‘Gak Usah Ngoyo’ dalam Rumah Tangga, Menyusun Bahagia Dunia Akhirat
Oleh: Mahbub Fauzie
Kepala KUA Kec. Atu Lintang, Aceh Tengah
Dalam kehidupan rumah tangga, banyak pasangan suami istri terjebak dalam perlombaan dunia. Mencari rezeki tanpa henti, ingin tampil sukses secara materi, mengejar “standar hidup” yang ditentukan media dan lingkungan. Padahal, rumah tangga bukan ajang pamer. Ia adalah ladang ibadah dan tempat kembali dari lelahnya dunia.
Ada pepatah Jawa yang sangat tepat menggambarkan sikap bijak dalam menjalani rumah tangga: “Ojo Ngoyo”, jangan memaksakan diri. Ini bukan ajakan untuk pasrah tanpa usaha, melainkan ajakan untuk hidup sesuai batas kemampuan, menjaga keseimbangan, dan menjunjung keikhlasan.
Tanggung Jawab Suami-Istri, Sesuai Fitrah dan Saling Melengkapi
Dalam Islam, suami dan istri diberikan tanggung jawab yang saling melengkapi, bukan saling mengalahkan. Allah SWT berfirman: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…” (QS. An-Nisa: 34)
Ayat ini menunjukkan tanggung jawab suami sebagai pemimpin keluarga, termasuk dalam hal memberi nafkah. Namun, peran ini bukan berarti dominasi, melainkan amanah yang harus dilandasi kasih sayang dan tanggung jawab.
Istri pun memiliki peran mulia dalam rumah tangga, sebagai manajer rumah, pendidik anak, dan penyejuk hati. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keluarga adalah lembaga kecil, namun tanggung jawabnya besar. Karena itu, peran suami istri harus dijalankan dengan kesadaran spiritual, bukan semata-mata beban duniawi.
Jangan Pamrih, Ikhlas Dalam Menjalankan Peran
Banyak masalah rumah tangga muncul karena perhitungan. “Aku sudah begini, kamu harus begitu.” Padahal dalam rumah tangga, keikhlasan lebih utama daripada hitung-hitungan peran.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kalau semua dilakukan karena Allah , memasak, bekerja, mendidik anak, membersihkan rumah, maka semua bernilai ibadah. Tidak ada yang sia-sia.
Prioritaskan Sandang, Pangan, dan Papan
Dalam mencari nafkah, utamakan yang pokok dulu. Jangan sampai nafkah wajib terabaikan hanya karena ingin memenuhi keinginan konsumtif. Allah SWT berfirman: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Mengejar gaya hidup tinggi di luar kemampuan bisa menghancurkan rumah tangga. Lebih baik hidup sederhana tapi berkah, daripada mewah tapi penuh tekanan dan utang.
Program Kehidupan: Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang
Rumah tangga ideal perlu perencanaan. Jangan hanya hidup dari hari ke hari tanpa arah.
Jangka Pendek: Pastikan kebutuhan pokok keluarga (sandang, pangan, papan) terpenuhi. Jaga komunikasi dan rutinitas ibadah bersama.
Jangka Menengah: Rencanakan tabungan, pendidikan anak, dan perbaikan kualitas hidup keluarga.
Jangka Panjang: Siapkan investasi akhirat , amal jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak saleh. Juga pikirkan masa tua agar tidak merepotkan anak cucu.
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati…” (HR. Tirmidzi)
Hidup bukan hanya soal hari ini. Kita juga harus memikirkan kehidupan setelah kematian.
Dunia-Akhirat, Harus Seimbang
Sebagaimana dikatakan oleh Gus Iqdam dalam salah satu ceramahnya yang populer di TikTok: “Jangan mati-matian mengejar sesuatu yang tidak bisa dibawa mati.”
Ini bukan sekadar nasihat viral, tapi sebuah peringatan keras agar kita tidak terlalu memforsir diri mengejar dunia hingga lupa akhirat.
Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia…” (QS. Al-Qashash: 77)
Jelas, dunia dan akhirat bukan pilihan yang harus dipertentangkan. Yang penting adalah keseimbangan. Bekerja keras, iya. Tapi jangan sampai kehilangan arah.
Rumah Tangga Adalah Ladang Surga
Rumah tangga adalah ladang ibadah. Tempat menabur cinta dan menuai pahala. Jangan terlalu memaksakan diri untuk terlihat sukses di mata manusia. Yang lebih penting adalah sukses di mata Allah.
Ojo ngoyo. Jalani hidup dengan kesadaran, bukan tekanan. Saling dukung, saling sayang, dan saling mendoakan. Karena pada akhirnya, bukan seberapa mewah rumahmu yang membuatmu bahagia, tapi seberapa besar berkah dan ridha Allah di dalamnya. Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thariq.