TAUBATAN NASUHA

TAUBATAN NASUHA

Yang pertama adalah pengetahuan tentang bahaya dan dampak buruk dosa yang menjadi penghalang kedekatan seseorang dengan Allah. Bila ini difahami dan dihayati akan timbul kesadaran bahkan rasa pedih karena akibat kehilangan peluang untuk mendekati-Nya, dan ini menimbulkan penyesalan, selanjutnya mendorong kepada upaya dan aktivitas yang berkaitan dengan masa kini, masa lalu, dan masa yang akan datang. Aktivitas masa kini, adalah meninggalkan dosa itu. Aktivitas masa lalu adalah mengindari perbuatan dosa yang telah berlalu. Sedangkan aktivitas masa yang akan datang adalah tekad untuk tidak mengulanginya lagi serta menggiatkan diri untuk melakukan amal kebaikan.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

Ketiga, bagaimana cara memelihara keutuhan taubat itu sendiri? Dalam hal ini, Imam Ghazali di dalam kitab Ihya’ Ulumiddin mengemukakan ciri utama orang yang bertaubat, dengan kata lain delapan cara memelihara keutuhan taubat.

Pertama:

مَنْ تَابَ وَلَمْ يَتَعَلَّمِ الْعِلْمَ فَلَـيْسَ بِتَائِبٍ

Barangsiapa yang mengaku bertaubat tetapi dia tidak mau menuntut ilmu, maka dia bukanlah orang yang bertaubat. Artinya, seseorang yang bertaubat harus memacu dirinya untuk menuntut ilmu, terutama ilmu yang berkaitan dengan masalah ibadah sebagai upaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah.

Kedua:

وَمَنْ تَابَ  وَلَمْ يَزْدَدْ فِىْ عِبَادَتِهِ فَلَـيْسَ بِتَائِبٍ

Barangsiapa yang mengaku bertaubat tetapi dia tidak memperbanyak ibadahnya, maka dia bukanlah orang yang bertaubat. Artinya, seseorang yang bertaubat itu harus lebih giat melaksanakan ibadah, terutama ibadah fardhu dan lebih baik lagi disempurnakan dengan ibadah sunnah.

 

Ketiga:

وَمَنْ تَابَ وَلَمْ يَرْضَ الْخُصَمَاءَ فَلَـيْسَ بِتَائِبٍ

Barangsiapa yang mengaku bertaubat tetapi dia tidak mau memaafkan musuh-musuhnya, maka dia bukanlah orang yang bertaubat. Sebab taubat itu tidak sempurna apabila di dalam hatinya masih ada sifat dendam, hasud, dan dengki. Karena sifat-sifat yang demikian itu hanya dimiliki oleh para sekutu setan laknatullah.

Keempat:

وَمَنْ تَابَ وَلَمْ يُغَيِّرْ لِبَاسَهُ وَزِيْنَتَهُ فَلَـيْسَ بِتَائِبٍ،

Barangsiapa yang mengaku bertaubat tetapi dia tidak menanggalkan kemewahan dan perhiasannya, maka dia bukanlah orang yang bertaubat. Kemewahan dan perhiasan bukanlah hal yang terlarang dalam Islam selama ia didapatkan dengan cara yang halal. Tetapi Islam lebih mengajarkan kesedrhanaan dan kesantunan dalam bersikap serta lebih mengutamakan penggunaan harta kekayaan itu untuk kepentingan agama dan sosial kemasyarakatan dari pada untuk bermewah-mewah dan bermegah-megah semata.

Kelima:

وَمَنْ تَابَ وَلَمْ يُبَدِّلْ اَصْحَابَهُ فَلَـيْسَ بِتَائِبٍ

Barangsiapa yang mengaku bertaubat tetapi dia tidak meninggalkan teman pergaulannya (yang tidak baik), maka dia bukanlah orang yang bertaubat. Rasulullah telah mengingatkan, bahwa “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping”. (HR. Ahmad)

Keenam:

 وَمَنْ تَابَ وَلَمْ يُغَيِّرْ خُلُقَهُ فَلَـيْسَ بِتَائِبٍ

Barangsiapa yang mengaku bertaubat tetapi dia tidak merubah akhlaknya, maka dia bukanlah orang yang bertaubat. Rasulullah SAW juga telah mengingatkan: “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapus keburukan itu, dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang baik”. (HR. Ahmad)

Ketujuh:

وَمَنْ تَابَ وَلَمْ يَطْوِىْ فِرَاشَهُ وَبِشَاطَهُ فَلَـيْسَ بِتَائِبٍ

Barangsiapa yang mengaku bertaubat tetapi dia tidak melipat tempat tidur dan selimutnya, maka dia bukanlah orang yang bertaubat. Melipat tempat tidur dan selimut artinya meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak ada manfaatnya untuk selanjutnya lebih memfokuskan diri dalam beribdah kepada Allah SWT.

Dan kedelapan:

 وَمَنْ تَابَ وَلَمْ يَتَصَدَّقْ فَلَـيْسَ بِتَائِبٍ

Dan barangsiapa yang mengaku bertaubat tetapi dia tidak mau mensedekahkan apa yang ada padanya, maka dia bukanlah orang yang bertaubat. Maksudnya seseorang akan sempurna taubatnya apabila dia sanggup mengorbankan apa yang ada pada dirinya baik tenaga, fikiran, konsep, gagasan, ilmu, harta, bahkan nyawanya sendiri di jalan Allah SWT.

 فَمَنِ اسْتَبَانَ هَذِهِ الْخِصَالَ فَتَائِبٌ حَقًّا.

Barangsiapa yang mampu mebuktikan semua ini, maka itulah sebenarnya-benarnya orang yang bertaubat yang akan mendapatkan ampunan, keridhaan, dan kasih sayang dari Allah SWT.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

Demikianlah yang dpat saya sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa membukakan pintu taubat dan gerbang ampunan untuk kita semua, dengan harapan kita menjadi hamba-hamba yang mendapat keridhaan-Nya. Amin ya Rabbal-‘alamin.

بارك الله لـى ولكم

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *