Pertama, makna ‘id secara hakikat adalah:
كُلُّ يــَوْمٍ يَمُرُّ عَلـَى الْمُؤْمِنِ وَلـَا يُكْتَبُ عَلـَــيْهِ ذَنـــْبٌ.
Pada setiap hari yang dilalui oleh seorang yang beriman dan ia terbebas dari perbuatan dosa. Baik hati, sikap, lisan, maupun perbuatannya. Maka orang yang seperti inilah yang pantas merayakan ied, yaitu hari kebebasannya dari perbuatan dosa.
Allah SWT berfirman:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهٖ فَصَلّٰىۗ
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya, dan dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang. (QS. Al-A’la:14-15)
Kedua, makna ‘id secara hakikat adalah:
الْــيَوْمُ الَّذِىْ يَخْرُجُ فِيهِ مِنَ الدُّنْـــيَا بِالْـاِيــْمَانِ وَالشَّــهَادَةِ وَالْعِصْمَةِ مِنْ كَيْدِ الشَّيْطَانِ.
Suatu hari pada saat seseorang meninggal dunia dengan membawa keimanan dan keyakinan kepada Allah serta selamat dari tipu daya setan yang selalu mencari cara dan upaya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah SWT.
Allah SWT menjelaskan:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan Islam. (QS. Ali Imran:102)
Kaum muslimin-muslimat rohimakumulloh.
Ketiga, makna ‘id secara hakikat adalah:
الْـــيَوْمُ الَّذِىْ يُـــجَاوِزُ فِـيهِ الـــصِّرَاطَ وَيــَأْمَـــنُ مِنْ اَهْوَالــِــــــــ الْقِيَامَةِ وَيُخْلِصُ مِنْ اَيـــْدِى الْـــخُصُوْمِ وَالـــزَّبـــَانِيَةِ.
Suatu hari pada saat melintas di atas shirathal-mustaqim, ia selamat dari kesulitan hari kiamat dan terbebas dari siksaan malaikat Zabaniyah penjaga neraka. Rasulullah SAW menggambarkan, bahwa manusia akan melewati shirath yang terbentang di atas neraka Jahannam, di atasnya ada dua duri dan ranjau-ranjau yang menyambar manusia baik dari kiri maupun dari kanan. Di sisi mereka para malaikat berkata, “Ya Allah, selamatkanlah! Ya Allah selamatkanlah!” maka sebagaian mereka dapat melewati shirath itu secepat kilat, sebagian lagi menyebranginya seperti angin, sebagian lagi seperti penunggang kuda, sebagian berusaha mati-matian, sebagian berjalan sedemikian rupa, sebagian merangkak, dan sebagian lagi merayap. Sedangkan penghuni neraka tidak mati dan juga tidak hidup. Umat manusia (yang di hatinya ada keimanan meskipun hanya sebutir debu) dihukum karena dosa dan kesalahan mereka lalu terbakar menjadi arang, kemudian mereka diizinkan mendapat syafa’at. (HR. Bukhari Muslim).
Kaum muslimin-muslimat rohimakumulloh.
Keempat, makna ‘id secara hakikat adalah:
الْـــيَوْمُ الَّذِىْ يــَدْخُلُ فِيهِ الْجَــنَّةَ وَيـــَأْمَنُ مِنَ الْــجَحِيْمِ.
Suatu hari dimana ia selamat dari panasnya neraka Jahim serta ia masuk ke dalam surga yang dilimpahi kenikmatan yang tidak pernah terbayangkan.
Allah SWT berfirman:
وَسِيْقَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ اِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءُوْهَا وَفُتِحَتْ اَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوْهَا خٰلِدِيْنَ
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. (az-Zumar:73)
Dan kelima, makna ‘id secara hakikat adalah:
الْــيَوْمُ الَّذِىْ يـَـنْظُرُ فِيهِ اِلـَـى رَبــِّهِ.
Suatu hari dimana seseorang melihat kepada Allah SWT. Ini merupakan nikmat teragung bagi para penghuni surga di antara nikmat-nikmat surgawi lainnya sebagaimana banyak divisualisasikan baik oleh al-Quran maupun al-Hadis. Kenikmatan yang tiada berujung – khalidina fiha abadan. Dan nikmat yang paling agung itu adalah pertemuan dengan Allah SWT. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa ada sekelompok sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, apakah pada hari kiamat nanti kita dapat melihat Allah?” Rasulullah SAW menjawab: “Apakah kalian kesulitan ketika melihat bulan purnama?” Mereka menjawab: “Tidak, ya Rasulullah”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Kalian juga akan melihat Allah dalam keadaan seperti itu.
Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda:
اِذَا دَخَلَ اَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، يَقُولُ اللهُ تَــبَارَكَ وَتـَعَالـَى: تُرِيْدُونَ شَيْئًا اَزِيْدُكُمْ؟ فَــيَـقُولُوْنَ: اَلـَمْ نُــبَــيِّضْ وُجُوْهَنَا؟ اَلـَمْ تُدْخِلْنَا الْجَــنَّةَ وَتُــنَـجِّنَا مِنَ الــنَّارِ؟ فَيُكْشَفُ الْحِجَابُ، فَمَا اُعْطُوْا شَيْئًا اَحَبَّ اِلـَيْهِمْ مِنَ الـنَّظَرِ اِلـَى رَبــِّهِمْ. (مسلم)
Tatkala ahli surga masuk ke dalam surga, Allah SWT berfirman: “Apabila kamu sekalian menginginkan sesuatu, mintalah pada-Ku, pasti Aku kabulkan”. Mereka menjawab: “Bukankah Engkau telah membersihkan wajah kami? Bukankan Engkau telah menyelamatkan kami dari api neraka? Lalu apa lagi yang akan Engkau berikan pada kami?” Maka seketika itu terbukalah hijab, dan mereka tidak merasakan sesuatu yang lebih indah dan nikmat selain memandang kepada Allah. (HR. Muslim).
Kaum muslimin-muslimat rohimakumulloh.
Di penghujung malam Ramadhan ini, marilah kita bersama-sama bermunajat dan berdo’a kepada Allah dengan segenap keikhlasan, ketundukan, dan kerinduan, dan kecintaan kita kepada-Nya.
اللَّهُمَّ آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيــُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَارَبــَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِكَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلـَى سَيِّدِنَا مُـحَمَّدٍ صَلاَةً تُنــْجِينَا بِـهَا مِنْ جَمِيْعِ الْـاَهْوَالـِــــ وَالْـاَفَاتِ، وَتَفْضِىْ لَنَا بِـهَا جَمِيْعَ الْـحَاجَاتِ، وَتُطَهِّرُنَا بِـهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّأَتِ، وَتَرْفَعُنَا بِـهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ، وَتُبَلِّغُنَا بِـهَا اَقْصَى الْغَايَاتِ، مِنْ جَمِيْعِ الْـخَيْرَاتِ فِى الْـحَيَاةِ وَبـَعْدَ الْـمَمَاتِ، وَعَلَـى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ، اِنَّكَ عَلَـى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
Ilahi ya Robbana
Di penghujung malam Ramadhan ini kami bersimpuh di hadapan-Mu untuk memohon ampunanmu. Bersujud dibawah keagungan-Mu untuk memohon rahmat-Mu. Menghiba ke hadirat-Mu untuk mengharap kasih-sayang-Mu.
Ya arhamar-rohimin
Malam ini adalah detik-detik terakhir bulan suci. Bulan yang penuh berkah, hikmah, rahmah, serta maghfirah-Mu. Berkah-Mu melimpah ruah di bulan suci ini. Hikmah-Mu tercurah luas di bumi ini. Rahmah-Mu menghujani kemarau iman kami. Dan mgahfirah-Mu menghapuskan segala noda dan dosa kami.
Wahai Tuhan
Engkaulah yang Maha Tahu atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan ibadah kami. Engkaulah yang Maha Tahu atas segala kelalaian dan kekhilafan kami dalam menjalankan kewajiban ibadah kami. Oleh karena itu, sungguh tak pantas bagi kami untuk menikmati indahnya taman surga-Mu. Namun kami tak mungkin sanggup menerima murka dan amarah-Mu. Harapan kami ya Robbana, ampunilah dosa dan kesalahan kami. Bukakanlah pintu taubat-Mu untuk kami. Lapangkanlah maghfirah-Mu untuk kami. Kami mengakui, bahwa dosa-dosa kami bagaikan butir-butir pasir di jagat raya. Kami menyadari, kesalahan kami laksana buih samudera. Namun kami meyakini bahwa ampunan-Mu seluas angkasa.
اللّهُمَّ رَبــَّــنَا تَقَــبَّلْ مِنَّا وُضُوْءَنَا وَصَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَاءَتَنَا، وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَشَهُّدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَحْمِيْدَنَا وَتَهْلِــيْلَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا، وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا وَلـَا تَضْرِبْ بِهَا وُجُوْهَنَا يَا اِلـَـــهَ الْعَالـَمِيْنَ وَيـــَا خَيْرَ الــنَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يــَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Wahai Allah