Menu

Mode Gelap

Karya Ilmiah · 1 Okt 2025 23:31 WIB ·

SANTRI Millenial, SANTRI Melek Digital

Penulis: Khaerul Umam


 SANTRI Millenial, SANTRI Melek Digital Perbesar

Oleh :

Khaerul Umam, S.Ag*)

 

Momentum hari santri nasional tentu bukan sekedar romantisme sejarah, tetapi hadirnya hari santri dapat menjadi “cambuk” menghidupkan kembali karakter santri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimana jiwa spiritual yang tinggi dapat “diejawentahkan” dalam peran sosial yang dinamis dan mampu beradaptasi dengan lingkungan dia berkembang, sehingga dapat terwujud kembali tatanan individu masyarakat yang jujur, tanggung jawab, mandiri, sederhana, gotong-royong, mengutakan kepentingan umum, dan lain sebagainya.

 

A. PENDAHULUAN

     Salah satu upaya untuk menjadi manusia sejati adalah dengan menjadi santri. Dengannya seseorang akan mendapat bekal bakti kepada negeri dan washilah memperbaiki diri. Dawuh K.H. Mustofa Bisri, “Santri bukan hanya yang mondok saja, akan tetapi siapapun yang berakhlak seperti mereka, dialah santri”. Sejak periode penjajahan sampai kemerdekaan hingga saat ini sejarah telah banyak merekam dedikasi santri untuk masyarakat dan bangsa. Melalui pengabdiannya, mereka mampu menciptakan berbagai dinamika dalam kehidupan berbangsa.

     Tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional didasarkan kepada K.H. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama pada saat itu menyerukan ajakan jihad, yang disebut sebagai Resolusi Jihad untuk melawan tentara sekutu. Hal ini mengingatkan akan perjuangan bersejarah yang dilakukan para ulama dan santri dalam mempertahankan dan memperjuangkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari tangan penjajah Belanda. Dipimpin oleh kyai dan dibantu oleh santri sebagai tangan kanannya, semangat santri tidak goyah untuk bertekad dan bersatu melawan para penjajah yang hendak menghancurkan Indonesia lagi, padahal saat itu kemerdekaan Indonesia telah berlangsung 2 bulan sebelumnya.

     Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dinamika kehidupan berbangsa kini kian mengalami perubahan yang cukup ekstrem, salah satunya disebabkan oleh arus teknologi informasi yang sangat pesat dan adanya perubahan sistem sosial yang menciptakan berbagai macam media berbasis teknologi canggih nan modern. Menanggapi fenomena ini, para santri harus mampu memilah dan memilih budaya yang sesuai dengan akhlak dan identitasnya, karena bagaimanapun kita tidak akan pernah terlepas dari pengaruh media dan informasi yang otomatis membawa dampak positif dan negatif bagi kita, selain itu pandangan hidup dan pola pikir santri pun bisa ikut terpengaruh seperti sikap dan perilaku dalam berpakaian, menikmati musik, kisah asmara, dan berbagai budaya millenial lainnya.

      Lalu, pertanyaannya bagaimana langkah santri untuk bisa menjadi pelaku kemajuan peradaban dalam budaya millenial di tengah modernisasi negara ini? Serta apa konstribusi dan peran santri dalam mengisi dan membangun negeri di era millennial atau di era digitalisasi ini?

B. PEMBAHASAN

  1. Definisi Santri Millenial

     Santri hari ini, atau dapat kita sebut dengan istilah kerennya yaitu ‘Santri Zaman Now” yang berupa bagian-bagian dari generasi-generasi milenial dan tentu saja tidak dapat terlepas oleh ciri dari generasi milenial itu sendiri. Menurut Hasannuddin Ali, dalam bukunya dengan judul Milenial Nusantara yang dimaksud dengan generasi milenial ialah generasi dengan lahiran tahun 1981-2000. Kenapa disebut dengan santri millenial? Sebab, istilah milenial ini diberikan kepada mereka yang berada di era digital di mana saat ini santri hidup di zaman yang serba instan, praktis, terjangkau dan dapat terhubung langsung dengan jaringan internet yang bisa tersebar luas.

      Santri milenial disini merupakan seseorang yang sedang memperdalam ilmu agama sekaligus ilmu pengetahuan dan teknologi.  Menyikapi kondisi ini, sebagai santri milenial kita tidak boleh tergerus oleh zaman. Seorang santri harus selalu mengikuti arus perkembangan zaman yang semakin modern. Sebagai bagian dari era millenial, seorang santri harus melek digital, santri tidak boleh menutup mata terhadap realita zaman. Namun juga jangan hanya ingin yang serba cepat, apalagi sampai ikut-ikutan budaya kebarat-baratan yang tidak sesuai dengan budaya negeri ini, atau bahkan sama sekali tidak mencerminkan perilaku seorang santri. Santri sejati harus mampu menggunakan teknologi dan menciptakan kemampuan diferensial dan distinctive untuk terus mengasah dan meningkatkan skill keterampilannya dalam menelaah dan menyeimbangkan diri dengan tuntutan zaman.

     Dahulu santri itu hanya fokus membahas mengenai keagamaan saja dan dengan metode tradisional serta menyalurkan kepada masyarakat dengan cara yang tradisional pula, sehingga pola pikir masyarakat terhadap santri bahwa santri hanya dapat mengurus atau menbahas mengenai agama saja dan masyarakat juga berfikir bahwa santri tidak memberikan pengaruh dan kontribusi dalam bidang politik, ekonomi, serta teknologi dan juga minat masyarakat untuk memasukkan anaknya di pesantren atau dayyah tentu saja berkurang. Di zaman sekarang santri tidak hanya menjadi ustadz saja, namun banyak dari santri sekarang yang memasuki dunia poitik. Guna agar politik menjadi lebih adem serta mempunyai martabat yang tinggi. Dahulu juga orang-orang jika ingin berkomunikasi pasti bertemu, sekarang cukup dengan menyalakan ponsel bisa langsung berkomunikasi dan melihat wajah, dan tentunya masih banyak lagi. Tentu dalam peningkatan di zaman ini kita perlu menyikapinya dengan bijak, karena jika tidak begitu zaman itu sendiri akan menggerus dan dapat juga menghancurkan dan tentu saja menghancurkan tanpa menyentuh.

  1. Peran Santri dalam Membangun Negeri di Era Millenial

     Santri, sebagai pilar utama dalam tradisi keislaman di Indonesia, memiliki peran yang tak tergantikan dalam membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Di era milenial saat ini, peran santri menjadi semakin penting dalam menghadapi berbagai tantangan dan dinamika zaman.

      a. Pemeliharaan Tradisi Keislaman

        Santri milenial memegang peranan penting dalam memelihara tradisi keislaman yang telah menjadi bagian integral dari budaya dan identitas Indonesia. Mereka menjadi garda terdepan dalam menjaga dan mengamalkan ajaran agama secara kaffah, serta menjadi teladan bagi generasi muda lainnya.

       b. Kontribusi dalam Pendidikan

        Santri milenial turut berperan dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam yang berkualitas. Melalui pesantren-pesantren modern, mereka tidak hanya memperdalam pemahaman agama, tetapi juga mendapatkan pendidikan formal dan keterampilan yang dapat mendukung kemajuan dan kontribusi mereka dalam masyarakat.

       c. Keterlibatan dalam Pembangunan Sosial

           Santri milenial aktif terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, seperti pengabdian masyarakat, pemberdayaan ekonomi lokal, dan penanggulangan bencana. Mereka memperlihatkan komitmen yang tinggi dalam membantu sesama tanpa memandang perbedaan.

       d. Penjaga Kebinekaan dan Toleransi

        Sebagai bagian dari masyarakat multikultural, santri milenial memiliki peran krusial dalam menjaga kebinekaan dan memperkuat toleransi antar umat beragama. Mereka menunjukkan sikap inklusif dan menghormati perbedaan, serta menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai kelompok dalam masyarakat.

      e. Inovasi dan Pembaruan

         Santri milenial tidak hanya mewarisi tradisi, tetapi juga menjadi agen perubahan yang menghadirkan inovasi dan pembaruan dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka menggunakan pengetahuan dan keterampilan modern untuk mengatasi tantangan zaman, serta menjawab kebutuhan masyarakat secara kreatif dan progresif.

        Menurut penulis terdapat beberapa hal yang harus santri lakukan dalam mempersiapkan dirinya agar dapat menjadi pelaku dalam sejarah itu sendiri serta serta pelopor dalam kemajuan peradaban di Negara dengan berdasarkan kenyataan yang ada. Pertama, santri harus dapat memiliki kecerdasan intelektual, serta pemahaman dalam menyikapi setiap masalah yang ada. Kedua, santri harus dapat mempunyai keteguhan atau keistiqamahan sehingga tahan akan godaan mengenai budaya barat dikalangan pemuda Indonesia. Nah, kedua hal itu akan lahir dari kalangan pemuda di Negara ini dan didalamnya tentu saja terdapat kaum santri. mungkin bahkan tidak dapat menutup kemungkinan bahwa santri yang akan menjadi pelopor negara dengan kemajuannya dibidang masing-masing.

        Dengan demikian, peran santri milenial di era sekarang tidak hanya sebagai pewaris tradisi, tetapi juga sebagai agen perubahan yang membawa harapan dan kontribusi positif bagi kemajuan masyarakat. Melalui komitmen mereka dalam memelihara nilai-nilai keislaman, berpartisipasi dalam pembangunan sosial, dan menjaga kebinekaan, santri milenial menjadi kekuatan yang mendorong Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Seorang santri harus memiliki prinsip yang kuat dalam menjaga keutuhan negara NKRI. Santri harus terus berpikiran maju dan terbuka terhadap semua hal sebagai wujud adaptasi perkembangan zaman.

     3. Kiprah dan Konstribusi Santri dalam Membangun Negeri di Era Millenial

      Sebagai santri jangan hanya mengali ilmu agama sajaa, tetapi juga ilmu-ilmu umum lainnya, Karena jika tidak, negara dan masyarakat nantinya akan diisi oleh orang-orang yang tidak faham agama. Dan jika itu terjadi maka akan terdapat goncangan yang begitu besar dalam kehidupan bermasyarakat serta bernegara. Karena seperti yang kita ketahui sudah banyak masalah di zaman sekarang ini baik sosial maupun pribadi masyarakat itu sendiri. Jadi, santri harus dapat bangkit menjadi agent of change (gerakan perubahan) bagi negara. Guna agar negara dapat lebih maju dan juga santri milenial dapat lebih semangat di era milenial ini.

      Sebagai santri harus berani melakukan jihad kekinian dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.  Banyaknya masalah di dunia maya yang terjadi saat ini seperti maraknya praktik politisasi online, penyalahgunaan dakwah, eksploitasi umat, hingga banyaknya hate speech, hoax, dan fitnah yang kini membanjiri wajah keberagaman bangsa ini. Disinilah santri harus menjadi garda terdepan dalam membela kebenaran, dan sebagai promotor persatuan kesatuan dan perdamaian dunia. Inilah yang penting bagi seorang santri di tengah arus globalisasi modernisasi saat ini. Dengan kecerdasan intelektual, spiritualitas dan akhlakul karimah yang dimilikinya, santri millenial diharapkan dapat meneruskan estafet perjuangan para pendahulu dan menjadi pelopor kemajuan peradaban bangsa di masa mendatang. Untuk itu, budaya santri milenial tidak akan terkikis oleh perkembangan zaman, justru menjadi penguat bagi keutuhan suatu bangsa di era modernisasi saat ini.Di era milenial ini, peran santri dalam memajukan bangsan sangatlah berpengruh dan harus kita dukung.

     Kiprah dan kontribusi peran santri di era digitalisasi mengalami perubahan yang signifikan, seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat. Santri, yang dikenal sebagai individu yang mengenyam pendidikan agama di pesantren, kini semakin mampu memanfaatkan kemajuan digital untuk mendukung pembelajaran agama, menyebarkan dakwah, serta berkontribusi dalam berbagai sektor kehidupan. Di era digital ini, peran santri tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan semata, tetapi juga meluas ke berbagai bidang lainnya. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait Kiprah dan kontribusi santri di era digitalisasi:

a. Santri Sebagai Penggerak Dakwah Digital

      Di era digital, santri dapat memanfaatkan berbagai platform seperti media sosial, blog, podcast, dan YouTube untuk menyebarkan dakwah dan pengetahuan agama kepada masyarakat. Mereka bisa membuat konten yang mengedukasi, menginspirasi, dan memberikan pencerahan tentang Islam serta nilai-nilai keagamaan. Dengan demikian, santri dapat menjadi penggerak dakwah yang menjangkau audiens yang lebih luas dan lebih beragam tanpa batasan geografis.

