Menu

Mode Gelap

Artikel · 24 Nov 2023 08:19 WIB ·

Benar Saja Tak Cukup

Penulis: Hayyun_Nur


 Benar Saja Tak Cukup Perbesar

Benar Saja Tak Cukup

Ada sebuah hadis. Selama ini begitu banyak disalahpahami. Sering pula dikutip dalam banyak sinetron. Juga oleh berbagai judul FTV. Hadis itu:

قل الحق ولو كان مرا

(Qulil haqqa walau kaana murran)

“Katakan yang benar walaupun pahit”.

Lalu kesalahpahaman itu berujung pada salah penerapan. Dipahami dan diterapkan secara keliru. Lagi curang.

Mengatasnamakan hadis ini, seseorang lalu sesuka hati menyalah-nyalahkan orang lain. Menuding-nuding orang lain. Hanya karena merasa yang disampaikannya benar. Tidak perduli dengan hati yang mungkin terluka. Tidak urus dengan perasaan yang mungkin tersakiti.

Padahal sekedar benar saja tidaklah cukup. Kebenaran mesti disampaikan dengan cara terbaik. Sikap tersantun. Pilihan kata terlembut. Dengan cinta. Bukan benci. Dengan Asik. Bukan siksa. Penuh kasih. Tiada dengki.

Sebab lahirnya hadis ini, tak seperti pemahaman dan perilaku curang itu. Berupa penyampaian kebenaran yang berakibat pahit bagi orang lain. Bukan bagi diri sendiri.

Sejatinya, maksud hadis ini, tidak demikian. Bukannya berakibat pahit bagi orang lain, justru penyampaian kebenaran itu dampak pahitnya kembali pada diri sendiri.

Ibarat seorang pedagang yang menjual barang cacat. Tetap jujur kepada pelanggannya. Menyampaikan kondisi barang dagangan itu dengan sebenarnya. Biarpun dengan resiko pahit baginya.

Dalam jangka pendek, mungkin dagangannya tidak dapat terjual seketika. Mungkin juga malah mengalami kerugian. Malah boleh jadi kebangkrutan.

Tapi dia telah menginvestasikan kebaikan berjangka panjang. Dia selamanya akan dikenal sebagai pedagang yang jujur. Pedagang yang rela menelan kepahitan. Demi tak merugikan orang lain.

Maka, fokuslah pada kekurangan diri sendiri. Bukan pada kelemahan orang lain. Belajarlah mengakui kesalahan sendiri. Bukan mencari-cari kesalahan orang lain. Sepahit apapun resikonya.

Agar kita tak seperti seorang pikun. Mencari-cari kaca mata sendiri. Hingga semua orang dimarahi. Hingga semua orang dituduh menyembunyikan kaca matanya. Padahal dia yang lupa. Kalau kaca mata itu sejak lama telah nangkring di matanya sendiri.

📌Hayyun Nur📌

Kepala Biro Kajian Hukum Islam dan Karya Ilmia PP APRI

Previous Post POSESIF
0 0 votes
Article Rating
Artikel ini telah dibaca 7 kali

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
Lihat seluruh komentar
Baca Lainnya

Memaknai Kesaktian Pancasila dari Meja Akad Nikah: Refleksi Seorang Penghulu

1 Oktober 2025 - 12:24 WIB

Konsepsi Mazhab dalam Islam: Definisi, Teori, Dalil, Pandangan Ahli, dan Relevansi Kontemporer

1 Oktober 2025 - 11:37 WIB

Revolusi Administrasi di Kementerian Agama: Mengupas Tuntas KMA No. 9 Tahun 2016

30 September 2025 - 15:15 WIB

Menggapai Keluarga SAMARA

29 September 2025 - 11:36 WIB

“Tepuk Sakinah” Edukasi Kreatif dalam Bingkai Hukum Keluarga Islam

27 September 2025 - 21:59 WIB

Sentuhan hati ……,pelayanan ASN KUA Wonosari Kab. Klaten, untuk mewujudkan harapan warga.

24 September 2025 - 14:43 WIB

Trending di Artikel
0
Ada ide atau tanggapan? Share di kolom komentar!x
()
x