Ada satu kata yang membuat dada bergetar dan air mata menetes di hari pernikahan: “Sah.” Kata sederhana, tapi maknanya luar biasa. Dari situ, dua insan yang semula tak terikat kini resmi menjadi pasangan halal yang diberkahi Allah. Namun setelah semua tepuk tangan dan senyum bahagia, Islam mengajarkan satu hal penting: jangan lupa berdoa. Ya, ketika dua hati bersatu, hendaknya keduanya memulai langkah pertama dengan doa pengantin yang diajarkan Rasulullah ﷺ, yaitu doa yang sarat makna, lembut, dan penuh harapan.
💞 Doa yang Diajarkan Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila salah seorang dari kalian menikah dengan seorang wanita, hendaklah ia meletakkan tangannya di ubun-ubunnya, mengucapkan basmalah, lalu berdoa:”
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
“Allāhumma innī as’aluka khairahā wa khaira mā jabalta hā ‘alaihi, wa a‘ūdzu bika min syarrihā wa syarri mā jabalta hā ‘alaihi.”
Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan tabiat yang Engkau ciptakan padanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan dirinya dan keburukan tabiat yang Engkau ciptakan padanya.
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Rasulullah ﷺ memerintahkan membaca basmalah sebelum berdoa. Ini menunjukkan bahwa pernikahan bukan sekadar hubungan manusiawi, tapi juga ibadah yang bernilai spiritual. Setiap langkah yang dimulai dengan nama Allah akan dilimpahi keberkahan dan dijauhkan dari hal-hal yang sia-sia.
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah, maka terputus dari keberkahan.”
(HR. Abu Dawud)
Kalimat pertama doa ini, “Allāhumma innī as’aluka khairahā”, mengajarkan bahwa seorang suami atau istri hendaknya tidak hanya berharap pasangan yang indah rupanya, tetapi baik hatinya. Kebaikan yang dimaksud adalah iman, kesetiaan, kelembutan, dan akhlak yang menyejukkan hati.
Allah berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya.”
(QS. Ar-Rūm [30]: 21)
Kalimat lanjutan “wa khaira mā jabalta hā ‘alaihi” berarti memohon agar sifat bawaan pasangan menjadi sebab datangnya kebaikan.
Ini mengandung pelajaran berharga: tidak ada manusia tanpa kekurangan. Doa ini menanamkan sikap menerima dan berdoa, bukan mengeluh dan menuntut. Cinta yang dewasa adalah cinta yang mampu melihat kelebihan tanpa lupa bahwa setiap orang juga membawa ujian.
Bagian akhir doa, “wa a‘ūdzu bika min syarrihā wa syarri mā jabalta hā ‘alaihi”, adalah pengakuan bahwa rumah tangga bisa diuji dengan keburukan sifat, ego, atau kesalahpahaman.
Karena itu, doa menjadi benteng bagi cinta.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang mukmin membenci mukminah (istrinya). Jika dia tidak menyukai satu sifat darinya, maka perhatikanlah sifat lain yang ia sukai.”
(HR. Muslim)
Mengapa Nabi ﷺ menyebut “meletakkan tangan di ubun-ubun”? Dalam budaya Arab, ubun-ubun melambangkan kehormatan dan arah hidup. Maka ketika suami menyentuh ubun-ubun istri seraya berdoa, itu bukan tanda kekuasaan, melainkan simbol kasih sayang dan kepemimpinan yang penuh tanggung jawab. Tangan yang diletakkan bukan untuk menguasai, melainkan untuk melindungi dan menuntun.
Doa pengantin saat pertama bertemu adalah pernyataan cinta yang paling luhur:
“Aku tidak hanya ingin memilikimu, tapi juga ingin Allah memberkahi kita berdua.”
Rumah tangga yang diawali dengan doa akan terus diliputi rahmat, karena cinta yang bersumber dari Allah akan selalu menemukan jalannya pulang kepada-Nya.
Rasulullah ﷺ juga mendoakan pasangan yang menikah dengan kalimat indah:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمَا، وَبَارِكْ عَلَيْهِمَا، وَاجْمَعْ بَيْنَهُمَا فِي خَيْرٍ
“Ya Allah, berkahilah keduanya, limpahkan berkah atas keduanya, dan satukan mereka dalam kebaikan.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Akhir,
Sebagai penghulu, saya sering menyaksikan berbagai ekspresi bahagia saat akad nikah. Ada yang menangis, ada yang tertawa lega, ada pula yang gemetar. Namun dari semua itu, yang paling indah adalah ketika pasangan baru menunduk dan berdoa. Sebab di situlah letak keberkahan: bukan pada pesta megah, bukan pada foto yang indah, tapi pada doa yang tulus. Cinta yang berawal dari doa tidak mudah rapuh. Karena doa menjadikan cinta bukan hanya urusan hati, tapi juga ibadah yang mengantarkan ke surga.
Dalam riuhnya persiapan pernikahan – undangan, gaun, riasan, dan pesta – jangan sampai lupa pada hal yang paling penting: doa pertama setelah sah. Sebab doa itulah yang akan menjadi pondasi batin rumah tangga. Mulailah kehidupan baru dengan doa Nabi, dan jadikan setiap langkah setelahnya sebagai ibadah.
“Cinta sejati tidak lahir dari pandangan pertama, melainkan dari doa pertama yang dipanjatkan bersama.”
Referensi:
- Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 2160
- Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, no. 1918
- HR. Muslim, no. 1469
- QS. Ar-Rūm [30]: 21
- HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah
- Muhamad Fathul Arifin – KUA Kesugihan, Cilacap