KARAKTERISTIK JAMAAH MASJID
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىْ اَرْشَدَنَا اِلــَى طَاعَتِهِ وَزَجَرَنــَا عَنْ مَعْصِيَّتِهِ. نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى جَمِيْعِ اِنْعَامِهِ وَاِفْضَالِهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اِقْرَارًا بِوَحْدَنِــيَّتِهِ. شَهَادَةً تُنْجِىْ قَائِلَهَا مِنْ اَهْوَالِ يَوْمِ لِقَائِهِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنــَا وَنَبِيَّــنـَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اِعْتِرَافًا بِنُبُوَّتِهِ وَرِسَالَتِهِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبــَارِكْ عَلَى مَنْ اَرْسَلْتَ لِارْشَادِ الْعِبَادِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْمُهْتَدِيْنَ اِلَى سَبِيْلِ الرَّشَادِ. عِبَادَ اللهِ! اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ. وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ. اِلاَّ وَاَنْـتُمْ مُتَّقُوْنَ. اِلاَّ وَاَنْـتُمْ مُؤْمِنُوْنَ. اِلاَّ وَاَنْـتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاللهِ.
Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita, hingga pada hari ini kita masih diberi kekuatan untuk melaksanakan kewajiban kita beribadah kepadanya. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
Salawat dan salam sejahtera semoga tetap tercurah ke haribaan baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah diutus oleh Allah SWT sebagai rahmatan lil-‘alamin, rahmat bagi semesta alam. Demikian pula kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang konsisten dengan ajaranya hingga akhir zaman.
Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Dalam setiap kesempatan, kita selalu bermunajat kepada Allah untuk memohon kebahagiaan, bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat, fid-dunya hasanah wafil-akhirati hasanah. Di sisi lain, Allah SWT tidak henti-hentinya menyerukan kepada umat manusia untuk meraih kebahagiaan itu. Lima kali dalam sehari semalam seruan itu dikumandangkan melalui alunan indah suara muadzin di dalam masjid. Seruan dari alam ketuhanan: hayya ‘alash-shalah … hayya ‘alal-falah. Mari menuju shalat, mari menuju kebahagiaan. Hanya saja, banyak orang yang tidak menyadari seruan itu, sehingga mereka mencari kebahagiaan ke timur, ke barat, ke utara, ke selatan, dan ke seluruh penjuru bumi yang hanya malah menjauhkan diirinya dari apa yang dia cari., karena langkahnya tidak tertuju ke tempat di mana kebahagiaan itu ditawarkan.
Oleh karena itu, saya ingin mengemukakan firman Allah SWT dalam Al-Quran yang menunjukkan tentang orang-orang yang berhak mendapatkan kebahagiaan itu dan dikatakan sebagai orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (at-Taubah: 18)
Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan itu adalah mereka yang memenuhi seruan Allah yang berkumandang di masjid. Dengan kata lain, bahwa orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan itu adalah orang-orang yang senantiasa memakmurkan masjid. Dan tentu saja tidak semua orang tergerak hatinya untuk memakmurkan masjid. Karena berdasarkan ayat tersebut, Allah SWT menyebutkan lima karakteristik orang-orang yang dikategorikan sebagai pemakmur masjid.
Pertama, yaitu orang yang beriman kepada Allah SWT. Iman yang diyakini dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Iman yang melahirkan sikap sami’na wa-atha’na, kami dengar seruan-Mu ya Allah dan kami taat atas segala perintah-Mu. Iman yang istiqamah, teguh dan kukuh, tidak mudah goyah dengan berbagai goncangan dan serbuan. Keimanan yang mampu membuat hati jadi bergetar ketika Nama Allah disebutkan, dan lebih bertambah lagi keimanan ketika ayat-ayat Allah diperlihatkan kepadanya. Sehingga dengan keimanannya itu, Allah SWT berkenan memberikan anugerah kepadanya sebagaimana firman-Nya:
اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚ
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya, mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. (QS. Al-Anfal: 4)
Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Kedua, karakteristik para pemakmur masjid adalah orang-orang yang beriman kepada hari akhir. Percaya adanya hari kiamat sebagai hari pembalasan atas semua amal perbuatan selama di dunia. Pada hari itu, tidak ada kebaikan yang diabaikan, sekecil apa pun kebaikan itu. Dan tidak ada keburukan yang tidak diperhitungkan, sekecil apa pun keburukan itu.
Orang yang meyakini adanya hari pembalasan itu akan selalu berusaha untuk memperbanyak amal saleh sebagai bekal di hari kemudian. Karena pada saat itu, setiap orang tidak bisa saling mengandalkan atas amalan orang lain, kecuali apa yang telah ia amalkan sendiri. Dan salah satu bentuk amal saleh adalah dengan memperbanyak ruku’ dan sujud serta berdzikir di masjid.
فِيْ بُيُوْتٍ اَذِنَ اللّٰهُ اَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗۙ يُسَبِّحُ لَهٗ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ ۙ
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. (QS. An-Nur: 36)
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَّلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَاِقَامِ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءِ الزَّكٰوةِ ۙيَخَافُوْنَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيْهِ الْقُلُوْبُ وَالْاَبْصَارُ ۙ
Yaitu orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari – yakni hari kiamat — yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS. An-Nur: 37)
Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Ketiga, karakteristik para pemakmur masjid yang akan mendapatkan kebahagiaan adalah orang-orang yang mendirikan shalat. Shalat merupakan bentuk atau jembatan yang menghubungkan kita dengan Allah SWT. Melalui shalat, kita memohon petunjuk kehidupan agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan itu sendiri. Dengan shalat kita dapat mendekatkan diri kepada-Nya, bermesra-mesraan, bermunajat, dan berbicara dengan-Nya. Maka, tidak heran kalau Rasulullah SAW melaksanakan tahajud di waktu malam, begitu lama berdiri hingga kaki beliau bengkak-bengkak tanpa merasa capai. Demikian pula para sahabat, mereka telah merasa nikmat dan bahagia dengan bermunajat kepada Allah SWT.
Dalam shalat kita merasakan kesenangan, kebahagiaan, dan kebebasan dari kesibukan-kesibukan rutin dan semua kesulitan. Sehingga kita dapat menghadap kepada Allah SWT secara khusyu’ dan rendah diri, ruku’ dan sujud di hadapan-Nya. Kita membaca dan mendengarkan kalam-Nya. Kita bertasbih memuji dan mengagungkan-Nya. Serta kita memohon rahmat dan ampunan-Nya. Shalat merupakan perisai atau benteng kuat dalam menghadapi fitnah, kejahatan, kemunkaran, dan hasutan setan. Oleh Karena itu, dengan shalat seseorang akan selalu berada dalam lindungan Allah. Dia senantiasa merasakan kehadiran Allah di sisinya sendiri, kapan dan di mana pun ia berada. Dengan demikian, dia juga akan merasakan tenteram di sisi-Nya disertai dengan penyerahan total kepada-Nya.