorbanan ini menunjukkan betapa besar cinta Abdul Muthallib kepada anaknya, yang kelak akan menjadi ayah dari penutup para nabi. Peristiwa ini juga menyingkap betapa pentingnya kedudukan Abdullah di mata kakeknya.

  1. Kelahiran dan Tahun Gajah

Muhammad SAW dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabiul Awal, bertepatan dengan tahun Gajah. Tahun ini dinamakan demikian karena terjadinya peristiwa besar di mana pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah Al-Habsyi ingin menghancurkan Ka’bah. Namun, dengan kehendak Allah, mereka dihancurkan oleh burung Ababil yang menjatuhkan batu-batu dari Sijjil. Peristiwa ini bukan hanya melindungi Ka’bah, tetapi juga menjadi tanda kemuliaan dan keberkahan yang menyertai kelahiran Nabi Muhammad SAW.

  1. Masa Menyusui di Bani Sa’ad

Setelah kelahirannya, Nabi Muhammad SAW ditawarkan kepada para wanita yang menyusui dari Bani Sa’ad. Awalnya beliau ditolak karena statusnya sebagai anak yatim, yang tidak menjanjikan imbalan yang besar. Namun, Halimah As-Sa’diyah, yang tidak mendapatkan bayi lain, akhirnya mengambilnya. Keputusan Halimah ini terbukti membawa keberkahan yang luar biasa bagi keluarganya, bahkan untuk seluruh kampung Bani Sa’ad yang sebelumnya dilanda kekeringan.

  1. Peristiwa Pembelahan Dada

Pada usia empat tahun, saat berada dalam asuhan Halimah, terjadi peristiwa pembedahan dada. Dua malaikat datang, membedah dada beliau, dan mengeluarkan segumpal darah hitam yang merupakan bagian setan. Hati beliau kemudian dicuci dengan air Zamzam di dalam bejana emas. Peristiwa ini menunjukkan bahwa sejak usia dini, beliau telah disucikan dan dipersiapkan secara spiritual untuk tugas kenabian yang agung. Halimah, yang merasa khawatir, kemudian mengembalikan beliau kepada ibunya, Aminah.

  1. Pengasuhan oleh Kakek dan Paman

Setelah kembali ke Makkah, Nabi Muhammad SAW hidup bersama ibunya hingga usia enam tahun. Setelah ibunya wafat, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthallib, hingga usia delapan tahun. Setelah kakeknya meninggal, pengasuhan beralih kepada pamannya yang sangat mencintainya, Abu Thalib. Abu Thalib merawat beliau dengan penuh kasih sayang, bahkan lebih mengutamakan keponakannya ini daripada anak-anaknya sendiri, sebuah tanda betapa mulia dan istimewanya sosok Muhammad SAW di mata keluarganya.

  1. Perjalanan Dagang dan Bertemu Pendeta Bahira

Pada usia muda, beliau ikut serta dalam perjalanan dagang bersama pamannya, Abu Thalib, ke Syam. Di sana, mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira. Berbekal pengetahuannya tentang tanda-tanda kenabian, Bahira mengenali ciri-ciri kenabian pada diri Muhammad. Ia kemudian menasihati Abu Thalib untuk segera kembali ke Makkah dan menjaga keponakannya dari orang-orang Yahudi, karena ia melihat takdir yang besar menanti anak muda tersebut.

  1. Menikah dengan Khadijah

Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad SAW pergi lagi ke Syam untuk berdagang, kali ini membawa barang milik seorang saudagar wanita terpandang, Khadijah binti Khuwailid. Beliau ditemani oleh pembantu Khadijah, Maisarah. Setelah perjalanan yang sukses, Maisarah menceritakan kepada Khadijah tentang kejujuran dan kemuliaan akhlak Muhammad. Terkesan dengan kisahnya, Khadijah pun mengirim utusan untuk melamar beliau, yang kemudian diterima. Pernikahan ini menjadi awal dari fondasi keluarga yang harmonis dan penuh cinta.

Analisis Maqashid Syariah dan Teori Pendidikan

Kisah-kisah dalam sirah nabawiyah bukan sekadar narasi sejarah, melainkan mengandung hikmah dan tujuan syariah yang mendalam (maqashid syariah). Secara khusus, kehidupan awal Rasulullah SAW mencerminkan pemeliharaan terhadap agama (hifdz al-din), pemeliharaan jiwa (hifdz al-nafs), dan pemeliharaan keturunan (hifdz al-nasl).

  • . Pemeliharaan Jiwa dan Keturunan

Peristiwa Tahun Gajah adalah contoh nyata hifdz al-din dan hifdz al-nafs. Allah SWT melindungi Ka’bah, simbol agama dan spiritualitas, dari kehancuran. Pada saat yang sama, Ia juga melindungi penduduk Mekkah dari serangan pasukan Abrahah, yang berarti melindungi jiwa mereka. Kelahiran Nabi Muhammad SAW di tengah peristiwa ini menegaskan bahwa beliau adalah sosok yang kehadirannya telah membawa perlindungan dan keselamatan bagi umat manusia. Selain itu, keagungan nasab beliau, yang bersih dan mulia, merupakan manifestasi dari hifdz al-nasl (pemeliharaan keturunan), yang mana Islam sangat menjunjung tinggi silsilah dan kehormatan keluarga.

  • Perlindungan Agama dan Akal

Kisah pembedahan dada menunjukkan aspek hifdz al-din dan hifdz al-nafs dalam level yang lebih personal dan spiritual. Penyucian hati beliau dari ‘bagian setan’ adalah persiapan untuk menerima wahyu ilahi, memastikan bahwa ajaran Islam yang akan beliau bawa murni dan tidak terkontaminasi oleh bisikan jahat. Hal ini juga secara tidak langsung melindungi akal (hifdz al-aql) umat dari ajaran yang sesat. Sikap mulia beliau sejak kecil, yang jauh dari perbuatan-perbuatan jahiliah, menegaskan bahwa beliau adalah contoh sempurna dari hifdz al-nafs (menjaga jiwa) dari kerusakan moral dan mental.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kehidupan Rasulullah SAW adalah sebuah manifestasi dari kemuliaan yang tak tertandingi. Sejak masa kecil, beliau telah dilindungi dan dipersiapkan secara khusus untuk tugas kenabian. Dari sifat fisik yang memesona hingga akhlaknya yang agung, setiap aspek dalam dirinya adalah pelajaran berharga bagi umat manusia. Kisah hidupnya, dari kelahiran yang istimewa hingga perlindungan ilahi yang menyertai setiap langkahnya, menegaskan bahwa beliau adalah sosok yang benar-benar terpilih.

Referensi

  • Al-Qur’an Al-Karim, Surat Al-Qalam (68:4), Surat Al-Fil (105:1-5).
  • Al-Mubarakfury, Shafiyurrahman. 2011. Ar-Rahiq Al-Makhtum: Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar.
  • Ibnu Hisyam. As-Sirah An-Nabawiyah.
  • Riwayat dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu Sa’d, Ahmad, dan Anas bin Malik dalam kitab-kitab hadis dan sirah.
  • Al-Ghazali, Muhammad. Fiqh As-Sirah.

 

5 1 vote
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 22 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

Antara Ibadah Abadi dan Tantangan Teknologi dalam Pernikahan di Era Digital

1 Oktober 2025 - 13:31 WIB

Konsepsi Mazhab dalam Islam: Definisi, Teori, Dalil, Pandangan Ahli, dan Relevansi Kontemporer

1 Oktober 2025 - 11:37 WIB

“Cuan” Memboming Dengan Aksi Viral [catatan harian penghulu]

1 Oktober 2025 - 00:03 WIB

Mengapa Verifikasi Calon Pengantin Adalah Keharusan di Era Digital?

30 September 2025 - 11:22 WIB

Musrenbang Sebagai Penjembatan Program KUA Kecamatan

29 September 2025 - 21:27 WIB

Taukil Wali bil lisan melalui daring, apakah diperbolehkan?

29 September 2025 - 16:46 WIB

Trending di Opini
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x