Setiap bulan Agustus, langit Indonesia dihiasi kibaran merah putih. Tapi, tahukah kamu? Di balik warna itu, ada pesan mendalam yang bisa kita bawa ke dalam kehidupan rumah tangga. Merah putih bukan cuma soal bendera. Ia adalah simbol: tentang keberanian, tentang kesucian, dan tentang perjuangan bersama. Persis seperti makna sejati dari sebuah pernikahan.
Warna merah menyala. Ia bicara soal keberanian. Dalam pernikahan, merah adalah keberanian untuk berkomitmen. Bukan hanya saat resepsi, tapi juga saat dapur belum ngebul, saat anak demam tengah malam, saat pasangan bikin kesal, atau saat impian tertunda. Merah adalah cinta yang tidak kabur ketika hidup tak semanis rencana. Ia seperti janji suci yang tak luntur meski diterpa hujan dan badai rumah tangga.
Dari Siti ‘Aisyah RA Rasulullah SAW bersabda:
النِّكَاحُ من سُنَّتِي فمَنْ لمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَليسَ مِنِّي، و تَزَوَّجُوا؛ فإني مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ، و مَنْ كان ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ
“Nikah termasuk sunnahku. Barangsiapa tidak mengamalkan sunnahku, ia tidak termasuk golonganku. Menikahlah kalian, karena aku bangga dengan banyaknya umatku. Barangsiapa memiliki kemampuan untuk menikah, maka menikahlah.” (HR Ibnu Majah).
Artinya, menikah bukan sekadar status sosial, tapi bentuk keberanian spiritual: memilih saling mencintai dalam ibadah.
Kalau merah itu menandakan semangat, maka putih adalah ketulusan. Dalam rumah tangga, ketulusan itu penting. Tulus untuk menerima pasangan apa adanya, bukan hanya saat dia rapi dan wangi, tapi juga saat dia letih, kesal, atau sedang tak mampu. Putih adalah cinta yang sabar dan jujur. Ia tidak dihitung-hitung, tidak penuh tuntutan. Seperti pelukan yang hangat tanpa banyak kata, tapi mampu menenangkan lara.
Allah berfirman
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةًۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ٢١
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.”
(QS. Ar-Rum: 21)
Inilah fondasi Sakinah yang kuat, kasih yang lembut, sayang yang tulus, dan hati yang saling berteduh.
Merah putih dalam pernikahan berarti semangat dan ketulusan berjalan beriringan. Ada keberanian untuk bertahan, tapi juga ada kesabaran untuk memahami. Suami bukan pemimpin yang semena-mena, dan istri bukan pengikut yang terpaksa. Keduanya adalah sahabat seperjalanan.
Pernikahan yang sakinah bukan yang bebas masalah, tapi yang mampu menyelesaikan masalah bersama. Bukan yang selalu romantis, tapi yang saling menjaga meski tanpa kata manis. Rumah tangga sakinah itu seperti merah putih: sederhana tapi bermakna, kuat tapi meneduhkan, tegak berdiri di tengah tantangan zaman.
Kita tidak bisa membangun bangsa tanpa membangun rumah tangga. Karena berawal dari keluargalah lahir anak-anak yang jujur, tangguh, dan berakhlak. Maka, mari jadikan pernikahan sebagai ladang pahala dan tempat bertumbuh — bukan ajang saling menyakiti.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا ٧٤
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami pasangan dan keturunan yang menjadi penyejuk hati, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang bertakwa.”
(QS. Al-Furqan: 74)
Dirgahayu Indonesia ke-80. Semoga setiap rumah tangga di negeri ini berkibar indah seperti merah putih: berani mencinta, tulus menjaga, dan selalu sakinah selamanya.
- Muhamad Fathul Arifin – Penghulu KUA Kesugihan, Cilacap