Menu

Mode Gelap

Opini · 30 Agu 2025 23:47 WIB ·

Jurnalisme Profetik Tanpa Intrik

Penulis: Mahbub Fauzie


 Jurnalisme Profetik Tanpa Intrik Perbesar

Jurnalisme Profetik Tanpa Intrik

Oleh Mahbub Fauzie*

Karena pernah kuliah di Sarjana Strata 1 pada Program Studi (Prodi) Penerangan dan Penyiaran Agama Islam (PPAI) Fakultas Dakwah Institut Agama Islam (IAIN) Ar-Raniry Banda Aceh (sekarang UIN Ar-Raniry) tahun 1994-2000, saya merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk suka menulis terkait dakwah, yang sekarang dalam media sosial – online, biasa disebut dengan konten.

Pada saat penyelesaian tugas akhir kuliah yang saat itu sempat non-aktif 2 (dua) semester dengan alasan biaya, saya menulis skripsi yang judulnya “Mobilitas Sosial Sebagai Strategi Dakwah Mewujudkan Masyarakat Madani.” Rujukan utama penulisan skripsi saya adalah “Buku Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi”, yang ditulis oleh Kuntowijoyo.

Kuntowijoyo, seorang sosiolog dan intelektual Muslim Indonesia. Tulisan-tulisannya di media cetak Ketika itu, terutama di Harian Umum Republika dan Majalah Ummat sangat menginspirasi saya. Saya juga suka dan tertarik membaca tulisan-tulisan buku-buku karya intelektual yang lain, baik dari kalangan agamawan maupun pemikir di bidang umum, termasuk filosof dan sosiolog serta para antropolog.

Hingga kini dan insya Allah seterusnya, saya akui bahwa saya suka menulis dan membuat konten-konten terkait dakwah karena motivasi niat Ikhlas, selain karena hobi saya atas hal tersebut. Termasuk ketertarikan saya kali ini ingin menulis artikel dengan judul “Jurnalisme Profetik Tanpa Intrik” ini.

Jurnalisme Profetik

Jurnalisme Profetik adalah konsep jurnalistik yang mengacu pada nilai-nilai profetik (kenabian) dalam Islam. Sebagaimana dalam konsep Ilmu Sosial Profetik (ISP) yang diperkenalkan oleh Kuntowijoyo. Nilai-nilai kenabian hendaknya memberikan landasan etis dan moral bagi praktik jurnalistik.

Jurnalisme profetik merupakan jurnalisme yang berorientasi pada misi yang melibatkan kebenaran, keadilan, dan transformasi sosial, sebagaimana tercermin dalam tiga dimensi utama ajaran Islam: humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar), dan transendensi (iman kepada Allah).

Spirit utama Jurnalisme Profetik adalah: Pertama, Semangat Humanisasi (Amar Ma’ruf), yaitu semangat untuk mengangkat nilai-nilai kemanusiaan, seperti menghormati martabat manusia, memperjuangkan keadilan, dan menyebarkan kebaikan. Jurnalisme profetik menolak eksploitasi dan diskriminasi.

Yang kedua, Semangat Liberasi (Nahi Munkar), yakni semangat untuk mendorong pembebasan dari berbagai bentuk penindasan, ketidakadilan, dan eksploitasi. Jurnalisme ini berperan sebagai kontrol sosial untuk melawan ketidakadilan, korupsi, dan penyimpangan lainnya. Kritik konstuktif merupakan bagian dari semangat Nahi Munkar, bukan faktor like and dislike maupun sentimen dan tendensi pribadi seorang Jurnalis.

Ketiga, Semangat Transendensi (Iman kepada Allah). Yaitu semangat spiriritual untuk menempatkan nilai-nilai spiritual sebagai landasan utama dalam pelaporan liputan atau reportase. Jurnalisme ini mengaitkan semua aktivitas jurnalistik dengan nilai-nilai keimanan kepada Allah, sehingga berorientasi pada kebenaran sejati.

Implementasi dan Tantangan Jurnalisme Profetik

Dalam praktiknya, jurnalisme profetik menekankan: Kejujuran dalam penyajian berita. Empati terhadap masyarakat yang lemah. Kritik konstruktif terhadap kebijakan atau tindakan yang tidak adil. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang edukatif dan inspiratif. Integritas moral dalam menghindari berita palsu (hoaks) dan sensasionalisme.

Persaingan dengan tren media komersial yang sering mengutamakan rating atau klik. Tekanan dari pemilik media atau pihak yang berkepentingan. Kesulitan menjaga keseimbangan antara idealisme profetik dan realitas industri media.

Tanpa Intrik

Praktik Jurnalisme profetik tentunya tanpa intrik dan kepentingan praktis-pragmatis. Tapi selalu mengedepankan dan menegakkan kejujuran, transparansi, serta etika sangat penting dijunjung para juru warta dalam dunia jurnalisme.

Dalam praktiknya, konsep ini mendorong jurnalis untuk: Pertama, Mengutamakan Fakta; memberikan laporan berdasarkan fakta yang terverifikasi, tanpa menambahkan unsur dramatis atau manipulasi informasi untuk meningkatkan daya tarik.

Kedua, Menjaga Independensi; tidak berpihak pada kepentingan tertentu, baik politik, ekonomi, maupun pribadi. Ketiga, Menghindari Sensasionalisme; tidak menggunakan judul atau isi yang berlebihan hanya demi klik atau popularitas.

Keempat, Mematuhi Kode Etik Jurnalistik; berpegang pada standar moral dan profesional dalam menyajikan informasi kepada publik. Kelima Mengutamakan Kepentingan Publik: Berfokus pada informasi yang relevan dan bermanfaat bagi masyarakat, bukan untuk menyebarkan gosip atau intrik.

Jurnalisme profetik menjadi relevan di era milenial sekarang ini untuk memberikan panduan moral bagi jurnalis agar tidak hanya mengejar profit atau popularitas, tetapi juga menjadikan media sebagai alat transformasi sosial yang berlandaskan nilai-nilai etika dan spiritual.

Spirit jurnalisme profetik adalah mewujudkan umat dan Masyarakat terbaik (khairu Ummah). Para jurnalis yang memiliki semangat profetik dalam menggali, peliputan dan pelaporan informasi benar-benar dalam rangka Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Kritik sosial yang diperankan merupakan bentuk dari “Memanusiakan manusia serta membela kemanusian dalam semangat ruhiyah keimanan kepada Allah Swt”.

Secara tersirat dan tersurat pesan Jurnalisme Profetik terkandung dalam Surah Ali Imran ayat 110: “ Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma’rụfi wa tan-hauna ‘anil-mungkari wa tu`minụna billāh, “

Yang rtinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”

Wallahu a’alam bish shawab.

 

*Mantan Aktifis Mahasiswa dan pernah menjadi Wartawan. Alumni Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry (S.1 Tahun 2000) dan Alumni Program Pasca Sarjana IAIN Takengon (S-2 Tahun 2023). Sekarang sebagai Pelayan Masyarakat di KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah.

(Dok: 13/3/2025)

 

 

0 0 votes
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 16 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

“Cuan” Memboming Dengan Aksi Viral [catatan harian penghulu]

1 Oktober 2025 - 00:03 WIB

Mengapa Verifikasi Calon Pengantin Adalah Keharusan di Era Digital?

30 September 2025 - 11:22 WIB

Musrenbang Sebagai Penjembatan Program KUA Kecamatan

29 September 2025 - 21:27 WIB

Taukil Wali bil lisan melalui daring, apakah diperbolehkan?

29 September 2025 - 16:46 WIB

Pengukuhan dan Rakerwil PW APRI Aceh 2025–2029: Momentum Kebersamaan, Profesionalisme, dan Penguatan Peran Penghulu

29 September 2025 - 06:21 WIB

“BIMWIN” Disandingkan Dengan “Tepuk Sakinah”

28 September 2025 - 20:37 WIB

Trending di Opini
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x