Kesetiaan bukan sekadar janji manis yang diucapkan saat ijab kabul. Ia adalah napas panjang, komitmen seumur hidup, dan bentuk wujud dari kedewasaan dua insan yang memilih berjalan bersama dalam suka dan duka. Banyak rumah tangga tumbuh bukan karena kemewahan, tetapi karena kesetiaan yang dijaga bagai bara kecil yang bermakna terlihat kecil, namun mampu menghangatkan seluruh rumah. Kesetiaan bukan hanya tentang tidak mengkhianati, dalam perspektif yang lebih luas, kesetiaan bukan hanya persoalan tidak berpaling kepada yang lain. Kesetiaan adalah Konsisten mencintai dalam situasi yang berubah, menjaga hati dari godaan yang merongrong ketenangan rumah, menghadirkan rasa aman bagi pasangan, bahwa cinta ini tidak sedang “dipertimbangkan ulang” dan kesediaan untuk hadir, mendengarkan serta memahami meski kita sendiri sedang lelah. Kesetiaan adalah ibadah hati dan siapa pun yang menjaganya sedang menjaga rumah tangganya dari keretakan. Rasulullah ﷺ bersabda:
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم أخلاقا
“Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)
Problematika kesetiaan merupakan ujian yang nyata, tidak ada rumah tangga tanpa ujian. Dan ujian terbesar bukan selalu tentang ekonomi, tetapi sering kali tentang hati. Ketika percakapan berubah menjadi sekadar rutinitas, ruang kosong di antara dua hati semakin melebar. Kerenggangan kecil ini bisa menjadi pintu masuk pihak ketiga, ketidakpuasan, dan prasangka. Ia tidak selalu muncul dalam bentuk cinta terlarang. Bisa jadi dalam bentuk “tempat curhat”, “teman kerja yang perhatian”, atau “pengagum diam-diam”. Banyak yang awalnya hanya obrolan ringan, namun berakhir menjadi pelarian emosional. Di era sekarang ini, perselingkuhan tidak harus dalam bentuk fisik. Setiap chat yang disembunyikan, setiap notifikasi yang “dihapus”, dan setiap candaan yang melampaui batas adalah langkah kecil menuju pengkhianatan besar. Kesetiaan bukan hanya menjaga diri dari godaan luar, tetapi juga menjaga reaksi saat marah. Banyak rumah tangga retak bukan karena kurang cinta, tetapi karena kelebihan ego. Ketika pasangan tidak lagi merasa dihargai, diperhatikan, atau diprioritaskan, maka hati perlahan mencari tempat lain untuk merasa “berarti”. Ini adalah titik rawan yang sangat sering luput disadari.
Kesetiaan itu dibangun, bukan dituntut
Kesetiaan tidak terbentuk dalam sehari. Ia tumbuh perlahan dari ribuan pilihan kecil yang kita ambil setiap hari seperti halnya memilih untuk jujur ketika ada kesempatan untuk berbohong, memilih untuk pulang ketika hati ingin pergi, memilih untuk mendekat ketika masalah membuat ingin menjauh dan memilih untuk memperbaiki, bukan mencari pengganti. Pernikahan adalah perjalanan, bukan perlombaan. Setiap pasangan akan mendapati masa indah dan masa sulit yang silih berganti. Namun kesetiaan membuat keduanya tetap saling menggenggam tangan meski jalan di depan tidak selalu rata.
Kesetiaan dalam kacamata syari’at
Allah SWT berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةًۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ٢١
“Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang.”
(QS. Ar-Rum: 21)
Ketenteraman tidak akan turun kepada hati yang goyah. Kasih sayang tidak akan langgeng di hati yang banyak persinggahan. Karena itu, syariat memerintahkan kesetiaan bukan hanya secara fisik, tetapi juga batin. Kesetiaan adalah bagian dari menjaga kehormatan diri (hifzh al-‘ird), termasuk maqashid syariah dalam menjaga keharmonisan keluarga. Jadilah tempat pulang terbaik bagi pasangan. Semakin nyaman ia jujur kepada Anda, semakin kecil peluang ia mencari tempat lain untuk membuka isi hatinya. Sediakan waktu untuk sekadar bertanya, “Bagaimana harimu?” dan sungguh-sungguh mendengarkan jawabannya. Banyak pengkhianatan besar bermula dari candaan kecil yang dianggap biasa. Password bukan untuk membuka aib pasangan, tetapi untuk membangun rasa aman bahwa tidak ada yang disembunyikan. Bukan yang paling mewah, tetapi yang paling menenangkan. Rumah yang damai membuat kesetiaan tumbuh kuat. Kesetiaan bukan hanya kekuatan manusia, tetapi penjagaan Allah. Doakan pasangan dalam sujud-sujud panjang, di sanalah cinta paling jujur berlabuh.
Akhir,
Kesetiaan adalah nafas pernikahan
Setiap pernikahan pasti diuji. Namun pasangan yang tetap setia bukan berarti tidak pernah tergoda, melainkan mampu menolak godaan itu demi menjaga ikatan suci yang sudah disahkan oleh wali, disaksikan oleh keluarga, dan disatukan oleh Allah. Kesetiaan adalah hadiah terbesar yang bisa diberikan kepada pasangan. Ia tidak berisik, tidak pamer, tidak menuntut balasan, namun tanpa kesetiaan, semua kemewahan rumah tangga akan runtuh.
Semoga setiap rumah tangga di negeri ini diberi Allah kekuatan untuk menjaga kesetiaan, menyuburkan cinta, dan mengarungi bahtera keluarga sampai surga.
- Muhamad Fathul Arifin – KUA Kesugihan, Cilacap








