Menu

Mode Gelap

Artikel · 11 Apr 2025 14:34 WIB ·

Sehati Sejiwa, Setia Satu Kata: Bersama untuk Selamanya

Penulis: Muhamad Fathul Arifin


 Sehati Sejiwa, Setia Satu Kata: Bersama untuk Selamanya Perbesar

Pernikahan bukan hanya tentang dua insan yang dipersatukan dalam ikatan suci, tetapi lebih kepada perjalanan bersama menuju satu tujuan, satu harapan, dan satu cinta yang abadi. Dengan berlandaskan pada kesetiaan, cinta, dan komitmen, pernikahan menjadi pondasi yang kokoh untuk membangun kehidupan yang penuh makna.

Menjadi “satu hati” berarti menyatukan dua perasaan, dua kepribadian, dan dua pandangan hidup dalam harmoni. Dalam pernikahan, suami dan istri belajar untuk saling memahami, mengalah, dan mendengarkan satu sama lain. Kesatuan hati hanya bisa tercapai jika ada saling percaya dan niat untuk terus belajar bersama dalam suka maupun duka.

Pernikahan adalah penyatuan dua jiwa yang berjanji untuk saling menjaga dan menyayangi. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama pernikahan adalah ketenteraman jiwa. Dua insan yang saling mencintai akan menjadi penyejuk hati satu sama lain, menjadikan rumah tangga sebagai tempat pulang yang penuh ketenangan.

Kesetiaan adalah ujian sejati dalam pernikahan. Dalam suka dan duka, setia adalah pilihan yang harus terus diperjuangkan. Setia bukan hanya pada pasangan, tapi juga pada janji suci yang telah diikrarkan di hadapan Allah dan saksi. Setia adalah bentuk tertinggi dari cinta yang tidak mudah goyah oleh waktu dan godaan. Pernikahan yang kuat terbangun dari satu kata: komitmen. Komitmen untuk terus mencintai meski tidak selalu sempurna, komitmen untuk saling mendukung dalam kondisi apapun. Satu kata ini adalah pegangan dalam setiap badai kehidupan, yang menguatkan ketika cinta diuji. Pernikahan bukan merupakan perjalanan yang pendek, tapi sebuah ikhtiar untuk bersama hingga akhir hayat. Menjadi tua bersama, melewati fase-fase kehidupan, membangun keluarga, dan tumbuh dalam cinta yang terus diperbarui setiap harinya. Pernikahan bukan hanya tentang sekarang, tapi tentang selamanya.

Akhir,

“Satu hati, satu jiwa, setia, satu kata: bersama untuk selamanya” adalah gambaran dari cinta yang dewasa dan bertanggung jawab. Cinta yang tidak hanya bersemi di awal, tetapi terus bertumbuh seiring berjalannya waktu. Semoga setiap pasangan yang membangun rumah tangga diberi kekuatan untuk menjaga cinta mereka dalam bingkai keimanan, kesabaran, dan kasih sayang.

Karena pada akhirnya, pernikahan bukan hanya tentang dua orang yang saling mencintai, tapi tentang dua hati yang memilih untuk terus bersama, setiap hari, sampai akhir hayat.

  • Muhamad Fathul Arifin – Penghulu KUA Kesugihan
Previous Post Hakikat Idul Fitri
0 0 votes
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 65 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

Telaah Peran Penghulu di Masa Kolonial: Antara Adat, Agama, dan Kekuasaan

11 November 2025 - 14:35 WIB

“Kuntul Baris” KUA Delanggu

10 November 2025 - 10:10 WIB

Lebih dari Sekadar Upacara: Meneladani Semangat Pahlawan dalam Tugas Pelayanan Publik Peringatan Hari Pahlawan dan Makna “Kepahlawanan” Masa Kini

10 November 2025 - 09:23 WIB

Mengarungi Bahtera dengan Cinta dan Iman, Sebuah Nasehat Untuk Pengantin Baru

7 November 2025 - 15:10 WIB

Kabupaten Klaten Gelar Apel Kesiapsiagaan Bencana dan Peralatan Tahun 2025: Perkuat Sinergi Hadapi Potensi Bencana

7 November 2025 - 13:24 WIB

Perkuat Moderasi Beragama, KUA Wonosari Hadiri Doa Bersama Lintas Agama dan Sarasehan PKUB

27 Oktober 2025 - 10:00 WIB

Trending di Artikel
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x