Di tengah semarak pesta pernikahan, banyak pasangan pengantin baru larut dalam euforia bahagia. Gaun terbaik sudah disiapkan, dekorasi megah terpajang, dan tamu undangan datang memberi doa. Namun, ada satu hal sederhana yang sering terlupa “Dji Sam Soe”. Bukan merek rokok, tapi simbol dari 2, 3, dan 4 rakaat dalam shalat wajib: Subuh, Maghrib, serta Zuhur, Asar, dan Isya.
Pesan inilah yang sering disampaikan oleh K.H. Rohmin, Penghulu KUA Cengkareng, kepada setiap pasangan yang baru saja diakadkan. “Jangan biarkan rumah tangga kalian kehilangan Dji Sam Soe,” ujarnya lembut. Sebab, rumah yang tak lagi dijaga dengan shalat akan kehilangan cahaya. Dua rakaat Subuh, tiga rakaat Maghrib, dan empat rakaat Zuhur, Asar, serta Isya bukan sekadar angka, tapi pondasi yang menjaga cinta tetap hangat dan keluarga tetap dalam lindungan Allah.
Shalat adalah pondasi utama kehidupan seorang muslim. Allah berfirman dalam Surah Al-‘Ankabūt ayat 45 :
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Artinya: Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qur’an Kemenag)
Ayat ini menjadi penegasan bahwa shalat bukan hanya kewajiban ritual, tapi penjaga moral dan penenang hati. Begitu pula dalam rumah tangga, ketika suami dan istri menjaga shalat bersama, Allah akan menjaga mereka dari hal-hal yang dapat merusak keharmonisan dan menumbuhkan rasa tenteram di antara keduanya.
“Dji Sam Soe” (dua rakaat Subuh, tiga rakaat Maghrib, dan empat rakaat Zuhur, Asar, serta Isya) menjadi simbol disiplin ibadah yang menghidupkan cinta. Dua rakaat Subuh mengajarkan makna kesiapan memulai hari bersama ridha Allah. Tiga rakaat Maghrib mengingatkan keseimbangan antara dunia dan akhirat, ketika waktu senja menjadi momen muhasabah pasangan untuk saling memaafkan. Sementara empat rakaat Zuhur, Asar, dan Isya adalah bentuk kekuatan dan keteguhan, bahwa cinta sejati tidak cukup dengan rasa, tapi harus dijaga dengan doa dan sujud.
Allah juga berfirman dalam Surah Thaha ayat 132,
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى
Artinya: Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan bersabarlah dengan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa. (Qur’an Kemenag)
Ayat ini menjadi pengingat lembut bagi setiap kepala keluarga. Suami bukan hanya pencari nafkah, tapi juga imam yang menuntun keluarganya menjaga hubungan dengan Allah. Rumah yang diisi dengan panggilan adzan, sujud berjamaah, dan doa bersama akan dipenuhi keberkahan dan kasih sayang.
Sebagaimana K.H. Rohmin berpesan : “Setelah kalian menjadi suami istri, jangan lupa Dji Sam Soe dan Sejuta ya, Apa itu Sejuta? itu adalah Setia, Jujur, dan Tanggung Jawab.”

Pesan sederhana ini sejatinya merangkum seluruh fondasi rumah tangga islami. Dji Sam Soe mengingatkan pentingnya menjaga hubungan dengan Allah melalui shalat lima waktu, sedangkan Sejuta menuntun pasangan agar menjaga hubungan antarsesama dalam kejujuran, kesetiaan, dan tanggung jawab. Dua hal ini saling melengkapi satu sama lainnya, dengan satu menegakkan iman, satu lagi meneguhkan kasih.
Rumah tangga bukan hanya perjalanan dua hati, tetapi juga dua jiwa yang berjanji berjalan bersama menuju ridha Allah. Ketika Dji Sam Soe (2, 3, dan 4 rakaat) dijaga, hubungan dengan Sang Pencipta akan selalu hidup. Dan ketika Sejuta (Setia, Jujur, dan Tanggung Jawab) dijalankan, hubungan dengan pasangan akan semakin kokoh. Inilah keseimbangan yang melahirkan keluarga sakinah, yaitu keluarga yang kuat di dunia, dan insyaAllah dipertemukan kembali di surga.
Maka, setiap kali adzan berkumandang, ingatlah pesan K.H. Rohmin, Penghulu KUA Cengkareng: “Jangan lupa Dji Sam Soe dan Sejuta. Karena cinta tanpa ibadah mudah pudar, dan rumah tanpa kejujuran mudah goyah.”
Semoga setiap rumah tangga muslim mampu menjaga dua warisan berharga ini, yaitu Ibadah dan kejujuran, agar selalu menjadi taman yang meneduhkan, tempat di mana cinta tumbuh bersama iman.
Sumber : K.H. Rohmin S.Ag.
Penghulu Ahli Madya, KUA Kec. Cengkareng, Jakarta Barat.








