Menu

Mode Gelap

Opini · 1 Okt 2025 13:31 WIB ·

Antara Ibadah Abadi dan Tantangan Teknologi dalam Pernikahan di Era Digital

Penulis: Muhamad Fathul Arifin


 Antara Ibadah Abadi dan Tantangan Teknologi dalam Pernikahan di Era Digital Perbesar

Geser kanan, cocok, ngobrol sebentar, lalu hilang. Begitulah ritme hubungan di dunia yang katanya “terhubung”. Di tengah kultur serba instan ini, kata “pernikahan” terdengar seperti barang antik: berat, kuno, dan butuh komitmen seumur hidup. Pertanyaannya menggelitik: Di zaman di mana segalanya bisa dibatalkan dengan satu klik, masih perlukah kita pada sebuah ikatan yang dirancang untuk selamanya? Jawabannya, lebih dari yang kita kira. Justru di tengah badai inilah, kita paling butuh sebuah “mercusuar.”
Lupakan sejenak definisinya yang kaku. Bayangkan pernikahan sebagai sebuah “rumah”. Bukan sekadar bangunan, tapi tempat di mana Anda bisa pulang, meletakkan semua topeng, dan menjadi diri sendiri seutuhnya. Di dunia yang menuntut kita untuk selalu tampil sempurna, memiliki “saksi hidup” yang ada hanyalah seseorang yang tahu cerita di balik layar dan tetap memilih untuk tinggal, adalah sebuah kemewahan terbesar.
Ini bukan soal dongeng. Ini soal kesehatan mental. Soal memiliki partner in crime untuk menertawakan tagihan yang menumpuk, merayakan promosi kecil, atau sekadar diam bersama tanpa merasa canggung. Inilah fondasi keberlangsungan kita; bukan hanya soal melahirkan generasi, tapi melahirkan manusia yang waras dan tangguh karena dibesarkan dalam kehangatan.
Banyak dari kita, pernikahan melampaui ikatan sosial. Ia adalah ibadah terpanjang, sebuah perjanjian suci yang disebut Al-Qur’an sebagai Mitsaqan Ghalizha. Bukan perjanjian di depan penghulu, tapi di hadapan Tuhan. Tujuannya? Untuk menemukan sakinah, ketenangan jiwa yang mustahil dibeli. Rasulullah ﷺ bahkan menyebutnya sebagai benteng. Beliau bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan…” (HR. Bukhari & Muslim).

Pernikahan adalah sunnah, sebuah jalan untuk menyempurnakan separuh dari keyakinan kita. Ia adalah komitmen untuk bertumbuh bersama, saling memoles kekurangan, dan berjalan menuju tujuan yang sama. Perjanjian agung ini butuh bukti nyata, bukan sekadar kata-kata manis di hari H. Inilah mengapa Gerakan Sadar Nikah (GAS) begitu relevan. Gerakan ini menyadarkan kita bahwa menikah secara bertanggung jawab adalah bagian dari ibadah itu sendiri.
Wujud tanggung jawab paling konkret? Ya dengan Mencatatkan pernikahan Anda di KUA.
Tindakan sederhana ini adalah tameng pelindung. Ia melindungi hak istri, memastikan masa depan anak-anak kita secara hukum, dan menutup pintu bagi mereka yang ingin mempermainkan ikatan suci ini. Mengurus surat nikah bukanlah birokrasi yang merepotkan; itu adalah pernyataan pertama Anda sebagai kepala keluarga bahwa Anda siap melindungi orang-orang yang Anda cintai. Ini adalah langkah pertama dari ribuan langkah tanggung jawab lainnya.
Ironisnya, tantangan terbesar bagi “rumah” yang kita bangun sering kali datang dari benda kecil yang menyala di genggaman kita. Teknologi adalah pedang bermata dua.
1. Perangkap Instagram: Kita membandingkan babak pertama pernikahan kita dengan trailer film orang lain. Kita lupa bahwa di balik foto liburan yang sempurna, ada juga pertengkaran soal cucian piring. Perbandingan adalah pencuri kebahagiaan paling lihai.
2. Racun Senyap Bernama Phubbing: Kepala tertunduk, jari menari di atas layar, sementara pasangan di seberang meja hanya menjadi bayangan. Kita hadir secara fisik, tapi absen secara emosional. Inilah cara paling sunyi untuk membunuh keintiman.
3. Pintu Belakang Digital: Sebuah “hai” dari mantan di media sosial atau percakapan mesra yang “hanya teman” di aplikasi chatting adalah percikan api yang bisa membakar seluruh rumah. Dunia digital membuat batasan menjadi kabur dan godaan hanya sejauh satu ketukan jari.
Akhir,
Jadi, Bagaimana Caranya Bertahan?
Teknologi bukanlah penjahatnya. Kitalah yang menjadi sutradaranya. Kitalah yang memegang kendali dan kontrol penuh atas apa yang seharusnya kita jadikan sarana dan edukasi untuk berkomunikasi. Mulailah dengan hal kecil. Buat aturan main seperti misalnya: “meja makan adalah zona bebas ponsel”. Letakkan ponsel saat pasangan Anda sedang bercerita tentang harinya. Gunakan teknologi untuk saling menguatkan dan kadang saling mengirim pesan konyol di tengah hari atau setel pengingat untuk hari jadi.
Menikah di zaman sekarang memang jadi lebih kompleks. Tapi bukan berarti mustahil. Ia hanya menuntut kita untuk menjadi lebih sadar. Sadar akan tujuan kita menikah, sadar akan tanggung jawab hukum kita, dan sadar akan jebakan-jebakan digital yang mengintai.
Karena pada akhirnya, pernikahan terkuat bukanlah yang paling bebas dari masalah, melainkan yang paling sadar dan sengaja dalam menghadapinya, bersama-sama.

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ هٰذَا الْعَقْدَ عَقْدًا مُبَارَكًا مَعْصُوْمًا وَأَلْقِ بَيْنَهُمَا أُلْفَةً وَقَرَارًا دَائِمًا وَلَا تَجْعَلْ بَيْنَهُمَا فِرْقَةً وَفِرَارًا وَخِصَامًا وَاكْفِهِمَا مُؤْنَةَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ

Artinya: Ya Allah, jadikanlah akad ini sebagai ikatan yang diberkahi dan dilindungi, tanamkan di antara keduanya kerukunan dan ketetapan yang langgeng, jangan Engkau jadikan di antara keduanya perpecahan, perpisahan dan permusuhan, dan cukupi keduanya bekal hidup di dunia dan akhirat.

  • Muhamad Fathul Arifin – KUA Kesugihan, Cilacap
5 1 vote
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 13 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

Waris (Faraidh V)

1 Oktober 2025 - 04:12 WIB

“Cuan” Memboming Dengan Aksi Viral [catatan harian penghulu]

1 Oktober 2025 - 00:03 WIB

Mengapa Verifikasi Calon Pengantin Adalah Keharusan di Era Digital?

30 September 2025 - 11:22 WIB

Musrenbang Sebagai Penjembatan Program KUA Kecamatan

29 September 2025 - 21:27 WIB

Taukil Wali bil lisan melalui daring, apakah diperbolehkan?

29 September 2025 - 16:46 WIB

Menggapai Keluarga SAMARA

29 September 2025 - 11:36 WIB

Trending di Hikmah
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x