DI BAWAH NAUNGAN ILAHI

DI BAWAH NAUNGAN ILAHI

DI BAWAH NAUNGAN ILAHI

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىْ اَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِىْ قُلُوبِ الْمُؤْمِنِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَه لاَ شَرِيكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ. شَهَادَةً تُنْجِىْ قَائِلَهَا مِنْ اَهْوَالِ يَوْمِ الدِّينِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّهُمَّ صَلِّ  وَسَلِّمْ وَبـَارِكْ عَلَـيْهِ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِه اَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى جَمِيْعِ اِخْوَانِهِ مِنَ اْلاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِـيْنَ وَالصِّدِّقِـيـنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. عِبَادَ اللهِ! مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ  رَحِمَكُمُ اللهُ. اِتَّقُوا اللهَ  وَاَحْسِنُوْا، فَاِنَّ اللهَ لاَ يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ.

Hadirin kaum muslimin-muslimat rahimakumullah

Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita, terutama nikmat iman dan islam. Salawat dan salam sejahtera semoga senantiasa tercurah ke haribaan baginda Rasulullah SAW, kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Hadirin kaum muslimin-muslimat rahimakumullah

Dunia, dengan segala pesonanya ini adalah alam ketiga dari rangkaian lima alam yang menjadi tempat persinggahan kita. Empat alam merupakan persinggahan sementara, yakni alam ruh, alam rahim, alam dunia, dan alam barzakh. Sedangkan satu alam lagi adalah tempat tinggal abadi untuk selamanya, yaitu alam akhirat.

Sebelum memasuki alam akhirat itu, kita akan mengalami beberapa peristiwa, di antaranya ba’ats – yaitu bangkit dari kubur, kemudian ma’syar – yaitu berkumpulnya seluru makhluk di satu tempat, kemudian hisab – yaitu perhitungan amal perbuatan, dan  mizan – yaitu timbangan atas perbuatan baik dan buruk. Dari sekian rangkaian peristiwa tersebut, seluruh makhluk – khususnya manusia – akan merasakan kepayahan, kesulitan, kepanikan, dan ketakutan yang luar biasa. Mari kita perhatikan firman Allah SWT:

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِۙ وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِۙ وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِۗ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ مُّسْفِرَةٌۙ ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ ۚ وَوُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌۙ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ ࣖ

Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan, mereka Itulah orang-orang kafir lagi durhaka. (QS. ‘Abasa: 34-42)

Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:

يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِيْنَ اِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْدًا وَنَسُوْقُ الْمُجْرِمِيْنَ اِلٰى جَهَنَّمَ وِرْدًا ۘ

Ingatlah hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam Keadaan dahaga. (QS. Maryam:85-86)

 

Demikianlah manusia pada hari itu diselubungi rasa ngeri, cemas, takut, panas, berkeringat, bingung, dan dalam suasana yang mencekam dan mengerikan. Rasulullah SAW bersabda:

يـَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَتَّى يَغِيبَ اَحَدُهُمْ فِىْ رَشَحِهِ اِلَى اتِّصَافِ اُذُنــَيْهِ. (متفق عليه)

Pada hari  itu manusia berdiri menghadap Tuhan seluruh alam, hingga dia tenggelam dalam keringatnya sendiri sampai ke telinganya. (HR. Bukhari-Muslim)

Hadirin kaum muslimin-muslimat rahimakumullah

Namun demikian, tidak semua manusia merasakan hal yang sama. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menuturkan bahwa ada tujuh kelompok manusia justru merasakan sebaliknya. Mereka mearasakan kebahagiaan yang luar biasa, kenyamanan, ketenangan, ketenteraman, dan kenikmatan yang belum mereka rasakan sebelumnya. Mereka tidak merasa kehausan sebagaimana sebagian besar manusia merasakannya. Mereka tidak mengalami kepanasan sinar matahari ma’syar yang hanya berjarak beberapa ratus meter di atas kepala sebagaimana yang dialami oleh orang-orang yang durhaka. Mereka pun tidak berada dalam kesusahan, kesulitan, dan ketakutan karena tenggelam dengan keringat sendiri sebagaimana keberadaan orang-orang yang ingkar kepada Allah serta mendustakan hari pembalasan. Mereka itulah tujuh kelompok manusia yang mendapatkan naungan rahmat dan pertolongan dari Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:

سَــبْعَــةٌ يُــظِلُّهُمُ اللهُ  فِىْ ظِلِّـهِ يـــَوْمَ لاَ ظِــلَّ اِلاَّ ظِلُّهُ.

Ada tujuh kelompok manusia yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari tidak naungan selain naungan-Nya.

Yang pertama:

 اِمَـــــامٌ عَادِلٌـــــــــــــ

Pemimpin yang adil, yang memahami makna kepemimpinannya bahwa pangkat, jabatan, dan kekuasaannya itu bukanlah hadiah yang dapat dinikmati sekehendak hati, melainkan amanah yang secara lahiriyahnya dari sesama manusia, namun pada hakikatnya adalah amanah dari Allah SWT kepada dirinya. Tentu saja amanah itu bukan pemberian tanpa nilai, tetapi ia adalah titipan yang pada saatnya nanti akan dimintakan tanggung jawabnya di hadapan Qadhi Rabbul-Jalil – Allah Azza wa-Jalla.

Hadirin kaum muslimin-muslimat rahimakumullah

Kedua, orang yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari kiamat kelak adalah:

شَـــابٌّ نـــَشَـــأَ فِـــىْ عِــــبَادَةِ اللهِ.

Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada kepada Allah SWT. Pemuda yang teguh memegang prinsip keimanannya di tengah-tengah gempuran arus modernisasi dan globalisasi. Pemuda yang konsisten dengan keyakinannya sebagai penerus estafet perjuangan para alim-ulama. Pemuda yang tangguh dalam menghadapi setiap tantangan yang menghadang di hadapannya. Pemuda yang taat kepada Allah, mencintai Rasulnya, memuliakan orang tuanya, menghormati sesamanya, sehingga ia menjadi tauladan masyarakat sekitarnya.

Ketiga,  orang yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari kiamat kelak adalah:

رَجُلٌ  قَلْــــبُهُ  مُعَلَّـــقٌ  بِالْـــمَسْجِدِ اِذَا خَرَجَ  مِنْهُ حَتَّى يَعُودَ.

Seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid apabila ia keluar dari masjid sampai ia kembali lagi. Yakni orang-orang yang selalu mencurahkan segenap perhatian, fikiran, tenaga, harta-benda, dan kemampuannya untuk kemajuan dan kemakmuran masjid. Di samping untuk pusat pelaksanaan ibadah, juga untuk sentral kegiatan dakwah dan sosial kemasyarakatan. Demikianlah orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid sehingga Allah SWT berkenan memberikan penghargaan kepadanya, sebagaimana firman-Nya:

اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ

Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (at-Taubah: 18)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *