Pulau Taliabu, 11 November 2023. Antara KUA dan Pulau Lymbo

Suatu hari pasangan calon pengantin datang ke KUA Taliabu Barat untuk mendaftar pernikahannya. Mereka datang sudah dengan berkas yang komplit maka diterimalah oleh penghulu diruangannya karena setiap pernikahan atau pemberkasan penghulu yang bertanggung jawab atas itu. Catin tersebut menghadap penghulu untuk menyerahkan berkas dan berkas itu dinyatakan komplit maka berkas didisposisikan ke Operator untuk di Input ke SIMKAH. Sembari menunggu operator memasukan data ke SIMKAH penghulu melakukan verifikasi terhadap penganti tentang kesiapan pernikahan dan lain sebagainya.

Pertanyaan yang diucapkan oleh penghulu ini wajar-wajar saja akan tetapi jawabannya yang sangat mengkagetkan “Dimana rumah kamu Mas?”ujar penghulu. Maka menjawab lah Catin “saya dari pulau Limbo yang berada di depan pulau besar Taliabu, 2 jam perjalanan mengunakan katiting (Perahu Kecil)? Jawabnya. Maka penghulu itu hanya terheran-heran karena antara pulau limbo dengan KUA sangat jauh dan jelasnya pasti membutuhkan ongkos yang sangat banyak. Maka dari itu penghulu juga mempertanyakan kapan akan berlangsung pernikahan dan jam berapa. Maka meraka berbincang sebentar dan memberikan jawaban bahwasanya pernikahan dilangsungkan pada malam Ahad jam 20.00 WIT. Seketika itu penghulu menarik nafas yang sangat Panjang dan menghelanya dengan raut muka yang mengkerut.

Pada Hari Jumat keluarlah berkas pernikahan dan buku nikah mereka diantarkan keruangan penghulu untuk di mintai tanda tangan dan pengecekan terakhir. Melihat hari pernikahan dan waktu pernikahan tidak berubah penghulu tersebut memanggil staff KUA untuk menanyakan kesiapan transportasi untuk ke pulau limbo dan penghulu juga menyuruh staff untuk mencarikan penyuluh untuk mendampingi dalam pemgawasan pernikahan tersebut.  Akhirnya tibalah hari sabtu sore menjelang maghrib.

Handphone berdering penyuluh Agama Islam menelpon saya mengabari bahwa Katiting sudah ada di depan Pelabuhan untuk menjemput orang KUA untuk datang melakukan pegawasan pernikahan di pulau Lymbo. Tepat pukul 16.30 kami menaiki katiting tersebut dan melaju membelah Samudra menuju sebuah pulau yang ada didepan sana nun jauh. Diatas kapal kami mengabadikan perjalanan ini dengan memfoto sunset yang saya temui begitu indah digabungkang dengan warna megamendung menyapa kami untuk berpamitan sangsurnya untuk istirahat. Kami tiba dipulau Lymbo sekitar pukul 18.30 an kami menuju rumah singgah untuk istriarhat sebentar sambal menunggu adzan maghrib dan kami pergi ke pantai untuk juuga mengabadikan moment terindah dipantai dengan hamparan pasir putih dan terlihat banyak anak-anak yang sedang main air dan sampannya di sekitarannya.

Malampun tiba kami berganti pakaian dan melakukan brefing kepada tim yang turun ke lapangan dalam rangka pengawasan untuk membagi tugas ada yang menjadi MC, baca khutbah serta nasihat pernikahan. Akhirnya tepat pukul 20.45 acara akad di mulai dengan pembacaan khutbah yang dibacakan oleh Muhammad Akyas Lutfi,S.H Penyuluh Agama Islam pada KUA Taliabu Barat. Prosesi akad nikah dimulai dengan pembacaan kalimat Taubat Syahadat dan sholawat dan diakhiri oleh Pengucapan Shigat Ijab Qobul oleh Wali dan Penganti laki-laki.

Nasihat perkawinan disampaikan langsung oleh penghulu yang bertugas pada saat itu ialah Husni Abdul Malik,S.Ag penghulu pertama. Disampaikan didalam nasihat tersebut ialah Jagalah pernikahan ini sebagaimana orang tua menjaga anak-anaknya hingga besar ini. Hiduplah yang Bahagia agar kehidupan ini lebih nyaman dan baik. Pada akhir nasihat disampaikan agar keliuarga ini langgeng yang dapat memisahkan hanyalah maut dan keluarga kecilnya dapat menjadi Sakinah mawadah warohmah.

Rangkaian kegiatan akad nikah telah usai pukul 22.00 kami beserta tim langsung menuju rumah yang disinggahi untuk ganti baju dan akan melanjutkan perjalanan pulang ke pulau besar taliabu. Kami sembari menunggu sang operator Katiting kami bercerita kelakar akan keramahan masyarakat limbo yang liuar biasa karena hampir semua yang ada di pulau ini berprofesi sebagai nelayan karena masyarakat limbo 97% ialah suku bajo. Kami sampaiu larut malam sang operator belum datang dan kamipun semakin gelisah karena pukul 23.30 kita belum bisa bergerak dan yang kami pikirkan perjalanan malam laut ini membutuhkan effort yang lebih dengan kegelapan yang menyelimuti serta dingin yang menusuk kedalam hati. Akhirnya ada sang operator datang ialah pak Sudarto salah satu pegawai kementerian Agama yang ditugaskan untuk menjadi kepala madrasah di desa limbo ini.

Kami tepat pukul 00.15 meninggalkan pulau lymb0 dengan tim diantar oleh pak guru sebutan untuk pak darto sang kepala madrasah tersebut. Kami menyisir pulau demi pulau , dengan gelapnya malam ditengah laut hanya ada pancaran sirna dari bintang bintang dilangit yang sangat indah dilihat diatas sampan ini membentuk sebuah angka dan lampu karena mungkin bintang itu mengerti perjuangan penghulu akan tanggung jawabnya dalam pengawasan pernikahanya. Cahaya kelap kelip bintang mengantarkan kami dengan suara ombak dan keheningan membawa kami pada ujung pulau dan kami turun pukul 01.45 WIT. Disaat mereka sudah terlelap kami masih melakukan tugas negara untuk melayani masyarakat yang mau menikah. Kami menunggu mobil jemputan untuk diantar ke rumah kami.

Belum berhenti dari sini kami masih hari naik mobil pick up melewati hutan telaga serta rawa-rawa untuk bisa sampai ke rumah dengan selamat. Akhirnya kami 02.30 kami tiba di kota bobong dengan selamat dan kami lanjutkan untuk makan sahur dan kami pulang kerumah masing-masing.

Cukup sekian akhir dari perjalanan penghulu untuk melakukan pengawasan pernikahan di ujung dan pulau yang baru mekar menjadi kabupaten Taliabu.

 

2 thoughts on “Antara KUA dan Pulau Lymbo yang Terpisahkan Lautan Banda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *