Saat ini, banyak pasangan memilih melangsungkan akad nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) karena tidak dikenakan biaya, sedangkan menikah di luar KUA dikenakan biaya Rp. 600.000. Meski gratis, pasangan tetap perlu menyiapkan biaya untuk keperluan lainnya. Jadi tidak ada pernikahan yang benar-benar gratis. Terlebih setelah akad nikah disahkan, pengantin tetap memerlukan biaya dalam perjalanan kehidupan rumah tangganya, untuk menjaga cinta tetap ada.

Cinta adalah fondasi pernikahan Islam, namun cinta saja tidak cukup. Pernikahan yang sukses membutuhkan usaha dan komitmen dari kedua pasangan, termasuk dalam hal pemenuhan nafkah. Pepatah “tidak ada yang gratis dalam cinta” adalah kebenaran yang pahit, namun penting untuk dipahami.

Secara linguistik, kata “nafkah” berasal dari bahasa Arab نفق, yang memiliki beragam makna seperti membelanjakan, mengeluarkan, dan meniadakan/habis, tergantung pada konteks kalimat yang digunakan. Kata nafkah adalah bentuk masdar dari kata kerja نفق. di dalam kitab Fathul Qarib juga dijelaskan bahwa nafkah berasal dari lafadz an-nafaqah (النفقة), yang berasal dari kata al-infāq (الإنفاق) yang berarti mengeluarkan. Ketika seseorang memberikan nafkah, otomatis harta yang dimilikinya akan berkurang karena telah digunakan untuk kepentingan orang lain.

Menurut Sayyid Sabiq, nafkah mencakup pemenuhan kebutuhan makanan, tempat tinggal, tenaga pembantu rumah tangga, dan biaya pengobatan bagi istri, meskipun istri tersebut memiliki kekayaan sendiri.

Mencari nafkah bagi keluarga adalah tanggung jawab mulia bagi seorang muslim, bukan pilihan. Pemenuhan Nafkah bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan, tetapi juga tentang menjalankan perintah Allah SWT dan membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera.  Nafkah bukan hanya tentang menyediakan kebutuhan materi, tapi juga tentang memberikan cinta, kasih sayang, dan perlindungan kepada keluarga.

Namun, memenuhi nafkah tidak selalu mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti persaingan di dunia kerja, kondisi ekonomi yang sulit, dan tuntutan keluarga yang tak terhingga. Meskipun tidak mudah, pemenuhan nafkah adalah kesempatan bagi suami untuk menunjukkan tanggung jawab, dedikasi, dan cintanya kepada keluarga.

Dalam Islam, Al Quran dan Hadis tidak menyebutkan besaran nafkah secara spesifik. Fokusnya bukanlah pada angka, tetapi pada pemenuhan kebutuhan dasar istri dan anak secara layak. Besaran nafkah harus disesuaikan dengan kemampuan finansial suami.

Suami yang berpenghasilan tinggi, bisa memberikan nafkah yang lebih besar dibanding suami yang berpenghasilan rendah. Namun, ini bukan berarti suami yang tidak mampu dibebaskan dari kewajiban memberi nafkah. Istri dan anak bukanlah beban keuangan. Jika suami tidak memiliki penghasilan, kewajiban tersebut bisa diambil alih oleh keluarga suami atau melalui bantuan sesama dalam bentuk zakat atau sedekah. Intinya, Islam menegakkan prinsip keadilan dan kemampuan dalam pemenuhan nafkah.

Meskipun suami yang memiliki otoritas dalam mengatur keuangan keluarga, Islam menganjurkan adanya komunikasi dan kesepakatan antara suami-istri mengenai besaran nafkah. Istri berhak mengetahui penghasilan suami dan berhak mendiskusikan kebutuhan rumah tangga. Dengan komunikasi yang terbuka dan kesepakatan yang adil, keuangan rumah tangga akan lebih berkah dan menghindari perselisihan.

Kontribusi istri dalam keuangan keluarga juga perlu dihargai. Jika istri memiliki penghasilan, ia tidak wajib memberikannya kepada suami. Namun, istri tetap bisa secara sukarela membantu menyelesaikan kebutuhan rumah tangga. Pandangan ini menegaskan bahwa keuangan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama suami dan istri.

Nafkah yang diberikan harus dikelola dengan bijak. Suami dan istri perlu berkomitmen untuk mengelola keuangan keluarga secara efektif. Seperti membuat anggaran bulanan, mengendalikan pengeluaran yang tidak perlu, dan merencanakan masa depan keuangan keluarga. Dengan perencanaan yang baik, kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi secara optimal meskipun dengan penghasilan yang terbatas.

Menunaikan kewajiban nafkah bukan hanya membawa kebaikan materi tetapi juga membangun kepercayaan dan keberkahan dalam rumah tangga. Suami yang penuh tanggung jawab dalam memberi nafkah akan dihargai oleh istri dan anak-anaknya. Demikian halnya, istri yang bijak dalam mengelola nafkah akan menciptakan lingkungan rumah tangga yang harmonis dan penuh keberkahan.

Berikut beberapa tips untuk memotivasi diri dalam memenuhi nafkah.

Perkuat Iman dan Keyakinan

Sandarkan perjuangan dalam memenuhi nafkah dengan iman dan keyakinan yang kuat. Percayalah bahwa Allah SWT akan selalu memberikan rezeki kepada hamba-Nya yang bersabar dan berusaha. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah serta berusaha menambah pengetahuan dapat membantu meningkatkan iman dan keyakinan Anda.

Bekerja dengan Giat dan Tekun

Allah SWT menyukai hamba-Nya yang tekun bekerja keras. Jangan mudah menyerah ketika menghadapi rintangan dan hambatan. Teruslah berusaha dan pantang menyerah, dan yakinlah bahwa Allah SWT akan memberikan hasil atas usaha Anda.

Kembangkan Keterampilan dan Pengetahuan

Di era modern ini, penting untuk terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan agar dapat bersaing di dunia kerja. Ikuti pelatihan, kursus, atau seminar untuk meningkatkan kemampuan Anda. Memiliki keterampilan dan pengetahuan yang mumpuni akan membuka peluang yang lebih luas untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Bersikap Jujur dan Amanah

Jujur dan amanah dalam bekerja adalah kunci utama untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Ketika Anda dikenal sebagai orang yang jujur dan amanah, orang lain akan lebih percaya kepada Anda dan memberikan kesempatan yang lebih baik.

Bersabar dan Bersyukur

Menjalani proses pemenuhan nafkah membutuhkan kesabaran dan rasa syukur. Jangan mudah tergoda dengan jalan pintas yang haram atau tidak berkah. Bersabarlah dalam berusaha dan bersyukurlah atas setiap rezeki yang Anda dapatkan.

Berdoa dan Berikhtiar

Doa dan ikhtiar adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan dalam mencari nafkah. Berdoalah kepada Allah SWT agar dimudahkan dalam mencari rezeki dan diberkahi dalam pekerjaannya. Namun, jangan hanya berdoa tanpa berusaha. Lakukanlah ikhtiar yang maksimal dan yakinlah bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa Anda.

Memenuhi nafkah adalah tugas yang menantang dan terkadang berat, namun juga mulia. Dengan tekad, disiplin, dan motivasi, Anda dapat mencapai tujuan Anda dan membangun keluarga yang samawa, bahagia dan sejahtera.

Ingatlah, tidak ada yang gratis dalam cinta. Cinta membutuhkan usaha, dedikasi, dan pengorbanan.

Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mencari nafkah yang berkah.

*M. Hanif Hakim (Penghulu /Kepala KUA kecamatan Mentok)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *