1. Nama Sunda
Susi. Ini sejatinya nama yang biasa. Sangat biasa. Pendek saja. Terdiri dari hanya empat huruf. Sangat pendek. Nama yang sangat umum. Dipakai oleh ribuan orang. Mungkin jutaan. Terutama di Indonesia. Oleh berbagai latar suku. Termasuk oleh legenda Bulu Tangkis kita itu. Sang juara olimpiade Barcelona yang menikah dengan sesama juara olimpiade itu. Susi Susanti.
Susi. Nama yang sudah sangat biasa . Sangat pasaran. Sangat mudah ditemukan di mana-mana. Mudah pula disebut.
Tapi nama yang pasaran dan sangat biasa ini, bisa menjadi tidak biasa. Nama yang mudah disebut ini, bisa menjadi begitu susah dieja. Bahkan oleh seorang Profesor sekalipun. Bila nama itu milik seorang perempuan Sunda.
Begitulah yang terjadi. Di hari itu. Senin, 05 Agustus 2019. Di ruang promosi Doktor. Universitas Muslim Indonesia. UMI Makassar.
Nama yang begitu sederhana itu, tiba-tiba menjadi tidak sederhana. Nama yang biasa itu, seketika menjadi luar biasa. Nama yang mudah itu, sekonyong-konyong menjadi sulit disebut. Begitu sulitnya, sampai-sampai sukses membuat lidah seorang Profesor penguji belepotan. Di saat hendak mengajukan sebuah pertanyaan. Terkait disertasi yang diuji dalam sidang promosi Doktor itu.
“Nama promovendus ini, kok agak sulit menyebutnya ya. Susi Suss..Sussuill..Suss..waah..sussah lidah saya”, kata Profesor setengah bercanda. Itu setelah beberapa kali ia gagal mengeja nama itu. Candaan itu tentu saja disambut tawa oleh para Profesor penguji lain. Yang jumlahnya tak kurang dari 10 orang itu. Termasuk Profesor Farida. Dekan Fakultas Hukum Unhas. Yang diundang khusus sebagai penguji tamu.
“Susi Sussilawwuati”. Lanjut Profesor itu dengan terbata-bata. Berusaha sebisanya menyebut nama calon Doktor itu dengan lengkap lagi tepat.
Candaan sang Profesor, segera pula ditimpali oleh Ketua Sidang Promosi Doktor yang juga Direktur Program Paska Sarjana UMI.
“Kalau menyebut nama promovendus ini saja, Prof. sudah begitu kesulitan, lebih-lebih lagi kalau menyebut nama anak-anaknya. Priyanka Amanda Savana. Priyanggara Zuhaynanda Zavana. Priyandita Ateazilzalinza Zavina. Bukan hanya kesulitan. Bisa-bisa Prof. kehabisan nafas”. Menimpali begitu, sang Direktur sambil berusaha mengeja nama-nama itu satu persatu. Itupun tak urung tetap saja belepotan pula. Tapi timpalan itu memang nadanya bernuansa candaan. Tentu saja juga disambut tawa para penguji dan hadirin di ruangan itu.
Susi. Memang nama yang biasa. Sangat biasa. Umum. Sangat umum. Sangat pasaran. Tapi ketika menjadi nama seorang perempuan Sunda, nama ini menjadi tidak biasa. Orang-orang tua Sunda, memang memiliki kebiasaan khas lagi unik dalam memberikan nama. Tidak heran, nama orang-orang Sunda itupun umumnya sangat mudah dikenali. Cukup dari namanya saja, akan segera ketahuan Sundanya.
“Ciri khasnya nama Sunda, sangat khas”. Kata seorang kawan.
Pengulangan kata. Itulah salah satu ciri khas utama nama urang Sunda.
Nama-nama seperti Maman Cahyaman, Ai Pipih Sopiah, Cecep, Ntis Sutisna, Dada Rosada, pastilah milik orang Sunda. Perhatikan. Semua nama itu mengandung pengulangan kata. Sangat khas Sunda.
Begitupula nama Susi. Nama yang mulanya biasa dan umum itu, seketika menjadi khas Sunda. Itu bila nama itu, menjadi milik seorang perempuan Sunda. Caranya, ya dengan ciri khas ala Sunda. Ciri dan gaya yang sangat khas itu. Ya itu tadi. Membuat pengulangan kata pada suku kata atau pada kata kedua dari nama.
Begitulah pula kejadiannya dengan nama Susi ini. Kata Susi pada suku kata pertama itu, tiba-tiba akan menjadi sebuah nama dengan khas dan bergaya sangat Sunda. Bila kata itu diulang kembali pada kata kedua dengan ditambahkan sedikit variasi di akhir suku katanya. Sim Salabim jadilah sebuah nama khas milik seorang perempuan Sunda:
SUSI SUSILAWATI
Ajaib. Nama yang pasaran itu, seketika menjadi nama yang khas. Nama yang istimewa. Menjadi unik dan spesial. Bercorak dan bergaya Sunda yang kental.
Tapi pemilik nama ini, memang bukan perempuan biasa. Sangat tidak biasa. Lebih dari luar biasa.