  • Contoh: Banyak santri kini memiliki akun media sosial yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang mudah diterima oleh generasi muda, seperti melalui video pendek, infografis, atau kajian agama online.

b. Peningkatan Akses Pembelajaran Agama melalui Platform Digital

     Sebagai bagian dari generasi milenial dan Gen Z, santri tidak hanya mengandalkan pembelajaran secara konvensional di pesantren, tetapi juga dapat mengakses materi pembelajaran agama melalui berbagai platform digital. Banyak pesantren yang kini sudah mulai mengintegrasikan teknologi dalam sistem pendidikan mereka, seperti menyediakan kelas online, aplikasi untuk belajar kitab kuning, atau webinar yang menghadirkan ulama untuk mengajarkan ilmu agama.

  • Contoh: Beberapa pesantren kini memiliki aplikasi atau platform digital yang memungkinkan santri untuk belajar ilmu agama kapan saja dan di mana saja, termasuk dengan sistem pembelajaran jarak jauh (online) yang lebih interaktif.

c. Santri sebagai Penerus Tradisi Keagamaan di Dunia Maya

     Santri tidak hanya belajar tentang ilmu agama yang bersifat tradisional, tetapi juga memahami konteks keagamaan dalam menghadapi tantangan zaman. Mereka memiliki peran sebagai penerus tradisi keagamaan yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di dunia maya, misalnya dengan mengadaptasi nilai-nilai agama dalam menghadapi masalah sosial atau isu-isu kontemporer yang berkembang di dunia digital.

  • Contoh: Santri yang terlibat dalam diskusi online tentang etika digital, penggunaan media sosial secara bijak, atau pembahasan tentang hukum Islam terkait teknologi (seperti hukum fintech, media sosial, dan penggunaan internet).

d. Menggunakan Teknologi untuk Pemberdayaan Masyarakat

     Santri kini juga dapat berperan dalam pemberdayaan masyarakat melalui penggunaan teknologi. Mereka bisa terlibat dalam pengembangan aplikasi yang bermanfaat untuk masyarakat, seperti aplikasi zakat, wakaf, atau infak, serta aplikasi yang memudahkan umat Islam dalam menjalankan ibadah, seperti jadwal sholat atau pencarian masjid terdekat.

  • Contoh: Santri dapat terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan platform digital yang memberikan layanan bimbingan agama atau layanan sosial berbasis teknologi yang mempermudah umat dalam beribadah dan berkegiatan sosial.

e. Peran Santri dalam Menanggapi Isu-Isu Sosial melalui Media Digital

     Santri juga memiliki peran penting dalam menanggapi isu-isu sosial dan politik melalui media digital. Mereka dapat memberikan wawasan Islam yang sejuk dan konstruktif mengenai berbagai permasalahan sosial, seperti intoleransi, kekerasan, atau pemahaman radikalisasi, dengan pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai agama yang moderat.

  • Contoh: Menggunakan media sosial untuk menyampaikan pesan-pesan perdamaian, toleransi, dan moderasi Islam yang bisa meng-counter narasi radikal dan intoleran yang sering berkembang di dunia maya.

f. Santri sebagai Kreator Konten Positif

      Di dunia yang semakin digital ini, santri dapat berperan sebagai kreator konten yang tidak hanya terbatas pada materi agama, tetapi juga memberikan kontribusi dalam berbagai aspek, seperti seni, budaya, atau literasi digital. Mereka bisa menciptakan konten yang menggabungkan pengetahuan agama dengan aspek kreatif, seperti film, musik, desain, atau literasi yang mendalam.

  • Contoh: Santri yang menghasilkan konten kreatif, seperti video edukasi, animasi Islami, atau cerita pendek yang mengedukasi masyarakat, termasuk yang bersifat inspiratif atau mengajak kepada kebaikan.

g. Santri Sebagai Agen Perubahan dalam Masyarakat Digital

      Santri dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat digital, yang tidak hanya terbatas pada aspek agama, tetapi juga dalam menghadapi berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan budaya di dunia digital. Mereka bisa memberikan solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, baik dalam hal pendidikan, kesehatan, maupun pemberdayaan ekonomi melalui teknologi.

  • Contoh: Santri yang terlibat dalam program-program digitalisasi ekonomi, seperti mendukung UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) melalui platform e-commerce atau memberikan pelatihan kewirausahaan berbasis digital.

h. Penguatan Karakter dan Etika Digital

     Di era digital, santri juga memiliki peran penting dalam mengajarkan etika digital, mengingat dunia maya memiliki tantangan tersendiri dalam hal perilaku dan interaksi sosial. Santri dapat menjadi teladan dalam mengajarkan adab atau etika berinteraksi di dunia maya, seperti menghormati privasi orang lain, menghindari hoaks, dan menjaga kesopanan dalam berkomunikasi.

