Benar Saja Tak Cukup

Ada sebuah hadis. Selama ini begitu banyak disalahpahami. Sering pula dikutip dalam banyak sinetron. Juga oleh berbagai judul FTV. Hadis itu:

قل الحق ولو كان مرا

(Qulil haqqa walau kaana murran)

“Katakan yang benar walaupun pahit”.

Lalu kesalahpahaman itu berujung pada salah penerapan. Dipahami dan diterapkan secara keliru. Lagi curang.

Mengatasnamakan hadis ini, seseorang lalu sesuka hati menyalah-nyalahkan orang lain. Menuding-nuding orang lain. Hanya karena merasa yang disampaikannya benar. Tidak perduli dengan hati yang mungkin terluka. Tidak urus dengan perasaan yang mungkin tersakiti.

Padahal sekedar benar saja tidaklah cukup. Kebenaran mesti disampaikan dengan cara terbaik. Sikap tersantun. Pilihan kata terlembut. Dengan cinta. Bukan benci. Dengan Asik. Bukan siksa. Penuh kasih. Tiada dengki.

Sebab lahirnya hadis ini, tak seperti pemahaman dan perilaku curang itu. Berupa penyampaian kebenaran yang berakibat pahit bagi orang lain. Bukan bagi diri sendiri.

Sejatinya, maksud hadis ini, tidak demikian. Bukannya berakibat pahit bagi orang lain, justru penyampaian kebenaran itu dampak pahitnya kembali pada diri sendiri.

Ibarat seorang pedagang yang menjual barang cacat. Tetap jujur kepada pelanggannya. Menyampaikan kondisi barang dagangan itu dengan sebenarnya. Biarpun dengan resiko pahit baginya.

Dalam jangka pendek, mungkin dagangannya tidak dapat terjual seketika. Mungkin juga malah mengalami kerugian. Malah boleh jadi kebangkrutan.

Tapi dia telah menginvestasikan kebaikan berjangka panjang. Dia selamanya akan dikenal sebagai pedagang yang jujur. Pedagang yang rela menelan kepahitan. Demi tak merugikan orang lain.

Maka, fokuslah pada kekurangan diri sendiri. Bukan pada kelemahan orang lain. Belajarlah mengakui kesalahan sendiri. Bukan mencari-cari kesalahan orang lain. Sepahit apapun resikonya.

Agar kita tak seperti seorang pikun. Mencari-cari kaca mata sendiri. Hingga semua orang dimarahi. Hingga semua orang dituduh menyembunyikan kaca matanya. Padahal dia yang lupa. Kalau kaca mata itu sejak lama telah nangkring di matanya sendiri.

📌Hayyun Nur📌

Kepala Biro Kajian Hukum Islam dan Karya Ilmia PP APRI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *