Menu

Mode Gelap

Karya Ilmiah · 27 Okt 2025 11:21 WIB ·

Panggilan Jiwa Ibu Pertiwi: Transformasi Ikrar Suci Bagimu Negeri

Penulis: Khaerul Umam


 Panggilan Jiwa Ibu Pertiwi: Transformasi Ikrar Suci Bagimu Negeri Perbesar

Oleh :

KHAERUL UMAM, S.Ag*)

(Penghulu Ahli Madya KUA Pakuhaji)

 

Muqadimah

     Sumpah Pemuda adalah adalah sebuah tekad perjuangan pemuda-pemudi Indonesia untuk kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda menjadi momentum membangkitkan semangat pemuda-pemudi Indonesia untuk melawan, mengusir, dan menentang para penjajah. Hari sumpah pemuda adalah momen berharga untuk menguatkan kembali jiwa kepemudaan. Mengingat, para pemuda menjadi tonggak bagi generasi di masa depan. Sehingga, para pemuda harus selalu memiliki jiwa besar, semangat juang dan keyakinan yang kukuh. Pemuda di Indonesia sudah bersumpah dengan menjunjung nilai-nilai mulia. Mereka berkomitmen untuk menjaga tanah air, bangsa dan persatuan Indonesia.

Sunyi yang Memanggil

      Sunyi itu bukan diam. Ia adalah panggilan. Dari rahim bumi Nusantara, suara lembut Ibu Pertiwi kembali menggema: “Bangunlah jiwa dan ragamu, wahai pemuda Indonesia.”Dalam kesunyian yang khidmat, di bawah langit saksi perjuangan, kita dengar kembali Ikrar suci yang menjadi fondasi lahirnya Indonesia Raya: Pertama: Kami, putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kedua: Kami, putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami, putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Tiga janji suci itu bukan sekadar kenangan; ia adalah energi spiritual kebangsaan — nyala abadi yang menuntun arah perjalanan generasi demi generasi. Dari 1928 hingga 2025, sumpah itu terus bertransformasi menjadi panggilan jiwa untuk membangun negeri, melampaui sekat waktu, suku, agama, dan status sosial.

Ikrar yang Menjadi Gerak

      Sumpah Pemuda bukan hanya kata, melainkan gerak sejarah — gerak yang lahir dari kesadaran bahwa bangsa besar hanya dapat berdiri tegak bila generasi mudanya bersatu dalam cita-cita, berjuang dengan cinta, dan bekerja dalam pengabdian. Kini, semangat itu menemukan wujud barunya. Di era digital yang sarat ancaman hybrid — dari disinformasi algoritmik hingga narkoba yang menggerogoti moral bangsa — Indonesia membutuhkan jiwa pemuda yang berkarakter, tangguh, dan Pancasilais. Lahirnya berbagai program transformatif di bidang pendidikan dan karakter menjadi bukti bahwa semangat 1928 tidak pernah padam; ia justru hidup dalam setiap kebijakan dan langkah nyata pemerintahan hari ini.

Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Cita-Cita Suci

       Segala gerak pembangunan bangsa bersumber dari nilai luhur pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari fondasi spiritual inilah tumbuh Cita-Cita Suci – tekad untuk membangun manusia Indonesia yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Ikrar sacral “Resolusi Jihad” KH. Hasyim Asy’ari pernah menjadi bara semangat perjuangan para pemuda dalam mempertahankan kemerdekaan. Nilai ketuhanan yang melahirkan keberanian itulah yang kini menjadi dasar pembangunan karakter bangsa. Filosofi Asah, Asih, Asuh kembali menjadi panduan abadi: Asah menajamkan kecerdasan dan daya pikir kritis. Asih menumbuhkan kasih sayang dan kepedulian sosial. Asuh menuntun ke jalan moral dan tanggung jawab kebangsaan. Ajaran Ki Hadjar Dewantara memperkuat pilar tersebut: Ingarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan. Inilah akar pendidikan nasional yang kini ditegaskan kembali melalui visi pendidikan era baru.

Garudaku Pancasila Sakti – Terbang Tinggi di Langit Nusantara

     Presiden Prabowo Subianto, melalui visi strategisnya, menjawab panggilan zaman dengan tekad menyiapkan generasi muda yang unggul, patriotik, berjiwa nasionalis, dan berkarakter kebangsaan.  Program besar pembangunan karakter dan kemandirian bangsa menjadi pilar utamanya. Salah satunya diwujudkan melalui Sekolah Unggulan Garuda dan Sekolah Rakyat – inisiatif untuk membangun sumber daya manusia unggul, berkarakter, berilmu, dan berdaya saing global.