  • Contoh: Santri yang memberikan edukasi tentang bahaya penyebaran berita palsu (hoaks) di media sosial atau mengingatkan pentingnya adab dalam berkomunikasi online, serta menjaga akhlak digital.

C. PENUTUP

     Sebagai santri jangan hanya mengali ilmu agama sajaa, tetapi juga ilmu-ilmu umum lainnya, Karena jika tidak, negara dan masyarakat nantinya akan diisi oleh orang-orang yang tidak faham agama. Dan jika itu terjadi maka akan terdapat goncangan yang begitu besar dalam kehidupan bermasyarakat serta bernegara. Karena seperti yang kita ketahui sudah banyak masalah di zaman sekarang ini baik sosial maupun pribadi masyarakat itu sendiri. Jadi, santri harus dapat bangkit menjadi agent of change (gerakan perubahan) bagi negara. Guna agar negara dapat lebih maju dan juga santri milenial dapat lebih semangat di era milenial ini. Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan moral masyarakat melalui dakwah-dakwahnya atau melalui pengajarannya, baik di lingkungan masyarakatnya maupun di flatform media social. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa santri menjadi salah satu komponen pembangun negeri di era modern dan digitalisasi ini.

    Di era digitalisasi, santri memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga eksistensi ajaran agama, memperkenalkan nilai-nilai Islam yang moderat, dan memberikan kontribusi positif di dunia maya. Dengan memanfaatkan teknologi, santri dapat menjadi agen perubahan yang tidak hanya mendalami agama secara tradisional, tetapi juga berperan aktif dalam masyarakat digital. Sebagai generasi yang paham agama dan teknologi, santri bisa menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, serta memberikan dampak positif dalam perkembangan zaman.

      Santri di era milenial juga sudah melek teknologi, serta dapat membendung atau membatas sebuah paham yang akan merusak citra Agama dan tentunya dapat merusak negara. Santri di era milenial juga tidak jarang memposting sesuatu yang berkaitan dengan negara dan agama, seperti berdakwah dalam media sosial dan juga selalu menshare dan membatasi konten yang bisa merusak citra Agama dan Negara.

    Santri milenial harus dapat mengetahui serta mampu menjawab mengenai perkembangan zaman. Seperti beberapa waktu lalu terdapat informasi di media yang begitu mencuri perhatian public bahwasannya terdapat di Pesantren Blitar dan Mojokerto di Jawa Timur ada santri yang berhasil memenangkan kontes robotic di Jepang. Berita itu  banyak memotivasi santri yang lain, bagaimana tidak, dengan adanya ajang perlombaan itu bisa membuat santri lain lebih termotivasi. Nah, hal ini yang harus terus dikembangkan oleh para santri sehingga dalam keikutsertaan serta peran santri dalam memajukan negara ini dapat terlihat. Dan ini sangat berpengaruh terhadap keinginan masyarakat sekitar atau juga para petinggi negara mengenai keikutsertaan santri dalam perlombaan-perlombaan dibidang nasional. Selamat Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2025: Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia (Disarikan dari berbagai sumber).

 

———

**)Penulis adalah Penghulu Ahli Madya pada KUA Pakuhaji Kab.Tangerang, da’i/Penceramah, penulis, dan pemerhati sosial keagamaan, juga pernah nyantri di Ponpes Miftahussa’adah Benggala Neglasari Kota Serang-Banten.

Previous Post Waris (Faraidh VI)
0 0 votes
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 25 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

PENCATATAN TAJDID NIKAH (PART 1)

14 Oktober 2025 - 07:39 WIB

Hukum Susuan yang Mengharamkan Nikah dalam Pandangan Mazhab

13 Oktober 2025 - 16:56 WIB

Rumah Tangga Diujung Tanduk: Tepuk Sakinah VS Tepuk Syaithan , Siapa Yang Menang??

11 Oktober 2025 - 09:03 WIB

3 Rahasia Rumah Tangga Harmonis Ala Rasulullah SAW

11 Oktober 2025 - 08:48 WIB

Keadilan, Gender, dan Tujuan Perkawinan dalam Islam: Analisis Normatif, Maqasid Syariah, dan Relevansi Sosial Kontemporer

6 Oktober 2025 - 17:18 WIB

CINTA, MUTLAK KUASA ALLAH

5 Oktober 2025 - 14:20 WIB

Trending di Hikmah
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x