KETIKA MUDIN MENJADI WALI NIKAH

Oleh : Syafran Lubis

Ketika ada kelahiran seorang bayi, ia yang berperan membacakan barzanji. Ketika anak orang lain menikah, ia berperan mendampingi Pak Penghulu melafalkan doa setelah akad. Ketika ada warganya yang meninggal, ia juga yang berperan mengurusi tajhiznya sampai ke kubur. Sebagai seorang bapak yang levelnya dunia-akhirat, ia selalu ditanyakan oleh bapak penghulu, saat menghadiri pencatatan pernikahan di desanya, ia selalu duduk di samping kanan pak penghulu.

Setelah terdengar “saaah….” Dari saksi di acara prosesi akad nikah terdengarlah suaranya. Melantunkan bait bait doa untuk kedua pengantin yang baru saja berubah status menjadi suami istri. Ya.. dialah pak modin, tokoh agama di masyarakat mereka. Kalo ada permasalahan agama biasanya yang menjadi rujukannya adalah beliau.

Tidak seperti biasanya yang hanya pakai baju koko, kali ini ia duduk di mengenakan jas lengkap layaknya seorang pejabat yang akan dilantik. Pak penghulu heran “ pak modin kok pake setelan jas ya” batin pak penghulu namun tak lantas menanyakan hal itu. Setelah sambutan dari keluarga laki laki dan sekaligus penyerahan pengantin ke keluarga perempuan, pihak keluarga perempuan pun menerima pengantin laki laki itu

“monggo pak penghulu“ kata pak mudin,

“pak wali maana ya….?” Sambut laki laki berkepala empat itu, tak langsung mengiyakan ajakan pak mudin

“saya walinya pak” timpal pak modin sebelum omongan penghulu selesai sempurna,

“oalaaah jenengan to.. , pantas stylenya beda… , dari tadi saya sudah bertanya tanya, tapi tak berani bertanya” kata pak penghulu sambil tersenyum, “ternyata ini jawabannya”. lanjut penghulu, Pak modin hanya menjawab dengan senyuman lebar.

Keduanya pun berjalan menuju meja akad nikah, setelah duduk dengan sempurna,

“ langsung atau masih ada yg ingin disampaikan pak wali..?” Tanya penghulu

“ langsung aja pak” jawab pak wali.

Pria kelahiran madina ini pun mulai membuka acara akad nikah dengan muqaddimah yang tidak panjang, setelah selesai pemeriksaan berkas, ia pun memberikan nasehat kepada kedua pengantin tersebut

“ mas manten, dan mbak manten pernikahan adalah rahmat dan karunia dari ALLAH maka sebelum menjadi pengantin segera perbaharui niat dalam pernikahan ini, apapun yang terjadi nanti di dalam rumah tangga kalo niatnya lillahi ta’ala maka semua masalah yang ada itu akan bisa diselesaikan”. nyeeessss rasanya dihati nasehat penghulu itu, kedua pengantin tertunduk, merasakan tersirami  hati yang rindu hujan di gersangnya lahan qolbu. Setelah dirasa cukup nasehatnya penghulu pun langsung menyerahkannya kepada pak wali.

Sebelum mengambil microphone yang terletak di depannya, wali seolah ingin bertanya pada pak penghulu, tapi diurungkannya. Ditatapnya calon menantunya tersebut, “sudah siap menikahi anakku..? “. “Siap pak” Kata pengantin laki-laki, tidak seperti tentara yang sigap mengatakan ‘siap!’ tidak juga pelan tapi jawaban pengantin ini menyatakan kesiapannya. Pak wali pun memulai acara ijab qobul, sesaat sebelum dimulai ia berbisik kepada Pak  penghulu “nggak diajarin dulu ya Pak, mantennya ?”. Pak penghulu pun bertanya kepada pengantin laki-laki, “sudah pernah belajar menerima akad nikah ?”,

“kalau tanya-tanya sudah Pak”,  jawabnya

“yang diketahui itu bagaimana”, tanya penghulu lagi

“ya aku terima nikah dan kawin Yuli Yanti binti bapak Rustanto dengan mas kawin tersebut, gitu pak”. tegas nya

“ok, kita mulai .., ya Pak !” kata penghulu sambil melirik kepada Pak Wali

“sebelum kita mulai, ..mas manten dan mbak manten mari sama sama beristighfar.. lalu syahadat” lanjutnya

kedua mempelai itu pun segera beristighfar lalu mengucapkan syahadat

“astaghfirullahal azhiim,” terdengar keluar dari bibir kedua pengantin itu  tiga kali  “Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah” sambung keduanya

“lanjut pak” kata penghulu, Pak wali pun menyodorkan tangannya kepada pengantin laki laki lalu berucap istighfar 3 kali disambung syahadat seperti yang diucapkan pengantin tadi,

“ya suroto bin  kastolani”,

“ya saya” sambut pengantin laki laki

“aku nikahkan engkau dengan anak kandungku Yuli Yanti dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tuunai”

“aku terima nikahnya Yuli Yanti binti bapak Rustanto dengan mas kawin tersebut Tunai” jawabnya pengantin laki laki tanpa jeda,

Khalayak di sekeliling akad nikah itu serentak berucap “ sssaaah…” pak wali dan penghulu menatap saksi yang mengawasi prosesi itu. saksi tanpa mengucapkan kata kata, langsung mengangkat kepalan tangannya sambil berdirikan ibu jarinya dan saksi satunya hanya menganggukkan kepalanya. Pak wali yang sekaligus Mudin itu langsung berdoa, Tidak seperti biasanya doanya kali ini agak terbata, jika dalam doa-doa sebelumnya sesudah akad nikah ia lancar mengucapkannya tapi hari ini ia agak terbata, kemudian ia meletakkan microphone kembali di atas meja. pak Penghulu mengambilnya  lalu terdengar di speaker “Barakallahu laka wa  barakallahu alaika wa jama’a bainakuma fii khoir, alhamdulillah acara akad nikah ini berjalan dengan baik dan lancar kedua mempelai ini pun sudah sah menjadi suami istri, sebagai bukti yang sah bahwa kedua mempelai ini sudah sah menjadi suami istri, kami selaku penghulu dari kantor urusan agama Kecamatan Bandar Sribhawono langsung mengasihkan buku nikahnya, pengantin laki laki mendapat buku nikah warna merah dan pengantin wanita mendapat buku nikah warna ijo”, setelah kedua pengantin ini menerima buku nikah masing masing, lalu sang suami pun menyerahkan mas kawin kepada istrinya, yang dilanjutkan dengan salaman berdua,

“ yang pertama di salim pak wali atau mertuanya” kata pak penghulu “ kemudian ibu mertua lalu dilanjut orang tua baru yang lain “ sambung nya.

Kemudian kedua pengantin ini menyalami orang tua pengantin wanita lalu orang tua pengantin laki laki dan mereka teruskan menyalami para tamu undangan “shollallohu ‘ala muhammad ,,. shollallohu alaihi wa sallam …. “ gema sholawat itu mengiringi salam salaman mempelai ini sebelum mereka duduk berdua di pelaminan.

Seorang ibu usia paruh baya duduk kembali ke tempat duduknya, “yang nikahkan pak modin” katanya

“gimana, gimana… “kejar temannya yang duduk di sebelahnya

“yang menikahkan pak modin!” ulangnya

“kok bisa bukan pak penghulu?“ sambut ibu yang tidak ikut menyaksikan ijab qobul

“laa… gak tau, buktinya tadi pak modin yang menikahkan”  ulangnya lagi

“itu gak boleh lo…” sambut temannya “bukannya pak mudin itu yang mendoakan? “ lanjutnya

“yang mendoakan juga iya.. “ kata ibu itu lagi

Setelah obrolan mereka jeda, seorang ibu dengan pakaian rapi dengan jilbab agak lebar, layaknya seorang ustazah yang duduk persis di belakang mereka tersenyum, dan “kenapa bu..” tanya nya

“itu lho.. tadi yang menikahkan katanya pak modin bukan pak penghulunya..” kata ibu itu  menjelaskan

“lha.. iya yang menikahkan ya walinya lah itu lebih afdol daripada penghulunya” ucapnya, “pak modin itu adalah orang tua dari pengantin perempuan makanya yang menikahkan adalah pak Rustanto ayah dari mbak Yuli Yanti, pengantin perempuan,  yang sekaligus modin disini” lanjutnya menerangkan.

“ooooo.. “ terdengar serempak omongan kedua ibu tersebut.

“Barakallahulakuma wabaraka alaikuma jama’a bainakuma fii khair…”

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *