Menu

Mode Gelap

Karya Ilmiah · 1 Nov 2025 23:40 WIB ·

Pentingnya Pendidikan Karakter Di Indonesia

Penulis: Khaerul Umam


 Pentingnya Pendidikan Karakter Di Indonesia Perbesar

Oleh :

KHAERUL UMAM, S.Ag*)

(Penghulu Ahli Madya KUA Pakuhaji)

 

 

Muqadimah

       Krisis pendidikan karakter di Indonesia makin mengkhawatirkan. Sekadar contoh, dalam kasus paling mutakhir, seorang kepala sekolah dilaporkan ke Polisi. Sebabnya sebetulnya sepele. Hanya karena menegur dan menampar siswa yang merokok di sekolah. Ironisnya, ratusan siswa justru berpihak kepada temannya yang melakukan pelanggaran. Mereka mogok massal dan menuntut pemecatan kepala sekolahnya. Di sisi lain, seorang mahasiswa Universitas Udayana bunuh diri diduga akibat alami perundungan. Tragisnya, setelah meninggal, ia pun tetap di-bully di grup WhatsApp kampusnya. Ini hanyalah secuil kasus moral di dunia pendidikan.

     Sementara itu, tayangan Trans7 secara tendensius menggambarkan adab santri yang menghormati gurunya sebagai budaya feodal dan tak pantas. Padahal penghormatan murid kepada guru adalah adab agung dalam Islam. Dalam salah satu atsar dinyatakan:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

    Artinya: “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang tua, tidak menyayangi yang muda dan tidak mengetahui hak orang alim di antara kita (Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkâm al- Qur’ân, 17/241).

        Dalam Islam, pendidikan sejati bukan sekadar transfer ilmu, tetapi terutama pembentukan karakter dan akhlak yang bersumber dari akidah Islam.

Akar Krisis: Sekularisme Pendidikan

      Krisis Pendidikan karakter ini sesungguhnya berakar pada sistem pendidikan sekuler. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini telah menghapus orientasi spiritual dan moral dari dunia pendidikan. Akibatnya, anak didik kehilangan arah dan makna hidup. Tujuan pendidikan berubah menjadi sekadar demi bekal mencari pekerjaan, bukan membentuk kepribadian mulia.

      Para guru pun banyak yang ikut terseret arus krisis moral. Tidak sedikit kasus kekerasan, pelecehan dan korupsi di dunia pendidikan melibatkan pendidik itu sendiri. Intinya, masih banyak guru yang belum bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya. Padahal kata Imam al-Qusyairi:

وَمَنْ لَمْ يُؤَدِّبْ نَفْسَهُ لَمْ يَتَأَدَّبْ بِهِ غَيْرُهُ

    Artinya: “Siapa saja yang tidak bisa menanamkan adab pada dirinya, maka orang lain tidak mungkin mempelajari adab dari dia”, (Al-Qusyairi, Tafsîr al-Qusyayri, 2/36).

         Inilah buah dari sistem pendidikan sekuler yang sejak awal memang tidak berpegang pada sendi-sendi ajaran Islam, maka hasilnya adalah kebingungan, penyimpangan dan kehancuran moral. Padahal Allah SWT telah menegaskan:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

     Artinya: “Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran), maka sesungguhnya bagi dia kehidupan yang sempit”, (QS Thaha [20]: 124).

Tujuan Pendidikan

     Dalam Islam, tujuan pendidikan bukan sekadar mencetak manusia cerdas, tetapi mencetak insan yang berkepribadian Islam (syakhshiyyah islâmiyyah), yakni membentuk pola pikir (‘aqliyyah) dan pola sikap (nafsiyyah) yang didasarkan pada akidah Islam. Tujuan pendidikan ini terangkum, antara lain, dalam firman Allah SWT saat menjelaskan tujuan pengutusan Rasulullah saw.:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

    Artinya: “Dialah (Allah) yang mengutus di tengah-tengah kaum yang ummi seorang rasul dari kalangan mereka. Dia (bertugas) membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa/diri) mereka, serta mengajari mereka al-Quran dan hikmah; sementara mereka sebelumnya benar-benar ada dalam kesesatan yang nyata”, (QS al-Jum’ah [62]: 2).

         Rasulullah ﷺ pun menegaskan bahwa beliau diutus untuk membentuk akhlak mulia umat manusia. Demikian sebagaimana sabda beliau:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ

    Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR al-Bazzaar dan al-Baihaqi).

Rasulullah saw. pun menjelaskan pentingnya akhlak mulia dan keutamaannya. Beliau bersabda:

إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا

     Artinya: “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling bagus akhlaknya”, (HR al-Bukhari).

Beliau pun menegaskan:

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا

     Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya”, (HR al-Bukhari).

         Namun, dalam sistem sekuler, ketika pendidikan memisahkan ilmu dari iman, lahirlah generasi yang boleh jadi pandai, tetapi tidak berakhlak; boleh jadi pintar, tetapi tidak bermoral. Karena itulah para ulama dulu sangat menekankan pentingnya mendahulukan pembinaan adab/akhlak terlebih dulu sebelum penyampaian ilmu. Di kalangan mereka populer pernyataan “adab sebelum ilmu” sehingga dikatakan:

تَعَلَّمُوا الْأَدَبَ قَبْلَ أَنْ تَتَعَلَّمُوا الْعِلْمَ

      Artinya: “Pelajarilah oleh kalian adab (akhlak) sebelum kalian mempelajari ilmu”, (Ibn ‘Abd al-Barr, Jâmi ‘Bayân al-‘Ilm wa Fadlih, 1/164).

         Adab (akhlak) adalah fondasi ilmu. Dengan itu sistem pendidikan Islam melahirkan generasi para ulama dan ilmuwan yang cerdas sekaligus dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan. Karena itu pula, dalam konteks pendidikan, Islam menanamkan akidah Islam pada anak didik sebagai hal pertama dan utama sebagai asas seluruh ilmu, yang akan membentuk perilaku mereka yang diatur oleh syariah, dan mengarahkan potensi mereka untuk beramal demi ridha Allah SWT.

Sejarah Gemilang Pendidikan Islam

       Sejarah mencatat bahwa sistem pendidikan Islam mencapai puncak keemasan selama ratusan tahun di bawah naungan kekhalifahan, khususnya era ‘Abbasiyah. Negara menjadi pelopor utama pendidikan, membangun ribuan madrasah, perpustakaan dan pusat riset. Pendidikan bersifat gratis, terbuka untuk semua kalangan dan diselenggarakan oleh negara dengan kualitas tinggi. Tentu dengan bertumpu pada pondasi akidah Islam yang kokoh.

      Khalifah al-Ma’mun mendirikan Baitul Hikmah di Baghdad. Pusat ilmu pengetahuan dunia pada abad ke-9 M. Dari sana lahir para ilmuwan besar di bidang matematika,  kimia, astronomi, kedokteran, dll. Mereka bukan sekadar ilmuwan, tetapi juga ulama yang memadukan iman dan ilmu. Lahir pula para ulama terkemuka yang ahli ibadah, wara’ dan zuhud dalam berbagai disiplin ilmu seperti bahasa Arab, fiqih, ushul fiqih, tafsir, hadis, tasawuf, dll. Karya-karya mereka bahkan dikaji selama ratusan tahun hingga generasi saat ini. Sistem pendidikan di era Khilafah berhasil memadukan spiritualitas Islam dengan kemajuan sains dan peradaban. Ibn Katsir mencatat  bahwa dunia saat itu dipenuhi oleh para ulama dan pelajar (Ibn Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, 10/279).

Peran Negara

        Dalam Islam, Negara memiliki kewajiban langsung untuk menyelenggarakan pendidikan gratis dan berkualitas bagi seluruh rakyat. Sebabnya, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

     Artinya: “Imam (Khalifah) adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang ia pimpin”, (HR al-Bukhari dan Muslim).

        Di antara tanggung jawab pemimpin atas rakyatnya adalah menyelenggarakan pendidikan berkualitas dan gratis untuk mereka. Ini adalah bagian dari kemaslahatan rakyat.  Seluruh kemaslahatan yang diperlukan oleh rakyat harus ditunaikan oleh seorang pemimpin. Demikian sebagaimana ditegaskan oleh Imam al-Mawardi (Al-Mawardi, Al-Ahkâm as-Sulthâniyyah, hlm. 27).

       Negara pun wajib memastikan pendidikan berjalan dengan baik, sesuai tujuan pendidikan itu sendiri yaitu: mencetak generasi beriman, berilmu dan berakhlak mulia. Namun demikian, dalam sistem kapitalis-demokrasi-sekuler saat ini, pendidikan gratis dan berkualitas sekaligus mampu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan bertakwa tampaknya amat sulit diwujudkan.

Penutup

       Krisis pendidikan, khususnya pendidikan karakter,  tidak bisa diselesaikan hanya dengan revisi kurikulum atau pelatihan para guru. Krisis pendidikan karakter di Indonesia juga bukan sekadar krisis perilaku individu. Karena itu solusinya juga bukan sekadar menambah jam pelajaran agama. Semua itu hanya tambalan pada sistem sekuler yang rusak sejak akar dan telah gagal membentuk manusia bertakwa. Solusinya hanya satu: mengembalikan sistem pendidikan di bawah naungan dan fondasi syari’at Islam yang diterapkan oleh Negara. Dengan kata lain sistem pendidikan sekuler harus diganti dengan sistem pendidikan Islam. Tentu di bawah sistem pemerintahan Islam yang berasaskan akidah Islam dan menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan, sebagaimana era Khilafah dulu. Inilah sistem yang pernah menjadikan umat Islam memimpin dunia selama berabad-abad.

       Pertanyaannya, bisakah sistem Pendidikan Islam di bawah naungan dan fondasi syari’at Islam itu diterapkan di Idonesia yang bukan negara Islam? Bisa saja, kenapa tidak? Sebagai contoh Pendidikan Islam di pondok-pondok pesantren modern. Apabila semua komponen yang terlibat dalam dunia Pendidikan ini saling bahu membahu untuk mewujudkan pendidikan berkualitas sekaligus mampu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan bertakwa, cerdas, berkarakter dan beradab. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.

—*—

 

———

**)Penulis adalah Penghulu Ahli Madya pada KUA Pakuhaji Kab.Tangerang,   da’i/Penceramah, penulis, dan              pemerhati sosial keagamaan.

0 0 votes
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 12 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

Etika dan Peran ASN dalam Tanggung Jawab Lingkungan

12 November 2025 - 20:38 WIB

STRATEGI ORMAS PEREMPUAN ISLAM MEREBUT RUANG PUBLIK: Studi Muslimat NU dan Aisyiyah

10 November 2025 - 22:53 WIB

Transformasi Fiqih dalam dunia Islam : Analisis sejarah dan teori

10 November 2025 - 15:11 WIB

WALI NIKAH ILEGAL (PART 1)

2 November 2025 - 20:54 WIB

Refleksi Sumpah Pemuda: Meneladani Ashabul Kahfi

28 Oktober 2025 - 12:04 WIB

Manajemen Wakaf Produktif dalam Perspektif Islam

28 Oktober 2025 - 11:30 WIB

Trending di Hikmah
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x