MERAIH MARDHATILLAH

MERAIH MARDHATILLAH

MERAIH MARDHATILLAH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا لاَ يَزَالُ دَائِمَ اْلاِقْــتِبَالِ. وَنَشْكُرُهُ عَلَى جِمِيْعِ اْلاِنـــْعَامِ وَاْلاِفْضَالِ. الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلـَى السَّــيِّدِ الْمُصْطَفَى الْمُجْتَبَى مِنْ خَلِــيْقَتِهِ. الْمُهْتَدِىْ بِطَرِيْقَتِهِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ ابـْنِ عَبْدِ اللهِ الَّذِىْ اَقَامَ اللهُ بِهِ الْمِلَّةَ الْعَوْجَاءَ. وَاَوْضَحَ بِهَدْيِهِ الطَّرِيْقَةَ الْبَلْجَاءَ. وَعَلـَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ الْكِرَامِ اْلاَبــْرَارِ. وَالــتَّابِعِيْنَ اْلاَحْرَارِ اْلاَخْيَارِ. اَشْهَدُ اَنْ  لاَّ  اِلَـــهَ  اِلاَّ  اللهُ  وَحْدَهُ  لاَ شَرِيْكَ  لَهُ.  وَاَشْهَدُ  اَنَّ  مُحَمَّدًا  عَبْدُهُ  وَرَسُوْلُهُ  الَّذِىْ لاَ نَبِيَّ وَلاَ نُبُوَّةَ وَلاَ رِسَالَةَ بَعْدَهُ. عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُو اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

Puji yang sepenuh hati, seluas langit dan bumi marilah kita panjatkan ke hadirat Ilahi Rabby – Allah Rabbul’izzati, yang atas perkenan-Nya semata kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati hidangan Ramadhan yang penuh hikmah, berkah, rahmah, dan maghfirah. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan alam – Rasulullah Muhammad SAW, demikian pula kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

 

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

Bagi orang-orang mukmin yang sempurna keimanannya, melaksanakan kewajiban beribadah kepada Allah sudah pasti didasarkan pada keikhlasan. Bersih dari pamrih dalam bentuk apa pun. Shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya dilakukan bukanlah untuk membeli surga. Ibadah yang mereka lakukan itu pun bukan untuk menghalangi neraka. Karena surga dan neraka pada hakikatnya ciptaan Allah juga. Surga dan neraka semuanya dalam kekuasaan Allah semata. Adapun ibadah yang dilakukannya itu adalah demi mengharap keridhaan Allah SWT. Bila keridhaan Allah ini sudah didapatkan, sudah pasti Allah tidak akan salah memberi pahala dan pembalasan.

Lalu siapakah orang-orang yang berhak mendapat keridhaan Allah itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita bersama-sama menyimak firman-firman Allah di dalam al-Quran yang menjelaskan tentang karakteristik orang-orang yang mendapat keridhaan Allah SWT.

Yang pertama, orang-orang yang mendapat keridhaan Allah adalah mereka yang beriman dan beramal shaleh yang disertai dengan keikhlasan. Sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Bayyinah ayat 7-8:

 

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ

 

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.

 

جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ ࣖ

 

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

 

Kedua, orang-orang yang mendapat keridhaan Allah adalah orang-orang yang bertakwa kepada-Nya. Yakni mereka yang istiqamah dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 15:

 

۞ قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰلِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ

 

Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”  — yakni kecintaan kepada duniawi — untuk orang-orang yang bertakwa – yakni orang-orang yang menggunakan naluri kecintaannya yang melekat pada dirinya sesuai dengan cara dan tujuan yang digariskan Allah, pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sunga, mereka kekal didalamnya, dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan yang amat besar dari Allah. Dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

Ketiga, orang-orang yang mendapat keridhaan Allah adalah orang-orang yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan anugerah dari Allah SWT. Syukur yang diimplementasikan dengan hati, yakni mengakui dengan penuh ketulusan bahwa semua anugerah itu atas perkenan Allah; syukur dengan lisan, dari mulutnya terucap alhamdulillah sebagai pujian dan sanjungan kepada Allah Tuhan pemberi anugerah; dan syukur dengan amal perbuatan, yakni dengan cara menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. sebagaimana firman-Nya:

 

اِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ ۗوَلَا يَرْضٰى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَۚ وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْۗ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۗ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ

 

Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu. (QS. Az-Zumar: 7)

 

Keempat, orang-orang yang mendapat keridhaan Allah adalah orang-orang senantiasa berlaku jujur, baik niat, sikap, ucapan, maupun perbuatannya. Tidak ada kebohongan dan nista. Tidak ada kepalsuan dan dusta. Serta tidak ada keculasan dan sia-sia. Semuanya diformat agar menjadi amal baik yang mengandung manfaat. Niat dan ucapannya selaras dengan sikap dan perbuatannya.

Allah SWT berfirman:

 

قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

 

Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi ash-shiddiqin – yakni orang-orang yang selalu benar dan jujur, mereka tidak ternodai dengan kebatilan, dan tidak pula mengambil sikap yang bertentangan dengan kebatilan, maka bermanfaatlah bagi mereka – kebenaran mereka, bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar”.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

            Kelima, orang-orang yang mendapat keridhaan Allah adalah orang-orang konsisten dalam mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW sebagaimana para sahabat radhiyallohu ‘anhum.  Sebagaimana firman Allah SWT:

 

وَالسّٰبِقُوْنَ الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *