DALAM kehidupan sehari-hari, kita tidak bisa lepas dari interaksi dengan orang lain. Baik di keluarga, komunitas, lingkungan kerja, maupun pergaulan sosial, manusia selalu terikat pada sebuah lingkaran pengaruh.
Sering kita dengar pepatah, โKatakan padaku siapa temanmu, maka aku akan katakan siapa dirimu.โ Pepatah ini sesungguhnya sangat dekat dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia berteman.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hadis ini menegaskan bahwa kualitas lingkungan dan teman sangat memengaruhi cara berpikir, bersikap, dan bertindak. Apa yang sering kita lihat, dengar, dan alami bersama orang-orang di sekitar kita, sedikit banyak akan membentuk kepribadian kita.
๐๐ข๐ง๐ ๐ค๐ฎ๐ง๐ ๐๐ง ๐๐๐๐๐ ๐๐ข ๐๐๐ซ๐ฆ๐ข๐ง
Lingkungan ibarat cermin yang tak kasatmata. Jika kita dikelilingi oleh orang-orang yang penuh energi positif, disiplin, jujur, dan semangat belajar, maka secara perlahan sikap itu akan menular kepada kita.
Sebaliknya, jika kita terbiasa bergaul dengan orang yang pesimis, malas, atau suka meremehkan kebaikan, maka cepat atau lambat mentalitas itu juga akan memengaruhi diri.
Allah SWT mengingatkan kita dalam Al-Qurโan:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)
Ayat ini mengandung pesan bahwa lingkungan yang baik akan mengarahkan kita kepada kebaikan, sedangkan lingkungan yang buruk bisa menyeret kita ke jalan yang salah.
๐๐๐ฅ๐๐ฆ ๐๐จ๐ฆ๐ฎ๐ง๐ข๐ญ๐๐ฌ ๐๐๐ง ๐๐จ๐ฌ๐ข๐๐ฅ
Dalam komunitas masyarakat, kebersamaan yang sehat akan melahirkan budaya yang positif. Gotong royong, saling menasihati dalam kebaikan, dan menjaga akhlak adalah wujud nyata dari lingkungan sosial yang Islami.
Rasulullah SAW mengibaratkan umat Islam sebagai satu tubuh. Jika satu bagian sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan sakitnya.
Itu artinya, ketika lingkungan sosial kita dipenuhi rasa empati dan solidaritas, kita pun akan tumbuh dalam suasana yang saling menguatkan.
Sebaliknya, jika komunitas dipenuhi dengan iri, dengki, dan prasangka, maka kehidupan sosial akan melemahkan kualitas iman dan ukhuwah.
๐๐๐ฅ๐๐ฆ ๐๐ข๐ง๐ ๐ค๐ฎ๐ง๐ ๐๐ง ๐๐๐ซ๐ฃ๐
Di lingkungan kerja, wabil-khusus sebagai ASN Kementerian Agama, baik di KUA maupun madrasah, misalnya. Kita dituntut bukan hanya profesional, tapi juga menjaga integritas.
Teman kerja yang disiplin, jujur, dan berkomitmen pada pelayanan publik akan menulari budaya kerja yang sehat. Menjadi inspirasi bagi sesama untuk melakukan hal yang sama.
Namun jika lingkungan kerja diwarnai sikap masa bodoh, malas, cuek, dan hanya mementingkan diri sendiri, atau egois cepat atau lambat semangat kerja pun akan menurun. Ini penyakit menular juga!
Maka, memilih lingkungan kerja yang sehat bukan berarti kita bisa selalu menentukan dengan siapa kita bekerja, melainkan bagaimana kita menyesuaikan diri dengan nilai-nilai Islam: amanah, profesionalitas, dan kerja ikhlas karena Allah.
๐๐ข๐ง๐ ๐ค๐ฎ๐ง๐ ๐๐ง ๐ฌ๐๐๐๐ ๐๐ข ๐๐๐ฅ๐๐ง “๐๐๐ข๐ค ๐๐๐ฅ๐๐ฌ”
Bergaul dengan orang yang lebih baik dari kita bukanlah tanda merendahkan diri. Sebaliknya, itu wujud kesadaran bahwa kita masih perlu belajar dan berkembang. Dengan berada di sekitar orang yang bijak, rajin, dan berintegritas, kita akan terdorong untuk ikut naik kelas. Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Bersama penjual minyak wangi, engkau bisa mendapatkan wangi atau setidaknya mencium aroma harum. Sedangkan bersama tukang pandai besi, engkau bisa terbakar pakaiannya atau mencium bau yang tidak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memberi gambaran jelas: kualitas hidup kita sering kali tidak hanya ditentukan oleh usaha pribadi, tetapi juga oleh siapa yang ada di sekitar kita.
๐๐ค๐ก๐ข๐ซ๐ฎ๐ฅ ๐ค๐๐ฅ๐๐ฆ
Pada akhirnya, memilih teman, membangun komunitas, dan menjaga lingkungan kerja yang baik adalah bagian dari ikhtiar untuk memperbaiki diri. Islam mengajarkan kita agar senantiasa dekat dengan orang-orang yang membawa kebaikan, karena dari merekalah kita belajar menjadi lebih baik.
Maka marilah kita jadikan lingkungan kita, baik keluarga, komunitas, maupun tempat kerja sebagai ladang kebaikan. Dengan begitu, kita tidak hanya memperbaiki diri sendiri, tetapi juga ikut melahirkan generasi yang lebih kuat, berintegritas, dan diridhai Allah SWT.
Mari ber-fastabiqul khairat. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Saling menularkan kebaikan. Jangan berhenti untuk menjadi lebih baik. Semoga kita selalu dikumpulkan bersama orang-orang baik. Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thariq. []
Mahbub Fauzie, Kepala KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah
Sejuk Dingin, 3 Oktober 2025