Oleh: H. Jinto, S.H.I
Penghulu Ahli Madya/ Kepala KUA Kec. Delanggu Kab. Klaten
“Kuntul Baris”
Adakalanya kita harus belajar dari hewan di sekitar lingkungan kita, dalam hal ini kita belajar dari kominutias burung bangau. Dalam bahasa Jawa, burung bangau disebut “manuk blekok” yang kemudian dijadikan slogan “Holopis kuntul baris” oleh sebagian orang Jawa, begitu juga KUA Kecamatan Delanggu, karena burung itu mengisyaratkan akan arti kebersamaan dan gotong royong, sehingga cocok digunakan untuk memotivasi kerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama serta semangat kebersamaan untuk mengatasi beban berat secara bersama-sama.
“Kuntul Baris” merujuk pada barisan burung yang terbang bersama-sama, seperti halnya sebuah kondisi instansi/ kantor yang bekerja sama antara sesama pegawai. Filosofi kepemimpinan burung bangau meliputi solidaritas dan kerja sama, di mana burung saat terbang yang memimpin di depan akan mencari arah dan tujuan, jika burung paling depan bermasalah, maka burung dibelakangnya akan mengantinya. Hal itu dilakukan agar perjalanan/ terbang tetap berjalan dan burung lain akan membantu yang lemah untuk tetap bertahan. Ini mengajarkan pentingnya kesiapan untuk memimpin dan dipimpin secara bergantian, saling mendukung, dan tidak bersifat individualistis. Sehingga tujuan dapat tercapai.
KUA Kecamatan Delanggu dipimpin Oleh H. Jinto, S.H.I.,M.Pd, ketika Kepala KUA berhalangan atau udzur, maka tugas-tugas digantikan oleh M. Rofiq Fauzi, S.H selaku penghulu dibantu Poniman selaku Pengadministrasi Umum, Sunardi, S.H. selaku Pengadministrasi Perkantoran, Suhari selaku Pengadministrasi Umum, Triwi Hartanto dan Hj. Retno Tris Astuti, A.Md. Agung Prasetyo, A.Md yang masing-masing selaku Operator Layanan Operasional untuk melaksanakan tugas-tugas perkantoran, sedangkan tugas-tugas lintas sektoral dibantu oleh Alip Sugiarto, S.Ag., H.M. Sholeh, S.Ag., dan Imam Ahmad Nasirudin, S.Sos.I yang semuanya wajib saling membangun sikap solidaritas dan kerjasama. Sebagaimana Firman Allah dalam ayat 2 dari surah al-Maidah:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Saling bergantian: Burung bangau yang memimpin di depan akan bergantian dengan yang lain di belakangnya ketika lelah. Ini mengilustrasikan bahwa dalam tim, semua orang harus siap untuk memimpin dan dipimpin untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Saling mendukung: Burung bangau yang lemah tidak dibiarkan sendirian, melainkan selalu ada yang menemani dan membantunya hingga kuat kembali. Ini menunjukkan pentingnya saling mendukung dan peduli sesama anggota tim. Tidak individualistis: Perilaku bangau mengajarkan pentingnya tidak hanya mementingkan diri sendiri, melainkan bekerja sama demi tujuan bersama.
Pentil*
Dalam sebuah organisasi maupun instansi, tidak ada komponen yang tidak penting, semua penting dan tidak boleh ada yang merasa paling penting. Pentil yang keberadaanya tidak bisa dilihat langsung oleh mata, namaun manfaatnya luar biasa. Sebuah instansi tak jauh ibaratnya sebuah “Sepeda Motor”, pada sepeda motor ada banyak komponen/ spart part yang merupakan satu kesatuan. Ketika seseorang melihat sepeda motor, ia langsung tertuju kepada mesinnya, karena ia mengangap mesin adalah bagian yang paling penting yang ada pada sepeda motor, sedangkan komponan yang lain dianggap kurang penting bahkan pelengkap. Terlebih pentil, semua tidak berfikir bagaimana pentingnya sebuah pentil, sehingga tanpa pentil ban tidak bisa diisi angin dan itu berakibat roda tidak bisa berputar/ berjalan dengan baik, meskipun mesinya baru dan masih bagus. Begitu juga dalam sebuah instansi/ organisasi, tidak ada yang paling penting, semua penting. Kepala sebuah instansi bukanlah yang paling penting, namun semua pegawai adalah penting, karena kepala tanpa pegawai yang lain, dipastikan layanan tidak akan berjalan dengan lancar dan memuaskan. Ketika ada pegawai yang dianggap tidak penting (Penjaga malam) kemudian terjadi pencurian (peralatan kantor, laptop dll hilang) maka pelayanan masyarakat tersendat karena tidak adanya sarana dan prasarana. Ketika (tenaga kebersihan) dianggap tidak penting keberadaanya, maka kantor akan kumuh, sehingga berakibat malas bekerja, kerja kurang nyaman dan pelayannanpun kurang maximal. Dengan adanya anggapan semua pegawai adalah penting, maka di instansi/ kantor akan terjadi keteraturan dan tersusun dengan kokoh, sebagaimana Firman Allah dalam ayat 4 dari surah as-shaaf:
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِهِۦ صَفّٗا كَأَنَّهُم بُنۡيَٰنٞ مَّرۡصُوصٞ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Promosi
Promosi merupakan sebuah kebutuhan bagi sebuah instansi, hal itu diberlakukan guna memastikan sebuah istansi mampu melayani masyarakat/ clienya dengan baik. Promosi jabatan adalah perpindahan seorang karyawan ke posisi yang lebih tinggi dalam suatu organisasi, yang disertai dengan peningkatan tanggung jawab, wewenang, hak, status, dan penghasilan. Dalam hal ini adalah H. Ihsan Harjanto, S.H. dipromosikan sebagai Kepala KUA Kecamatan KUA Prambanan Kabupaten Klaten, yang sebelumnya menjabat sebagai Penghulu Pertama/ Plt. KUA Kecamatan Klaten Utara. Ini adalah bentuk pengakuan atas kinerja dan kontribusi penghulu, serta cara untuk mengisi posisi yang kosong atau menciptakan posisi baru.
Mutasi
Mutasi jabatan adalah pemindahan karyawan dari satu posisi ke posisi lain dalam organisasi yang sama, yang bisa bersifat horizontal (level sama) atau vertikal (level berbeda, bisa lebih tinggi atau lebih rendah). Dalam hal ini H. Jinto, S.H.I., M.Pd yang sebelumnya menjabat Kepala KUA Kecamatan Kemalang sekarang menjabat Kepala KUA Kecamatan Delanggu, dan KUA Kecamatan Delanggu Murodi, S.Sy menjabat Kepala KUA Kecamatan Cawas. H. Sadzali, S.Ag, MM Kepala KUA Cawas menjabat Kepala KUA Trucuk. H. Jupriyanto, S.Ag., MA Kepala KUA Trucuk menjabat sebagai Kepala KUA Klaten Utara, H. Ihsan Harjanto, S.H. dipromosikan sebagai Kepala KUA Kecamatan KUA Prambanan, H.M. Mutaqin SA menjabat Kepala KUA Wonosari dan H. Asnawi, S.Ag Kepala KUA Kecamatan Ngawen menjabat Kepala KUA Karangnonggo, bertukar tempat dengan H.M. Sufyan Tsauri, S. Ag. Adapun tujuan mutasi ini antara lain untuk penyegaran lingkungan kerja, atau penyesuaian kebutuhan organisasi. Para kepala KUA yang dimutasi pasti menempati kantor baru yang secara tidak langsung akan berdampak pada semangat kerja yang baru.
Besar Pasak Daripada Tiang
Kementerian Agama Kabupaten Klaten menaungi 26 KUA Kecamatan. Saat ini terjadi kekosongan Kepala KUA di Empat KUA Kecamatan, yaitu: KUA Klaten Utara, KUA Karangdowo, KUA Wonosari dan KUA Polanharjo. Namun ironisnya, baru ada satu penghulu yang memenuhi persyaratan untuk menjadi atau diangkat sebagai Kepala KUA. Dengan demikian maka masih ada 3 KUA Kecamatan yang masih kosong yaitu KUA Karangdowo, KUA Kebonnarum dan KUA Polanharjo, sedangkan di awal tahun 2026 ada beberapa Kepala KUA yang purna, dengan demikian menambah daftar panjang kekosongan kepemimpinan di KUA se-Kabupten Klaten.
Wallahul Muwafiq ila Aqwamit Thoriq
* alat yang terbuat dari karet tempat memasukkan udara ke dalam ban dan menahan udara yang sudah masuk








