Membangun sebuah keluarga yang ideal tentu bukan tanpa usaha dan perencanaan yang matang. Paling tidak ada lima prinsip dasar yang bisa mengantarkan setiap pribadi yang memiliki cita-cita membangun rumah tangga harapan, yaitu:
- salamat al qoshd; tujuan yang baik dan terhindar dari segala keinginan selain beribadah kepada Allah SWT dan menghadirkan kebaikan untuk orang lain;
- hurriyat al ikhtiyar; pada dasarnya Islam menghendaki dan mengizinkan kepada laki-laki dan perempuan untuk memilih dan menetapkan calon pasangan yang disukainya, sehingga keduanya memiliki energy untuk membangun keluarga bersama dan bersinergi;
- husnu al ikhtiyar; pernikahan adalah ikatan suci, janji agung, interaksi yang abadi sepanjang hidup, oleh karenanya Islam menawarkan role model calon pasangan suami atau istri dengan batasan minimal dan ideal yang berpeluang bisa memudahkan terwujudnya keluarga ideal;
- al mawaddah wa ar rahmah; cinta dan kasih sayang adalah landasan utama dan pilar yang kokoh yang mampu meneguhkan bangunan keluarga dalam kondisi apapun yang dihadapinya. Hal ini hadir sebagai hadiah terindah dari Allah SWT Swt atas perjuangan dan pengorbanan setiap anggota keluarga dalam mewujudkan hak dan menunaikan kewajiban masing-masing;
- al ta’awwun wa al taazur; tolong menolong dan saling menguatkan dalam pemenuhan biaya hidup, penyelesaian urusan-urusan dan kebutuhan rumah tangga lainnya disertai tanpa saling merendahkan dan membanggakan akan perannya masing-masing akan melahirkan kekuatan dan kesungguhan setiap anggota keluarga untuk memberikan yang terbaik dalam perannya;
- al marji’iyyah al syar’iyyah; sebuah keluarga Islam tentu tidak akan pernah menyelisihi dan berlawanan secara sengaja dengan syariat Islam, oleh karena itu ikhtiar bersama suami istri, orang tua dan anak untuk selalu mencari solusi dan mengembalikan pola penyelesaian setiap ujian, cobaan dan tantangan selama mengarungi bahtera rumah tangga terhadap rujukan utama agama Islam yaitu Al Quran dan sunah melalui musyawarah atas
dasar kekeluargaan sesuai prinsip-prinsip agama Islam adalah prinsip terakhir yang sekaligus pijakan awal dari setiap langkah dalam berumah tangga.19
Lebih-lebih di negara Indonesia, kelengkapan untuk penyelesaian setiap permasalahan yang muncul jika tidak teruraikan di ranah keluarga secara musyawarah, maka negara memfasilitasinya untuk bersama-sama mencarikan solusi melalui wadah Kantor Urusan Agama (KUA) terkait nikah dan rujuk dan Peradilan Agama (PA) jika terkait selain nikah-rujuk.
Apabila filosofi dan prinsip-prinsip dasar dalam membangun sebuah keluarga Islam selalu dihadirkan dan dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga, maka tujuan utama hukum Islam yakni tercapainya kebahagiaan hidup manusiadi dunia dan di akhirat atau dengan kata lain menghadirkan kemaslahatanhidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individual dan social baik yang terkait dengan perlindungan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta akanterwujud.
Kedudukan keluarga dalam Islam itu mempunyai kedudukan yang tinggi atau derajat yang mulia, sehingga tidak heran bagi kita keluarga menjadi harta yangsangat berharga bagi keberlangsungan hidup manusia. Allah SWT sendiri menegaskan dalam Al-Qur’an surat at-Tahrim (66): 6 yang Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Demikian hakikat keluarga Islam jika dihubungkan dengan tujuan hukum Islam (maqashid al-syari’ah) berada pada aspek menjaga keturunan yang bersifat dharuriyyat untuk mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan.20, Dengan kata lain, jika maqashid al-syari’ah (hifdz al-nasl) itu telah ditangkap dan di terapkan dalam kehidupan keluarga Islam, maka pada saat itulah hukum Islam menemukan relevansinya.21