      Program ini bukan sekadar proyek pendidikan; ia adalah gerakan moral kebangsaan. Dengan sistem berasrama, kurikulum nasional-internasional, dan digitalisasi pembelajaran, Sekolah Unggulan Garuda membentuk insan yang tangguh, mandiri, berjiwa juang, serta berwawasan global. Penambahan SMA Taruna Nusantara di enam wilayah strategis mempertegas komitmen pemerataan kesempatan belajar. Pendidikan Indonesia kini membentang luas — menembus batas sosial dan geografis, membawa pesan bahwa setiap anak bangsa berhak terbang tinggi menuju masa depan.

Retreat Magelang — Menyatu dalam Nilai Kepemimpinan dan Kebangsaan

     Retreat nasional di Lembah Tidar, Magelang, yang diikuti Presiden, para menteri, Kabinet Merah Putih serta pembentukan karakter pelajar SMA dalam pembinaan karakter dan bela negara, bukan sekadar seremoni. Ia adalah simbol transformasi kepemimpinan berbasis nilai. Kedisiplinan, semangat pantang menyerah, solidaritas, dan kesederhanaan pengabdian ala TNI dihidupkan kembali dalam ruang jiwa — menyatukan pemimpin dan rakyat dalam semangat pengabdian yang sama.

      Dari Lembah Tidar Magelang, pesan itu mengalun tegas: bangsa yang besar harus dipimpin oleh jiwa-jiwa yang patriotik, rendah hati namun berani, sederhana namun kuat, disiplin namun penuh kasih. Bagi generasi muda, inilah sekolah kehidupan yang sejati — latihan batin untuk melahirkan pemimpin masa depan yang berkarakter luhur.

Panggilan Jiwa Generasi Emas Ibu Pertiwi

      Di tengah perubahan global yang kian cepat, panggilan Ibu Pertiwi semakin nyaring menggema dalam relung hati bangsa: “Bangunlah karakter, tumbuhkan iman, rawat persatuan, majukan ilmu.” Menuju Indonesia Emas 2045, pemuda Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton dalam arus kemajuan digital, melainkan arsitek masa depan bangsa.

       Dengan ilmu yang beradab, teknologi yang beretika, dan nasionalisme yang cerdas, generasi muda harus berpikir global tanpa kehilangan jati diri kebangsaan. Transformasi kemajuan tidak boleh mengikis akar moralitas dan nilai keindonesiaan. Ikrar Suci 1928 kini bertransformasi menjadi gerak masa depan. Semangat “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” menjelma menjadi “Satu Tujuan: Indonesia Emas 2045.”

Penutup

Dari Sunyi Bangkitlah Jiwa, dari Jiwa Bangkitlah Bangsa

      Bangsa ini dibangun bukan semata oleh pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi, melainkan oleh iman, karakter, akhlak, adab, ilmu, dan cinta yang tak berbatas. Dari Lembah Tidar, Magelang, suara itu kembali menggema di relung hati bangsa – panggilan suci dari Ibu Pertiwi kepada anak-anaknya: “Bangunlah jiwa dan ragamu, wahai pemuda Indonesia. Engkaulah harapan dan penjaga masa depan negeri ini.” Garuda-harga diriku. Pancasila-jiwaku. Keduanya membentangkan sayapnya, bersiap menyongsong fajar Indonesia Emas 2045 – negeri yang berdaulat, berkarakter, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun 2025 dengan tema: “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu.”

 

———–

**)Penulis adalah Penghulu Ahli Madya pada KUA Pakuhaji Kab.Tangerang,   da’i/Penceramah, penulis, dan               pemerhati sosial keagamaan.

 

0 0 votes
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 18 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

Refleksi Sumpah Pemuda: Meneladani Ashabul Kahfi

28 Oktober 2025 - 12:04 WIB

Manajemen Wakaf Produktif dalam Perspektif Islam

28 Oktober 2025 - 11:30 WIB

SANTRI: Karakater yang Khas dan Unik

26 Oktober 2025 - 22:40 WIB

Pernikahan Kembar Siam (Conjoined Twins) Dalam Perspektif Hukum Islam

26 Oktober 2025 - 22:30 WIB

Dari Pesantren untuk Bangsa, Selamat Hari Santri

22 Oktober 2025 - 19:47 WIB

Santri, Pesantren, dan Indonesia: Transformasi Resolusi Jihad Digital Menuju Indonesia Emas 2045

21 Oktober 2025 - 14:49 WIB

Trending di Karya Ilmiah
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x