Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita yang disahkan oleh hukum agama dan negara, dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia, harmonis, dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Islam, pernikahan bukan sekadar kesepakatan untuk hidup bersama, melainkan sebuah perjanjian suci yang sarat makna spiritual. Al-Qur’an menyebutnya dengan istilah mitsāqan ghalīẓā, sebuah perjanjian yang kokoh, kuat, dan mengikat kedua pihak secara lahir maupun batin. Ikatan ini tidak hanya melibatkan janji di hadapan keluarga dan masyarakat, tetapi juga di hadapan Allah SWT, sehingga setiap langkah dalam pernikahan sejatinya adalah bagian dari ibadah.
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 21:
وَكَيْفَ تَأْخُذُوْنَهٗ وَقَدْ اَفْضٰى بَعْضُكُمْ اِلٰى بَعْضٍ وَّاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا ٢١
Terjemahnya:
Bagaimana kamu akan mengambilnya (kembali), padahal kamu telah menggauli satu sama lain (sebagai suami istri) dan mereka pun (istri-istrimu) telah membuat perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) denganmu?
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbahmenekankan bahwa penggunaan istilah mitsāqan ghalīẓā dalam Al-Qur’an sangat terbatas, bahkan hanya tiga kali, salah satunya untuk perjanjian agung antara Allah dan para nabi. Ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan pernikahan. Menyebut pernikahan dengan istilah ini berarti menempatkannya pada level tertinggi tanggung jawab moral dan spiritual. Karenanya, segala hal yang menyangkut pernikahan tidak bisa diperlakukan main-main atau hanya sekadar mengikuti tren dan candaan yang sedang populer.
Sayangnya, di era digital sekarang, candaan dan istilah populer di media sosial kadang terbawa ke dalam rumah tangga tanpa disaring. Salah satunya adalah ungkapan “perempuan selalu benar.” Awalnya, ini hanyalah bentuk humor ringan untuk mencairkan suasana. Namun, ketika dijadikan “aturan” dalam berinteraksi, apalagi dalam rumah tangga muda yang masih mencari ritme komunikasi, kalimat ini bisa menjadi penghalang terjadinya dialog yang sehat. Masalah yang seharusnya dibicarakan secara terbuka malah dihindari karena salah satu pihak merasa tidak akan didengar.