TAUBATAN NASUHA

TAUBATAN NASUHA

TAUBATAN NASUHA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىْ فَرَضَ الــتَّوْبــَةَ وَحَرَّمَ اْلاِصْرَارَ. وَلِذَلِكَ قَالَ الـنَّبِىُّ الْمُصْطَفَى الْمُخْتَارِ. لاَصَغَائِرَ مَعَ اْلاِسْتِمْرَارِ وَلاَ كَبَائِرَ مَعَ اْلاِسْتِغْفَارِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ كَاتِبُ اْلآثَارَ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَفْوَةُ اْلاَخْيَارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُوْرِ اْلاَنْوَارِ،  وَسِرِّ اْلاَسْرَارِ، وَتِرْيــَـاقِ اْلاَغْيَارِ، وَمِفْتَاحِ بــَابِ الْيَسَارِ. سَيِّدِنــَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ وَآلِهِ اْلاَطْهَارِ، وَاَصْحَابِهِ اْلاَخْيَارِ.وَبــَارِكْ وَسَلِّمْ بِعَدَدِ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْتَهُ  يَاعَزِيزُ يَاغَفَّارُ يَاكَرِيمُ  يَاسَتَّارُ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنـْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَتُوبُوا اِلـَى اللهِ جَمِيعًا اَيــُّـهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

Segala puji dan syukur marilah senantdiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu memanjakan hamba-hamba-Nya dengan membukakan pintu taubat selebar-lebarnya bagi sdiapapun hamba-Nya yang memohon ampunan-Nya. Salawat dan salam semoga tercurah ke haribaan insan pilihan, yang diutus untuk memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman, dan memberi peringatan kepada orang-orang tersesat jalan, habibina wa-syafi’ina wa-maulana Muhammad SAW, demikian juga kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

Manusia yang baik bukanlah manusia yang hidup tanpa dosa. Sebab tidak ada seorang pun manusia yang luput dari dosa. Tetapi manusia yang baik adalah orang-orang yang menyadari kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan apabila suatu ketika dia khilaf sehingga melakukan dosa, maka secepatnya dia bertobat memohon ampunan kepada Allah SWT. Tidak menunggu waktu atau menunda-nunda taubat serta melambat-lambatkannya. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak ada tiga point yang ingin saya sampaikan. Pertama, apa yang dimaksud dengan taubat. Kedua, bagaimana cara bertaubat. Dan ketiga, bagaimana cara memelihara keutuhan taubat itu sendiri.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

Pertama, apa yang dimaksud dengan taubat? Kata “taubat” berasal dari “taba – yatubu – taubatan”  yang artinya kembali ke jalan yang benar. Ini artinya bahwa seorang sejatinya adalah baik selama dia menempatkan dirinya sebagai hamba Allah yang taat melaksanakan kewajiban beribadah kepada-Nya. Namun dalam perjalanannya dia dihadapkan pada kenyataan, bahwa jalan pengabdian itu dihiasi dengan berbagai rintangan, halangan, dan hambatan. Di suatu saat seseorang mampu melewati semuanya itu, dan pada saat yang lain dia terperosok ke dalam perbuatan dosa yang mestinya dia hindari.      Maka pada saat demikian itulah dia harus sadar dan berusaha bangkit dari keterpurukan. Jangan membiarkan dirinya terjerembab lebih dalam dalam kubangan dosa yang hanya akan mengundang murka Allah SWT. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur:31)

Dan pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa. (QS. At-Tahrim 66:8)

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

Taubat nasuha yaitu taubat yang bersih dan benar, agar kesalahannya dihapuskan, dan dosa-dosanya diampunkan. Karena manusia, disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari kesalahan dan dosa-dosa. Itu bermula dari kenyatan elemen pembentukan manusia tersusun dari unsur tanah yang berasal dari bumi, dan unsur ruh yang berasal dari langit. Salah satunya menarik ke bawah sementara bagian lainnya mengajak ke atas. Yang pertama dapat menenggelamkan manusia pada perangai binatang atau lebih buruk lagi, sementara yang lain dapat mengantarkan manusia ke barisan para malaikat atau lebih tinggi lagi.

Oleh karena itu, manusia dapat melakukan kesalahan dan membuat dosa. Dengan kenyataan itu dia membutuhkan taubat yang utuh dan sungguh-sungguh. Taubat yang lahir dari kesadaran diri karena dorongan rasa takut dan malu kepada Allah SWT. Taubat yang penuh dengan ketulusan untuk menscuikan diri bukan karena adanya keterpaksaan dengan pertimbangan keuntungan duniawi. Sehingga dengan taubatnya itu Allah SWT berkenan menghapus kesalahan yang diperbuatnya, mensucikan dirinya dari noda dan dosa yang dilakukannya. sebagaimana firman Allah selanjutnya:

عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia. Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim 66:8)

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

Kedua, bagaimana cara bertaubat agar taubat itu diterima oleh Allah SWT dan dikategorikan sebagai taubatan nasuha? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita kaji Firman Allah SWT dalam Surah Ali Imran ayat 135:

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Dan orang-orang yang apabila mengerjakan dengan sengaja atau tidak sadar suatu perbuatan keji – yakni dosa besar, seperti membunuh, berzina, korupsi, dan mencuri – atau menganiaya diri mereka sendiri dengan dosa atau pelanggaran apapun, mereka ingat Allah, sehingga mereka malu atau takut lalu mereka menyesali perbuatan mereka, kemudian mereka bertekad untuk tidak mengulanginya lagi dan memohon ampun atas dosa-dosa mereka. Ketika itu Allah mengampuni dosa-dosa mereka karena Dia Maha Pengampun dan tiada selain-Nya yang dapat memberi ampun. siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Tentu saja tidak ada!  Selanjutnya setelah bertaubat, mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang merka mengetahui bahwa perbuatan tersebut terlarang.

Dari ayat di atas, kita dapat memetik kesimpulan, bahwa syarat-syarat taubat itu terdiri dari tiga tahap. Pertama, mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya dengan memperbanyak istighfar. Kedua, tidak meneruskan perbuatan kejinya itu. Dan ketiga, mengetahui bahaya dari perbuatan keji itu, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Menurut Imam Ghazali ketiganya mencakup pengetahuan, kondisi kejiwaan, dan perbuatan.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *