Menu

Mode Gelap

Opini · 12 Agu 2025 08:20 WIB ·

Sejarah Hantaran Pengantin di Indonesia, Dari Tradisi ke Makna Simbolis

Penulis: Muhamad Fathul Arifin


 Sejarah Hantaran Pengantin di Indonesia, Dari Tradisi ke Makna Simbolis Perbesar

Hantaran pengantin merupakan salah satu tradisi penting dalam pernikahan di Indonesia. Hampir di setiap daerah, prosesi pernikahan diawali atau dilengkapi dengan penyerahan hantaran dari pihak calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. Isinya beragam, mulai dari makanan, pakaian, perhiasan, hingga perlengkapan ibadah. Namun, di balik bentuk dan rupa yang berbeda-beda, hantaran memiliki sejarah panjang yang berakar dari perpaduan budaya, nilai sosial, dan ajaran agama.

Secara historis, tradisi hantaran di Indonesia sudah ada jauh sebelum masuknya agama-agama besar seperti Islam, Hindu, maupun Kristen. Pada masa kerajaan Nusantara, prosesi pernikahan bangsawan maupun rakyat biasa kerap disertai dengan pemberian barang-barang dari pihak pria kepada wanita sebagai simbol kesanggupan menafkahi. Hantaran juga menjadi tanda penghormatan kepada keluarga mempelai wanita.

Dalam masyarakat agraris masa lalu, hantaran biasanya berupa hasil bumi seperti beras, buah-buahan, atau hewan ternak. Ini tidak sekadar hadiah, tetapi juga bentuk jaminan bahwa calon suami mampu menyediakan kebutuhan dasar rumah tangga.

Ketika Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13, konsep hantaran mengalami penyesuaian. Dalam ajaran Islam, pemberian yang wajib adalah mahar (maskawin), yaitu pemberian dari suami kepada istri sebagai hak penuh istri. Sementara hantaran bersifat adat dan tidak diwajibkan secara syariat, namun diperbolehkan selama tidak memberatkan.

Di banyak daerah, hantaran kemudian menjadi pelengkap mahar. Isinya disesuaikan dengan kebutuhan calon pengantin dan simbol-simbol tertentu, misalnya: Perlengkapan shalat (mukena, sajadah, Al-Qur’an) sebagai doa agar rumah tangga sakinah. Pakaian dan kain sebagai lambang kelengkapan hidup dan kue atau makanan manis sebagai harapan rumah tangga selalu manis dan harmonis.

Indonesia yang kaya budaya melahirkan beragam bentuk hantaran:

  1. Jawa – Dikenal dengan istilah seserahan, biasanya berisi pakaian, kosmetik, makanan tradisional, dan perlengkapan ibadah.
  2. Minangkabau – Unik karena pihak perempuan yang mengantarkan hantaran ke pihak pria, mengikuti sistem kekerabatan matrilineal.
  3. Bugis-Makassar – Disebut doja atau panaik, seringkali bernilai tinggi sebagai bentuk penghargaan kepada keluarga mempelai wanita.
  4. Bali – Disebut banten, berisi sesaji dan simbol-simbol adat Hindu.
  5. Aceh – Hantaran sering disebut jeumujong, berisi kain songket, perhiasan, dan kue khas Aceh.

Hantaran bukan sekadar “hadiah” pernikahan, tetapi sarat makna:

  • Tanda kesungguhan calon suami dalam membangun rumah tangga.
  • Simbol kesiapan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
  • Ungkapan rasa hormat kepada keluarga mempelai wanita.
  • Doa dan harapan agar kehidupan rumah tangga harmonis, makmur, dan berkah.

Seiring perkembangan zaman, hantaran kini mengalami modernisasi. Isinya bisa disesuaikan dengan gaya hidup pasangan, seperti gadget, voucher belanja, atau barang-barang praktis. Meski begitu, nilai simbolis dan adat tetap dijaga. Bahkan, di banyak daerah, prosesi penyerahan hantaran menjadi salah satu momen paling ditunggu dalam rangkaian pernikahan.

Sejarah hantaran pengantin di Indonesia adalah cerminan kekayaan budaya dan kemampuan masyarakat memadukan nilai adat dengan ajaran agama. Dari hasil bumi sederhana hingga hantaran mewah modern, esensinya tetap sama: ungkapan kesungguhan, penghormatan, dan doa untuk kehidupan baru yang penuh berkah. Allah SWT Berfirman :

وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةًۗ فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـــًٔا مَّرِيْۤـــًٔا ۝٤

“Dan berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan.”
(QS. An-Nisa: 4)

Tradisi boleh berubah, namun makna dan niat baik di balik hantaran akan selalu lestari.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمَا فِي مَا أَعْطَيْتَ، وَاجْعَلْهُ سَبَبًا لِمَحَبَّتِهِمَا، وَرَحْمَتِهِمَا، وَسَعَادَتِهِمَا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Ya Allah, berkahilah segala sesuatu yang mereka berikan, jadikanlah ia sebagai sebab tumbuhnya cinta, kasih sayang, dan kebahagiaan mereka di dunia maupun di akhirat.”

Doa ini mengandung permohonan agar hantaran yang diberikan menjadi sarana mempererat hubungan, membawa keberkahan rezeki, dan menuntun rumah tangga menuju kebahagiaan dunia-akhirat. Semoga kita selalu dimudahkan untuk selalu berbuat kebaikan.

  • Muhamad Fathul Arifin – Penghulu KUA Kesugihan
5 1 vote
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 100 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

Kesetiaan Adalah Salah Satu Pilar yang Menegakkan Cinta di Tengah Problematika dalam Rumah Tangga

19 November 2025 - 09:01 WIB

Ibu dan Doa yang Mengiringi Setiap Langkah dalam Pernikahan Kita

17 November 2025 - 12:57 WIB

Menghidupkan Spirit Khutbah Jumat: Renungan Iman, Kepedulian Sosial, dan Tanggung Jawab Mencetak Kader Umat

14 November 2025 - 16:49 WIB

Tiga Kunci Keutuhan Cinta: Kedekatan, Komitmen, dan Gairah dalam Rumah Tangga (Part I)

13 November 2025 - 08:54 WIB

Kunjungan Silaturrahmi Pak Camat Baru di KUA Atu Lintang

12 November 2025 - 15:07 WIB

ASN KUA, Spirit Sinergis dan Semangat Ber-Fastabiqul Khairat

12 November 2025 - 09:44 WIB

Trending di Opini
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x