HAKIKAT SYUKUR

HAKIKAT SYUKUR

Al-Quranul Karim mengilustrasikan di antara kisah itu dengan ayatnya:

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS. An-Nahl 16:112)

Saudaraku sesama muslim! Sungguh Allah telah menaburkan selaksa nikmat dan karunia kepada kita, dan menyuruh kita untuk mensyukurinya. Dia berjanji bahwa jika kita pandai mensyukurinya, niscaya Allah akan menambah karunia-Nya itu kepada kita. Sebaliknya, jika kita ingkar, maka Dia mengancam akan memberikan siksa yang amat pedih dan menghancurkan. Oleh karena itu marilah kita bercermin, sejauh mana sikap kita yang telah menunjukkan sikap bersyukur kepada Allah SWT.

Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim 14:7)

Kaum muslimin-muslimat hamba Allah yang berbahagia

Sesungguhnya tidaklah sulit bagi Allah untuk mengubah keadaan seseorang, suatu bangsa, atau umat dari aman menjadi kacau-balau, dari kaya menjadi miskin, dari makmur menjadi hancur. Semuanya itu bermuara pada keingkaran manusia terhadap nikmat-nikmat Allah.

Oleh karena itu, ironis sekali, mengahadapi karunia Allah yang veragam itu justru sangat sedikit hamba-hamba Allah yang bersyukur. Padahal manfaat, fungsi, dan hikmah syukur bukan Allah SWT yang menikmatinya. Sebagai Dzat Yang Maha Sempurna, maka sama sekali Dia tidak mengambil keuntungan dan tidak merasa beruntung dengan bakti syukur hamba-hamba-Nya kepada-Nya.

Demikian pula sebaliknya, Dia tidak merasa merugi dan dirugikan oleh keingkaran hamba-hamba-Nya kepada-Nya. Justru hikmah, fungsi, dan manfaat syukur itu kembali kepada diri hamba dan kaum yang bersyukur itu sendiri. Artinya, bahwa hikmah, fungsi, dan manfaat syukur itu dapat menyucikan dan mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah. Di samping itu juga sebagai kendali dalam mendermakan dan membelanjakan serta menggunakan kenikmatan tersebut agar sejalan dengan syari’at-Nya.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa syukur adalah pilar, komponen, dan determinan kebahagiaan dan kesejahteraan suatu umat. Bangsa apa pun yang pandai bersyukur kepada Allah, maka mereka pasti meraih puncak kejayaan yang gemilang. Sebaliknya, bangsa maupun umat yang mana saja bila ingkar kepada Allah, enggan mensyukuri karunia-Nya, maka secara perlahan tapi pasti akan mengalami kehancuran dan kehinaan.

Semoga kita menjadi umat dan bangsa yang pandai mensyukuri nikmat Allah, sehingga dalam waktu re;atif singkat segera dapat meraih hikmah, manfaat, dan fungsi syukur yang berupa kemenangan, kesejahteraan, dan ketenteraman sejati. Amien.

هدانا الله واياكم اجمعيـن

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

 

 

 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *