Tanggung Jawab dan Rasa Syukur: Dua Pilar Laki-Laki sebagai Suami dalam Pernikahan

Tanggung Jawab dan Rasa Syukur: Dua Pilar Laki-Laki sebagai Suami dalam Pernikahan

Dalam setiap akad nikah yang sah, tersembunyi amanah besar yang tidak sekadar berisi hak untuk mencintai, tetapi juga kewajiban untuk bertanggung jawab. Menjadi seorang suami bukan hanya soal menjadi kepala rumah tangga secara simbolis, tetapi juga tentang menjadi pemimpin yang adil, pelindung yang penyayang, dan teladan yang bersyukur.

Allah SWT dengan tegas memberikan posisi strategis kepada laki-laki dalam pernikahan. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an:

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُۗ وَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًاۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا ۝٣٤

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…”
(QS. An-Nisa: 34)

Ayat ini bukan hanya penegasan tentang keunggulan fisik atau tanggung jawab finansial, melainkan juga perintah tersirat akan kepemimpinan berbasis kasih sayang dan pengorbanan. Seorang suami dituntut untuk mampu:

  • Memberikan nafkah lahir dan batin
  • Menjadi tempat berlindung bagi istri dan anak-anaknya
  • Mendidik dan membimbing rumah tangganya menuju ridha Allah

Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya…”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kepemimpinan dalam rumah tangga adalah bentuk nyata dari tanggung jawab. Ia bukan dominasi, melainkan dedikasi. Tanggung jawab berat itu akan menjadi ringan jika dibingkai dengan rasa syukur. Seorang suami yang bersyukur akan menerima kelebihan dan kekurangan istrinya sebagai bagian dari ujian dan anugerah pernikahan. Rasa syukur akan menjadikan suami tidak mudah menuntut berlebihan, tidak membandingkan istrinya dengan wanita lain, serta mampu melihat sisi baik dari pasangan meski dalam keadaan sulit.

Rasulullah SAW merupakan suri tauladan suami yang paling bersyukur. Ia tidak pernah merendahkan istri-istrinya, bahkan selalu memuji dan mendoakan mereka. Dalam sebuah hadis disebutkan:

إن من أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا وخياركم خياركم لنسائهم

“Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.”
(HR. Tirmidzi)

Dalam kehidupan rumah tangga, tanggung jawab dan syukur adalah dua sisi dari satu mata uang. Tanggung jawab tanpa syukur bisa menjelma menjadi beban. Syukur tanpa tanggung jawab bisa menjadi kemalasan terselubung. Tapi ketika keduanya hadir bersamaan, maka rumah tangga akan menjadi tempat tumbuhnya cinta, ketenangan, dan keberkahan.

Menjadi suami bukan tentang sempurna dalam segala hal, tetapi tentang berusaha sebaik-baiknya menjalankan amanah. Bersyukur atas istri yang setia, anak yang sehat dan rumah tangga yang terus berproses, adalah bentuk dari salah satu ibadah yang luar biasa nilainya.

Akhir,

Pernikahan bukan hanya perjalanan dua hati, tetapi juga pengabdian dua jiwa. Bagi seorang suami, keberhasilan rumah tangga tidak hanya dilihat dari materi, akan tetapi juga dari seberapa kuat ia menjaga amanah dan seberapa tulus ia bersyukur atas nikmat itu.

Maka, sebagai laki-laki yang sudah membina rumah tangga yang baik, mari menjadi suami yang bertanggung jawab dan senantiasa bersyukur. Sebab, dalam keduanya terdapat kemuliaan, ketenangan, dan janji keberkahan dari Allah yang Maha Pengasih.

  • Muhamad Fathul Arifin – Penghulu KUA Kesugihan, Cilacap

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan